Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pisang merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di


negara tropis seperti Indonesia. Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan
daerah penghasil pisang. Selama ini pisang hanya dimanfaatkan pada buah dan
daunnya, sedangkan batang pisang kurang banyak dimanfaatkan. Setiap dilakukan
pemanenan pisang selalu terdapat limbah dari batang pisang. Di dalam penelitian
ini batang pisang yang digunakan adalah empulur atau inti batang pisang yang
terdapat pada bagian dalam batang semu yang dilapisi oleh pelepah pisang.
Empulur batang pisang merupakan salah satu yang kurang pemanfaatannya. Salah
satu upaya untuk memanfaatkan limbah hasil perkebunan dari empulur batang
pisang adalah sebagai bahan baku pembuatan kertas. Empulur batang pisang
memiliki tekstur serat yang halus.

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah serat alami,
dan mengandung selulosa. Kertas dikenal sebagai media untuk menulis,
mencetak, melukis dan banyak kegunaan lainnya. Pembuatan kertas selama ini
banyak menggunakan serat selulosa yang berasal dari kayu. Kebutuhan manusia
akan kertas mengakibatkan terjadinya penebangan kayu secara besar-besaran dan
laju kerusakan hutan semangkin meningkat setiap tahunnya, sehingga
mengakibatkan hutan menjadi gundul. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu
ada upaya konversi bahan baku kayu dengan memanfaatkan hasil non kayu
berlignoselulosa seperti batang pisang sebagai bahan baku pembuatan kertas.

Pembuatan kertas didahului dengan proses pembuatan bubur kertas atau


disebut juga pulping. Proses pembuatan pulp ada tiga macam cara yaitu: proses
mekanik, semi kimia dan kimia. Pada penelitian ini Proses pulping mengunakan
proses alkali yaitu memisahkan serat-serat dari bahan pencampur dengan
menggunakan bahan kimia, pada proses ini menggunakan Natrium Hidroksida
2

(NaOH). NaOH merupakan bahan aktif yang berfungsi untuk melarutkan lignin,
karbohidrat, asam-asam organik, resin, dan lain-lain yang mengakibatkan selulosa
terlepas dari ikatannya.

Konsentrasi NaOH yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5, 10 dan


15%. Menurut Asngad dkk (2014) jika semakin besar konsentrasi bahan kimia
(NaOH) yang digunakan maka semakin kuat bereaksi dengan lignin dan akan
menyebabkan selulosa terdegradasi dan serat akan rusak, tidak dapat terjalin
sempurna maka ketahanan tarik kertas akan lemah. Semangkin tinggi konsentrasi
NaOH sangat berpengaruh terhadap rendemen, kekuatan kertas dan derajat putih
kertas yang dihasilkan. Menurut Paskawati dkk (2010) konsentrasi NaOH dibatasi
maksimum 15%. Sehingga dalam penelitian pembuatan kertas dari empulur
batang pisang dengan variasi konsentrasi NaOH yang bertujuan untuk mengetahui
kualiatas kertas, mengingat penggunaan kertas yang semangkin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Bagaimana mutu kertas yang dihasilkan dari empulur batang pisang


dengan variasi konsentrasi NaOH 5%, 10% dan 15% dengan parameter uji
gramatur, bulk, kadar air dan kadar selulosa.

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah

1. Pembuatan kertas dari empulur batang pisang dengan variasi konsentrasi


NaOH 5%, 10% dan 15 %.
2. Pengujian kualitas kertas meliputi ( gramatur, bulk, kadar air dan kadar
selulosa ).
3

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu kertas dari empulur


batang pisang dengan variasi konsentrasi NaOH 5%, 10% dan 15% dengan
parameter uji gramatur, bulk, kadar air dan kadar selulosa.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang pemanfaatan


empulur batang pisang sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas dan
memberikan informasi tentang proses pembuatan kertas dari empulur batang
pisang.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pisang (Musa Paradisiaca)
Pisang (Musa paradisiaca) berasal dari Asia dan tersebar di Spanyol, Itali,
Indonesia serta Amerika. Pisang merupakan salah satu buah tropik yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, ketersediaannya tidak mengenal musim dan
harganya terjangkau. Tanaman pisang bersifat monokarfik artinya hanya berbuah
sekali dan kemudian mati. Tanaman pisang akan berproduksi dengan baik apabila
pertumbuhannya juga subur (Nurjanah, 2007).

