Puji syukur kapada penulis panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGIS PADA
Ny.F DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSUD. DR. M. AZHARI PEMALANG
TAHUN 2010.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam praktek klinik
kebidanan III. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Dr. Chambali, B.Eng.EE, selaku Direktur Politeknik Harapan Bersama
Tegal.
2. Ibu Umi Baroroh S.SiT selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Politeknik
Harapan Bersama Tegal.
3. Ibu Susiana Sariyati, S.SiT selaku pembimbing Akademik.
4. Para dosen dan staf Prodi DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal.
5. Bidan-bidan di RSUD Dr. M. Azhari Pemalang selaku pembimbing lahan.
6. Orang tua yang selalu memberi dukungan dan membantu dalam pembuatan
laporan kasus ini.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu.
Semoga pembuatan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik
penulis maupun para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di indonesia tertinggi di Asia
Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode
2005-2009. Angka kematian ibu (AKI) di indonesia adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000
ketahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelabiran hidup
(http://www.kompas.com).
Angka kematian ibu memang telah turun di bandingkan dengan tahun 1990
yang masih 450 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development
Goals 125 per 100.000 kelahiran hidup tidak akan tercapai tanpa upaya
pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat
waktu. Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab
26,90/o menjadi 26% per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
berkurang dari 248 menjadi 206 per 100.000 kelahiran yang dicapai pada tahun
2009. Sementara angka harapan hidup berkisar rata- rata, 70,6 % (Rilis, 2009).
Bidan sebagai tenaga medis terdepan ditengah masyarakat memegang
sehingga dapat ikut serta menurunkan AKI dan AKP. Untuk dapat menurunkan
misalnya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah yang tidak sesuai dengan
usia kehamilan, tali pusat menumbung, plasenta previa, dan solusio plasenta
akibat trauma partus pada letak sungsang yang menyebabkan resiko morbiditas
Letak sungsang terjadi dalam, 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi
(http://imadeharyoga.com)
dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornuufundus uteri
dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas
B. Perumusan Masalah
2010.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2010.
tahun 2010.
tanggal 26 Maret 2010 jam 15.00 WIB di Rumah Sakit M. Azhari Pemalang
tahun 2010.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi Partisipatif
diagnosa pada klien persalinan sungsang serta ikut berperan aktif dalam
3. Studi Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dan mempelajari data dari catatan medis yang
diberikan.
4. Studi Kepustakaan
Penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab dengan urutan
sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
(Saifuddin, 2002).
2005).
kekuatan sendiri.
a. Abortus
umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin lebih dari 500
gram.
b. Persalinan imaturus
c. Persalinan prematuritas
d. Persalinan aterm
e. Persalinan serotinus
tanda postmaturitas.
f. Persalinan presipitatus
a. Power
b. Passanger
c. Passage
iskemia otot- otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat
Hipocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka
e. Induksi Persalinan
servikale).
a. Lightening (Pengosongan)
Dua minggu atau lebih sebelum persalinan, kepala janin pada sebagian
Lightening dapat dirasakan oleh ibu sebagai perataan perut sebagian atas
- Perlunakan Serviks
- Penipisan Serviks
- Pembukaan Serviks
sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepalajanin tegak lurus dengan bidang
pintu atas, panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus,
yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.
membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula
anterior.
penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas. Dengan fleksi kepala
janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil, sampai di
dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Akibat
his yang berulang- ulang, kepala mengadakan rotasi (putaran paksi dalam).
Sesudah kepala sampai di dasar panggul, maka dengan sub oksiput sebagai
mengadakan rotasi (putaran paksi luar). Apabila kepala telah lahir, maka
(2007).
a. Persalinan Kala I
yaitu :
menjadi 4 cm
(b) Periode dilatasi maksimal : lamanya 2 jam pembukaan
lengkap.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada
waktu his, kepala janis mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 - 2 jam, dan multi
- 1 jam.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan. Segera setelah
d. Kala IV
ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasa, ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan
diri dalam perut ibu ke dunia. Ada masa kritis yang dihadapi oleh ibu
perdarahan ialah kontraksi uterus yang kurang baik, oleh karena itu
tekanan darah, kecepatan denyut nadi, kehilangan darah pada uterus harus
1. Definisi
Letak sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu,
Pada persentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
bokong.