Pisang umumnya dapat tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1.000


m diatas permukaan laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab
dan panas. Meskipun demikian pisang dapat tumbuh di dataran tinggi sampai
ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut. Di dataran tinggi umur tanaman
sampai berbuah lebih lama dan kulitnya lebih tebal. Klasifikasi tanaman pisang
adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Deviso : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Classis : Monocotylae
Ordo : Musales
Familia : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca (Rismunandar, 1990).
Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu (pseudosterm),
tingginya bervariasi antara 1-4 meter, tergantung varietasnya. Daun melebar,
panjang, tulang daunnya besar, dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang
kompleks sehingga mudah robek bila terkena tiupan angin kencang. Batangnya
mempunyai bonggol (umbi) yang besar sekali dan terdapat banyak mata yang
dapat tumbuh menjadi tunas anakan. Bungganya tunggal, keluar pada ujung

4
5

batang dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik) (sunarjono,


2000).

Gambar 1. Batang semu pisang

Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi


batang. Titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh
bunga pisang (jantung) terdapat pada bagian atas umbi batang. Batang semu
adalah yang berdiri tegak di atas permukaan tanah atau yang sering disebut
batang. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling
menutupi dengan kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman,
oleh karena itu batang semu sering dianggap batang tanaman yang sesungguhnya.
Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m, tergantung jenisnya (Suryanti dan
Supriyadi, 2008).

Batang Pisang merupakan komponen utama dalam pokok pisang yang


mempunyai beberapa lapisan kulit dan tumbuh menegak tanpa cabang. Menurut
Satuhu dan Ahmad (1999) Kandungan yang terdapat pada batang pisang sebagian
besar berisi air dan serat (selulosa), disamping bahan mineral kalium, kalsium,
fosfor, besi). Di bagian tengah batang pisang adalah bagian tisu lembut berwarna
putih yang disebut sebagai empulur atau inti batang pisang.

Empulur batang Pisang dapat diperoleh dengan memotong batang pisang


yang telah berbuah dan membuang bagian kulit luar atau pelepah batang pisang
yang berwarna coklat kehitaman selapis demi selapis sehingga sampai kebagian
6

empulur atau inti batang pisang dibagian tengah yang berwarna putih cerah.
Emulur batang pisang memiliki komposisi kimia yakni pati 5-10%, kadar
air 20%, protein 3,4 g, karbohidrat 66,6 g, fosfor 0,15 g, kalsium 0,06 g
(Anonim,2011).

2.2 Selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa,


pektin dan protein membentuk stuktur jaringan yang memperkuat dinding sel
tanaman. Pada proses pematangan, penyimpanan, atau pengolahan, komponen
selulosa dan hemiselulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan
stuktur. Selulosa adalah polimer berantai lurus, bila dihidrolisis oleh enzim
selobiase akan terhidrolisis dan menghasilkan dua molekul glukosa dari ujung
rantai, sehingga dihasilkan selobiosa (Winarno, 1992). Selulosa mempunyai sifat
antara lain berwarna putih, berserat, tidak larut dalam air dan pelarut organik serta
mempunyai kuat tarik yang tinggi (Artati, 2009).

Selulosa merupakan bagian utama susunan jaringan tanaman berkayu,


bahan tersebut terdapat juga pada tumbuhan perdu seperti paku, lumut, ganggang
dan jamur. Penggunaan terbesar selulosa yang berupa serat kayu dalam industri
kertas dan produk turunan kertas lainnya. Selulosa merupakan polimer ditemukan
di dalam dinding sel tumbuhan seperti kayu, dahan dan daun. Selulosa itu lah
yang menyebabkan stuktur-stuktur kayu, dahan dan daun menjadi kuat. Selulosa
merupakan komponen penting dari kayu yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kertas.