kaki.
footling)
Pada persenttasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki
persentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
3. Etiologi
c. Panggul sempit
luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat,
yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang kadang bokong
janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah olah kepala, tetapi
umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang
ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak
karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
sednagkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang
dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna,
kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada persentasi
melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi
Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga trokanter belakang
melewati perenium dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di
posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis
terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu,
sehingga bahu depan berada di bawah simfisis dan bahu belakang melewati
perenium. Pada saat tersebut kepala masuk kedalam rongga panggul dengan
putaran paksi dalam kepala, sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput
hidung, dahi dan seluruh kepala lahir berturut turut melewati perenium.
a. Persalinan pervaginam
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini
Cara Bracht
ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari jari yang lain
prasat Wigand M.
kepala.
tarik ke atas.
belakang bayi.
sama.
klasik.
- Untuk melahirkan lengan belakang maka kedua kaki
dengan mudah.
kedua tangan.
dan jari jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah
lahir.
lovset.
didasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin
bagian depan. Dengan jari ini lipat paha / krista illiaka dikait
lahir.
atau lovset.
merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan
bahwa persalinan letak sungsang pervaginam, memberi trauma yang
sangat berarti bagi janin, yang gejala gejalanya akan tampak baik pada
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus
kadang sukar.
1) Primigravida tua
6) Prematuritas
C. Teori Manajemen kebidanan Menurut Hellen Varney (2007)
yang berurutan dan proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi, proses ini dilakukan dengan teliti agar pelayanan yang
dari klien. Adapun data yang diperlukan dapat diperoleh dari klien, keluarga dan
tenaga kesehatan.
Data subyektif
1. Biodata
Dikaji untuk mengetahui identitas klien dan penanggung jawab klien agar
a. Nama
b. Umur
Harus dikaji dalam kasus persalinan prematur faktor umur tertentu dapat
c. Pendidikan
d. Agama
pendekatan.
e. Suku / bangsa
f. Pekerjaan
g. Alamat
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada kasus persalinan letak sungsang biasanya
keluhan yang muncul kontraksi uterus, keluarnya darah atau cairan ketuban
3. Riwayat kesehatan
asma, dan juga operasi yang berhubungan dengan rahim klien dan
sebagainya.
sering), keluarnya darah sejak kapan, ketuban sudah pecah atau belum,
4. Riwayat perkawinan
Perlu ditanyakan yaitu berapa kali menikah dan sudah berjalan berapa lama
perkawinannya.
5. Riwayat obstetri
a. Ditanya menarche mulai umur berapa, siklus haid teratur atau tidak,
lamanya haid berapa hari, volume darah banyak atau sedikit, ada
kehamilan yang lalu, persalinan juga nifas yang lalu ada kelahiran atau
tidak.
kehamilan (berapa kali, dimana, tetapi apa yang didapat, apakah sudah
sebelum halim, dan apakah ada kebiasaan merokok, minum jamu, dan
Dikaji apakah ibu pernah KB atau sebelumnya, jika pernah kontrasepsi apa
a. Pola nutrisi
Hal tersebut perlu dikaji sehingga dapat dikoreksi kebiasaan makan dan
b. Pola eliminasi
klein sehubungan dengan pola eliminasinya, serta ditanya BAB dan BAK
c. Pola istirahat
Perlu dikaji untuk mengetahui berapa jam klien tidur pada siang dan
malam hari selama hamil ini, karena kurangnya istirahat pada klien juga
kondisinya.
d. Pola aktivitas
f. Pola seksual
persalinan sungsang.
8. Psikososiospiritual
Termasuk perubahan bentuk tubuh yang mengganggu klien, hal ini ada
Apakah klien merasa cemas atau tidak dengan kehamilannya yang sudah
d. Koping
e. Ketaatan beribadah
kedekatannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dan apakah selama hamil
terjadi masalah.
Ibu tinggal bersama siapa, memelihara hewan atau tidak, dan keadaan
h. Keadaan ekonomi
Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
pucat.
koma.
Tinggi dan berat badan : dikaji untuk mengetahui apakah ada resiko
atau tidak.
2. Status present
tidak.
3. Status obstetri
melenting.
masuk PAP)
d. TBJ
BB : berat badan
mD : jarak symfisis- fundus uteri
f. Auskultasi dayut jantung janin teratur atau tidak, denyut jantung janin
kepala.
4. Pemeriksaan penunjang
hemoglobin.
berdasarkan interprestasi data yang benar, data- data yang telah dikaji dengan
mengacu pada :
1. Diagnosa kebidanan
Gravida, para, abortus, umur ibu, umur kehamilan, jumlah janin tunggal atau
ganda, keadaan janin hidup atau mati, intra uterin atau ekstra uterin, letak
presentasi bokong, bagian terbawah sudah masuk PAP atau belum, inpartu
a. Pernyataan klien
b. Pemeriksaan fisik
Meliputi : Palpasi leopold I-IV, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin,
c. Data penunjang
2. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi tertentu yang tidak dapat dituangkan
dalam diagnosa, tetapi memerlukan pemecahan. Pada kasus ini yang mungkin
muncul adalah pernyataan ibu bahwa ibu merasa cemas dalam menghadapi
penanganannya.
diharapkan waspada dan bersiap siap mencegah diagnosis / masalah potensial ini
menjadi benar benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan
yang aman.
Pada langkah ke-3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi
sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang
rasional / logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah yang diidentifikasi sudah tepat.
sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial
yang mungkin muncul pada kasus persalinan sungsang. Langkah ini mencerminkan
langkah sebelumnya, langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi pada langkah informasi data datar, yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan persalinan sungsang,
misalnya :
f. Siapkan peratalan untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir apabila bayi asfiksia
i. Tolong persalinan
teridentifikasi dan kondisi klien dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
rangka pedoman antisipasi dari klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
dilakukan tindakan sesuai dengan perencanaan seperti memberi dukungan pada ibu
dilaksanakan secara efektif pada langkah ke-6. Pada langkah ini dilakukan evaluasi
dari asuhan yang sudah diberikan apakah klein sudah mengerti dengan informasi
yang sudah diberikan dan ibu sudah merasa tenang dan siap dengan proses
persalinannya, serta klien mau dan dapat bekerjasama dalam penatalaksnaan dan
sungsang adalah :
macet, kepala didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, pendarahan
post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term
TINJUAN KASUS
TAHUN 2010
A. SUBYEKTIF
1. Biodata
Perkawinan ke : I Perkawinan ke : I
3. Keluhan utama : Ibu ingin mengatakan perutnya mules seperti ingin BAB,
pukul 13.00.
G1 P0 A0
a. ANC TM I : 2 x di Puskesmas
TM II : 3 x di bidan
TM III : 4 x di bidan
c. Riwayat Haid
pembalut
HPL : 27 03 2010
- Lama : -
- Keluhan : -
- Alasan Lepas : -
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Ibu
TBC, Malaria.
Malaria.
Gemmely.
6. Kebiasaan
- Ibu mentgatakan tidak pernah minum obat dari warung kecuali obat dari
Nakes.
- Makan 3 4x/hari 1x
b. Pola Eliminasi
- Konsistensi Lembek -
- BAK + 5 6 x/hari 1x
c. Pola Istirahat
f. Pola seksual
Persalinan
- Perkawinan ke : 1
B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Setelah Hamil : TM I = 47 Kg
TM II= 50 Kg
TM III=53 Kg
f. Status Present
- Kepala Muka
a. Kepala : Mesocephal
d. Mata : Simetris
Bentuk : Simetris
Mammae : Membesar
2. Pemeriksaan Obstetrik
a. Inspeksi
- Muka : Bersih
c. Kebersihan : Terjaga
b. Palpasi
- TFU : 33 cm
Lamanya : 25 detik
c. Auskultasi
d. Perkusi
f. Pemeriksaan Dalam
Oleh : Bidan
3. Pemeriksaan Penunjang
C. ASSESMENT
tyunggal hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, presentase bokong,
D. PLANNING
1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan bahwa pembukaan sudah lengkap, selaput ketuban sudah pecah dan
pusat, gunting tali pusat, ikat tali pusat, kateter, kasa steril, spuit berisi
oksitosin.
kering, larutan klorin, larutan DTT, termometer, jam dengan jarum detik,
tempat placenta.
sarung tangan.
5. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin dengan posisi litotomi penuh (1/2
duduk)
6. Memberikan support mental pada ibu agar semangat dalam meneran dan bayi
7. Memimpin dan mengajarkan pada ibu cara meneran yang baik adalah
pada saat akan meneran kepala diangkat dan melihat ke pusat menarik kaki
8. Menganjurkan ibu untuk minum bila tidak kenceng untuk menambah tenaga
9. Melakukan episiotomi dengan gunting episiotomi pada saat ibu ada his
karena perenium ibu kaku dengan tujuan agar bayi cepat lahir.
10. Menolong kelahiran bayi dengan cara muller yaitu segera setelah bokong
lahir, bokong dipegang dengan kedua ibu jari sejajar sacrum bayi dan jari lain
pada lipat paha dan tali pusat dikendurkan. Tubuh anak ditarik curam
PAP kemudian untuk melahirkan bahu dan tangan depan, tangan kiri
memegang kedua kaki dan dibawa sejauh mungkin kearah kiri bawah, jari
telunjuk dan tengah kanan masuk menyusuri bahu dan lengan atas janin
sampai ujung jari dilipat siku (fossa cubiti) kedua jari diletakkan sepanjang
lengan atas sebagai bidan untuk mengekstensikan lengan atas maka lahirlah
bahu dan tangan depan. Untuk melahirkan tangan dan bahu belakang maka
kepala janin tangn kiri penolong dimasukkan dan telunjuk masuk kemulut
janin, sedang jari tengah dan jari manis di pipi bayi agar kepala tetap fleksi
sehingga leher diantara jari tengah dan telunjuk. Tangan kiri menarik bayi
kearah bawah sampai batas rambut dibawah simpisis, kemudian badan bayi
Hasil : Bayi lahir pukul 10.30 WIB jenis kelamin laki laki dengan AS 8 9
10.
dan bersih.
lingkar kepala.
f. Memberikan gelang identitas meliputi nama ibu, berat badan, jam lahir,
panjang badan pada bayi yang dipasang pada tangan kiri bayi.
g. Membungkus dan menghangatkan bayi pada dan menaruh bayi pada
tempat yang datar dan terdapat lampu diatas dengan jarak + 6 cm.
Hasil : Bayi telah dikeringkan, tali pusat sudah diikat dan dibungkus dengan
kassa steril, lendir sudah dihisap, bayi sudah ditimbang, bayi sudah diukur
(panjang badan, lingkar dada, lingkar kepala), bayi sudah disuhu, bayi sudah
12. Mengobservasi keadaan umum ibu baik dan perdarahan + 200 cc.
KALA III
Subyektif
Obyektif :
Bayi lahir spontan hidup pukul 00.30 WIB, jenis kelamin Laki-laki, berat
badan 2700 gram, panjang badan 49 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar kepala
32 cm, tidak ada cacat, menangis kuat, gerak aktif, anus (+), apgar score 9-
10-10.
- KU ibu : Baik
- Kontraksi : Keras
- Perdarahan : Normal
Assasment :
Planning :
secara tiba tiba, tali pusat bertambah panjang, dan uterus membulat
(globuler).
Hasil : plasenta sudah lepas ditandai dengan semburan darah secara tiba
tiba, tali pusat bertambah panjang dan bentuk uterus membulat (globuler).
kemudian tangan kiri di tepi atas simpisis dan tangan kanan memegang tali
pusat kemudian tangan kiri melakukan dorso cranial dengan sedikit bantuan
tenaga dari ibu, tarik tali pusat ke bawah kemudian tarik keatas setelah
uterus.
9. menyuntik anatesis pada roobekan jalan lahir dan menjahit robekan jalan
lahir.
KALA IV
Subyektif :
Obyektif :
- Tidak ada peendarahan pada robekan jalan lahir (laserasi derajat III).
Assasment :
Planning :
4. Membersihkan badan ibu dengan air DTT dan memastikan ibu merasa
nyaman.
5. Mengajarkan pada ibu tentang cara massase yaitu dengan telapak tangan
pijat perut memutar searah jarum jam salama 15 kali atau 15 detik.