Dalam kurniawan dkk (2013), selulosa oleh casey (1960) didefinisikan


sebagai karbohidrat yang dalam porsi besar mengandung lapisan dinding sebagian
besar sel tumbuhan. Winarno (1997) menyebutkan bahwa selulosa merupakan
serat-serat panjang yang bersama hemiselulosa, pektin, dan protein membentuk
stuktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Macdonald dan franklin
(1969) menyebutkan bahwa selulosa adalah senyawa organik yang terdapat paling
7

banyak di dunia dan merupakan bagian dari kayu dan tumbuahan tingkat tinggi
lainnya.

2.3 Bahan Kimia NaOH (Natrium Hidroksida)

NaOH (Natrium Hidroksida) bewarna putih atau praktis putih, massa


melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa,
keras, rapuh dan menunjukan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat
menyerap karbondioksida dan lembab. NaOH ini berfungsi sebagai pemisah
antara lignin dan selulosa. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol
tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318oC serta titik didih 1390oC. Hidratnya
mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1 molekul air (Daintith, 2005).

NaOH (Natrium Hidroksida) yang termasuk senyawa alkali ini banyak


dikenal sebagai soda (caustic soda) telah banyak dikenal dalam industri
pembuatan kertas. Fungsi umum penggunaan dalam proses pembuatan kertas
NaOH ada pada proses pendegradasian lignin. Selain untuk degradasi lignin,
penggunaan NaOH digunakan untuk memperbaiki sifat serat dalam prosesnya
untuk dibuat menjadi kertas (Sjostrom, 1995).

Penggunaan NaOH sebagai pelarut pemasak berfungsi untuk


mendegradasi lignin sehingga memudahkan dalam pemisahan serat. Larutan
NaOH bisa menyerap kedalam struktur amorf dan kritalin dalam dinding serat,
yang menyebabkan pengembangan (pembesaran) penampang melintang diameter
serat dan lumen serta penipisan dinding serat, tetapi pada proses pelunakan lgnin,
sebagian hemiselulosa maupun selulosa ikut terlarut sehingga berpengaruh
terhadap rendemen yang dihasilkan (Fatriasari, dkk., 2009).

2.4 Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat. Serat yang digunakan biasanya adalah serat alami, dan mengandung
selulosa. Kertas merupakan bahan yang sering dipakai dan selalu berhubungan
dengan manusia. Setidaknya sampai saat ini kertas masih dipercaya sebagai bahan
yang paling efektif dan efesien sebagai media buku. Karena terbuat dari bahan
8

organik (serat kayu), kertas sangat rawan busuk, basah, mudah terbakar dan
berjamur (Hadi, 2008).

Secara umum kertas digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kertas


budaya dan kertas industri. Yang termasuk kertas budaya adalah kertas-kertas
cetak dan kertas tulis, diantaranya adalah kertas kitab, buku, koran dan kertas
amplok. Sedangakan kertas industri adalah kertas kantong, kertas minyak,
pembungkus buah-buahan, kertas bangunan, kertas isolasi elektris, karton dan
pembungkus sayur-sayuran.

2.4.1 Proses Pembuatan Kertas

Pembuatan kertas dapat dilakukan dengan mengubah bahan baku serat


menjadi pulp, dan kertas. Urutan proses pembuatannya adalah: persiapan bahan
baku, pembuatan pulp (secara kimia, semikimia, mekanik), pemutihan
(bleaching), pengembalian kembali bahan kimia, pengeringan pulp dan
pembuatan kertas. Proses yang membutuhkan energi yang paling tinggi adalah
proses pembuatan pulp dan proses pengeringan kertas (Kasdim, 2008).