Hasil : Ibu dan keluarga sudah melakukan massase fundus uteri sesuai
Hasil :
)
I 11.10 120/80 82 36 3 jari dibawah pusat Keras Kosong 60
PEMBAHASAN
Pada lahan praktek data subyektif diperoleh data mengenai biodata, keluhan
utama, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan, riwayat obstetri, riwayat KB, pola
kebutuhan sehari hari dan psikosiospiritual dan klien, keluarga dan bidan. Data
obyektif diperoleh dari pemeriksaan umum, status present, dan status obstetri.
subyektif di peroleh dari informasi klien, keluarga dan tenaga kesehatan mengenai
riwayat KB, pola kebutuhan sehari hari, dan psikososiospiritual. Pada lahan
praktek pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena terbatasnya waktu pada klein
40 minggu, janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kir,
persentasi bokong murni, divergen, dengan inpartu kala II. Diagnosa ini diambil
menurut teori Hellen Varney (2007) pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi data yang benar, data data yang
telah dikaji dengan mengacu pada diagnosa kebidanan yang meliputi pernyataan
klein dan pemeriksan fisik. Jadi tidak ada kesenjangan antara praktek dan teori.
Pada kasus ini tidak muncul diagnosa potensial yang terjadi sedangkan
menurut teori Hellen Varney (2007) pada langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
mencegah diagnosa / masalah potensial ini benar benar terjadi misalnya perdarahan
dan asfiksia sehingga tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan teori.
Pada langkah ini tidak dilakukan tindakan segera, karena tidak ada diagnosa
potensial yang muncul sedangkan menurut Hellen Varney (2007) pada langkah ini
memerlukan penanganan segera apabila ada diagnosa potensial yang muncul yaitu
Perencanaan yang dilakukan pada kasus ini terbagi menjadi empat kala
persalinan.
Pada lahan praktek kala I tidak dilakukan karena pasien datang sudah
pembukaan 10 dan sudah ingin mengejan jadi tidak dilakukan pengawasan seperti
keadaan umum, tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, kontraksi uterus, DJJ,
pengawasan seperti keadaan umum, tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, kontraksi
uterus, DJJ, pengeluaran pervaginam, dan tanda tanda inpartu kala II, memberikan
support mental untuk mengatasi kecemasan ibu. Jadi ada kesenjangan antara praktek
dan teori.
Pada lahan praktek kala II bayi ditolong dengan cara muller sedangkan
menurut teori Saifuddin (2002) pada kala II persalinan letak sungsang dapat
direncanakan dengan beberapa cara diantaranya adalah cara muller. Jadi tidak ada
Pada lahan praktek plasenta lapas dan lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir
sedangkan menurut teori Saifuddin (2002) pada kala III biasanya plasenta lepas
dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan. Jadi tidak ada
Pada lahan praktek kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam post partum
yaitu pengawasan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan sedangkan menurut teori JNPK KR (2008) pada
kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam post partum yaitu pengawasan tekanan
darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan.
Langkah VI : Pelaksanaan
ditolong dengan cara muller sedangkan menurut teori Saifuddin (2002) pelaksanaan
pada persalinan letak sungsang dapat dengan beberapa cara diantaranya adalah cara
Pada kasus Ny. R hasil yang telah diperoleh yaitu pertolongan persalinan
dilakukan dengan cara muller. Pada pukul 10.00 WIB bayi lahir spontan, jenis
kelamin laki laki dan nilai APGAR normal. Plasenta lahir lima belas menit. Dan
keadaan ibu baik, pemantauan kala IV seperti tekanan darah, nadi, suhu, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan normal sedangkan
menurut teori Hellen Varney (2007) pada langkah ini dilakukan hasil dari asuhan
yang telah diberikan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara praktek dengan teori.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pelaksanaan persalinan letak sungsang pada Ny. R dengan cara muller
3. Penatalaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan letak sungsang yaitu
setelah bayi dihangatkan bayi diletakkan pada tempat yang hangat dan datar
4. Setelah persalinan Ny. R memperoleh terapi berupa obat per oral yaitu tablet
B. Saran
1. Bidan
letak sungsang dengan tepat yaitu segera melakukan rujukan ke Rumah sakit
3. Ibu Hamil
segera perkembangan janin dan komplikasi yang terjadi agar segera dilakukan
Danforth. 2002. Buku saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, Widya Medika
2009)
Saifuddin AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan
Prawirahardjo