2.4.2 Proses Pembuatan Pulp

Pulp adalah proses pemisahan serat dari bahan baku yang mengandung
serat dengan cara mekanis, kimai dan semikimia. Dalam proses kimia, bahan baku
dimasak dalam bejana pemasak (digester) dan ditambahkan dengan bahan kimia
untuk melarutkan komponen dalam bahan baku yang tidak diinginkan sehingga
diperoleh puplp dengan kandungan selulosa yang tinggi.

Tujuan utama dari pembuatan pulp adalah memisahkan selulosa (serat-


serat) dari bahan-bahan lainnya. Pulp secara kimia bertujuan memisahkan serat
selulosa dari bahan baku melalui delignifikasi (penghilangan lignin) tanpa
terdegradasi karbohidrat.

Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses


pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, terutama lignin secara mekanis,
semikimia dan kimia.
9

1. Proses Mekanik

Prinsip pembuatan pulp mekanis ini adalah dengan menguraikan serat


yang ada didalam kayu secara paksa. Pada proses ini umumnya dipakai kayu yang
lunak karena tidak melibatkan bahan kimia. Pertama-tama kayu dikuliti lalu
dipotong-potong dan kemudian dihancur sehingga berbentuk chip. Selanjutnya
bahan baku digiling dalam keadaan basah, maka serat- serat akan terlepas,
kemudian disaring sehingga selulosa terpisah dari senyawa lain.

Umumnya pulp yang dihasilkan digunakan untuk pembuatan jenis-jenis


kertas yang bermutu rendah. Keuntungan dari proses ini adalah biaya produksinya
yang rendah

2. Proses Kimia

Prose pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp yang
melibatkan bahan kimia sebagai bahan untuk melarutkan bagian-bagin kayu yang
tidak diinginkan, sehingga pulp berkadar selulosa tinggi. Ada tiga macam proses
pembuatan pulp secara kimia, yaitu: proses soda, proses sulfat (kraft), dan proses
sulfit. Proses soda dan sulfit menggunakan bahan kimia alkali dalam cairan
pemasak, sehingga pembuatan pulpnya dikelompokkan dalam pembuatan pulp
alkali.

Proses pembuatan pulp dengan proses basa ini mempergunakan cairan


pemasak NaOH, Na2S dan Na2CO3 untuk proses sulfat, dan proses soda
menggunakan cairan pemasak NaOH. Untuk proses sulfit digunakan garam sulfit
sebagai cairan. Pulp yang dihasilkan berwarna coklat dan mempunyai kekuatan
fisik yang tinggi sehingga biasa digunakan untuk membuat kertes semen, kertas
bungkus, kantong pupuk, kertas karbon tetapi mudah untuk diputihkan
(bleaching).

Keuntungan-keuntungan pulp secara kimia antara lain sebagai berikut:

a) Dapat digunakan pada semua jenis bahan baku


b) Kekuatan pulp lebih tinggi
10

c) Pulp yang dihasilkan dapat diguanakan dalam pembuatan rayon


d) Kualitas kertas yang dihasilkan lebih tinggi tinggi (Casey, 1980).

3. Proses Semi kimia

Proses semi kimia dilakukan dengan cara menggabungakan proses


mekanis dengan proses kimia. Pertama serpihan kayu diolah dengan bahan kimia
yang tidak perlu terlalu banyak untuk melunakan ikatan antar serat yang bertujuan
menghilangkan sebagian dari hemiselulosa dan lignin. Kemudian dilakuakan
perlakuan mekanis untuk memisahkan serat-seratnya.

Pulp yang diperoleh dengan proses semi kimia mempunyai rendemen


antara 60-80%. Pulp hasil proses semi kimia masih mengandung lebih dari 25%
lignin. Pulp yang diperoleh biasanya digunakan untuk kertas pembungkus, kertas
cetak dan papan kertas.

Tabel 1. Perbandingan sifat produk untuk berbagai proses konvensional


Jenis proses
Sifat produk Kimia
Mekanis Semi kimia
Sulfat Sulfit Soda
Yield (%) 80 90 60 - 80 55 80 55 70 55 70
Derajat keputihan Tidak putih Kurang putih Putih Putih Putih
Kekuatan Rendah Rendah Sangat tinggi Tinggi Tinggi
Keguanaan produk Kertas Kertas Kertas print, Kertas Kertas
koran semen, koran kertas karbon print print
dll

(Sumber: pulp and paper, 1989)


11

BAB III

METODEL PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Panci, kompor, pengaduk, timbagan, blender, baskom, kain lap, kain


saring, screen, kain screen, kabinet drayer, oven, gelas beaker, erlenmeyer, neraca
analitik, desikator, kaca arloji dan kertas saring.

3.1.2 Bahan

Empulur batang pisang, air, NaOH dengan konsentrasi 5, 10 dan 15 %,


kaporit, aquades, asam asetat 10%, alkohol 96% dan larutan NaOH 17,5%

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pembuatan kertas dari empulur batang pisang adalah sebagai berikut :

1. Batang pisang yang telah dipanen, dikupas batangnya yakni pelepah


pisang. Kemudian diambil empulur atau inti dari batang pisang.
2. Dipotong-potong empulur batang pisang dengan ukuran 2 cm.
3. Dikeringkan empulur batang pisang kedalam kabinet dryer selama 2 jam
pada suhu 60 oC
4. Ditimbang empulur batang pisang kering sebanyak 2000 gram.
5. Dilakukan proses pulping/pemasakan batang pisang pada suhu 100oC
selama 60 menit dengan variasi konsentrasi NaOH 5, 10 dan 15 % dengan
perbandingan larutan pemasak dan bahan 6 : 1.
6. Dicuci serat empulur batang pisang dengan air. Pencucian dilakukan 4 kali
pencucian untuk menghilangkan larutan NaOH agar tidak menimbulkan
bau dari larutan pemasaknya.
7. Dilakukan pemutihan serat empulur batang pisang dengan natrium
hipoklorit 10 ml/liter selama 1 jam.

11
12

8. Dibelender serat empulur batang pisang selama 5 menit hingga menjadi


bubur dengan menambahkan air sebanyak 1000 ml untuk memudahkan
proses penghalusan.
9. Dicetak pulp kertas dengan cetakan screen sablon dengan ukuran 30 x 20
cm.
10. Dikeringkan kertas yang masih basah menggunakan kabinet dryer dengan
suhu 60oC selama 8 jam.
11. Diperoleh kertas dari empulur batang pisang.
13

Empulur Batang Pisang

Dipotong-potong 2 cm

Pengeringan di kabinet drayer selama 2 jam pada suhu 60 oC


Ditimbang sebanyak 2000 g

Ditimbang sebanyak 2000 g

Konsentrasi NaOH 5, 10 Pemasakan


dan 15% (w/v) dengan dengan suhu100oC selama 60 menit
perbandingan larutan
pemasak dan bahan 6 : 1
Pencucian serat, 4 kali pencucian

Natrium hipoklorit 10 Pemutihan Selama 1 jam


ml/liter

Diblender selama 5 menit

Pencetakan dengan ukuran screen 30x 20 cm


cm

Pengeringan di cabinet dryer selama


8 jam pada suhu 60oC Parameter uji
1. Gramatur
2. Bulk
Kertas 3. Kadar air
4. Kadar selulosa

Gambar 2. Diagaram alir proses pembuatan kertas


14

3.3 Parameter yang Diamati

3.3.1 Penentuan Bulk (SNI 7274:2008)

1. Diukur masing-masing tebal kertas pada sampel kertas.


2. Hitung gramatur kertas.
3. Dihitung Bulk pada masing-msing kertas dengan rumus :

tebal (mm)
Bulk =gramatur (g/m ) 1000

3.3.2 Penentuan Gramatur (SNI 7274:2008)

1. Ditimbang berat kertas dari masing-masing sampel kertas.


2. Diukur luas kertas pada masing-masing sampel kertas.
3. Dilakukan perhitungan dengan rumus :

berat kertas (g) 10000 (cm2 )


Gramatur = luas kertas (cm2 ) 1 (m2 )

3.3.3 Analisa Kadar Air (SNI 7274:2008)

1. Ditimbang bahan yang berupa serbuk atau bahan yang telah dihancurkan
yaitu kertas sebanyak 1-2 gram dalam wadah yang telah diketahui
beratnya.
2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 3-5 jam tergantung
bahanya.
3. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang.
4. Dipanaskan lagi kedalam oven 30 menit, didinginkan dalam desikator dan
ditimbang, perlakuan ini dilakukan sampai mencapai berat konstan (selisih
berturut-turut kurang dari 0,2 mg)
15

5. Dihitung dengan rumus :

Berat BahanBerat Kering


Rumus : % Wb = 100%
Berat Bahan

Berat BahanBerat Kering


Rumus : % Db = 100%
Berat Kering

3.3.4 Kadar Selulosa (SNI 1798-2006)

1. Kertas ditimbang sebanyak 1,5 g lalau ditamba 50 ml NaOH 17,5%.


2. Dimasukan Kedalam Gelas Beaker dan ditutup dengan kaca arloji.
3. Campuran diberi aquades sebanyak 300 ml lalu disaring.
4. Hasil cucian direndam dengan 40 ml asam asetat 10 % selama 5 menit.
5. Dicuci kembali dengan 25 ml alkohol 96%.
6. Hasil cucian diletakan dalam cawan proslein, kemudian dikeringkan dalam
oven pada suu 105 oC hingga berat konstan.
7. Kadar selulosa dihitung sebagai berikut :

berat pulp kering


Kadar selulosa (%)=berat pulp kering sampel 100%

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di laboratorium


rekayasa dan laboratorium kimia teknologi pengolahan hasil perkebunan
politeknik negeri pontianak.
16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian Pada pembuatan kertas dari empulur batang


pisang dengan konsentrasi NaOH 5%, 10% dan 15% untuk mengetahui kualitas
kertas yang dihasilkan dengan parameter uji yaitu gramatur, bulk, kadar air dan
kadar selulosa dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian pada kertas


Mutu kertas Konsentrasi NaOH
cetak A
No Parameter
SNI 7274:2008 5% 10% 15%

1 Gramatur (g/m) 50 -100 192,4109 167,4079 108,6927


2 Bulk (cm/g) Maks. 1,5 0,2856 0,2688 0,2301
3 Kadar air wb (%) 4,5 6,0 12,3731 12,0207 11,5871
4 Kadar air db (%) 14,1204 13,6645 13,1060
5 Kadar selulosa (%) - 76,9063 80,6624 61,7994

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gramatur

Gramatur adalah massa lembaran kertas (gram) dibagi dengan satuan


luasnya (m2) diukur pada kondisi standar SNI 7274:2008. Hasil perhitungan
gramatur kertas variasi konsentrasi NaOH menujukan bahwa gramatur kertas
berkisar antara 108,6927192,4109 g/m2. Nilai ini belum memenuhi mutu kertas,
menurut SNI 7274:2008 nilai gramatur kertas cetak A yaitu 50-100 g/m2. Hasil
pengujian gramatur dapat dilihat pada gambar 2.
17

0,3 0,2856
0,2688

0,25 0,2301
Gramatur (g/m)

0,2

0,15

0,1

0,05

0
5% 10% 15%
Konsentrasi NaOH

Gambar 2. Grafik hasil pengujian gramatur

Berdasarkan gambar 2 hasil pengujian gramatur kertas terhadap variasi


konsentrasi NaOH menujukan bahwa nilai gramatur kertas tertinggi terdapat pada
konsentrasi NaOH 5% sebesar 192,4109 g/m2, sedangkan gramatur terendah pada
konsentrasi NaOH 15% sebesar 108,2621 g/m2. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi konsentrasi NaOH akan menurunkan gramatur kertas. Menurut
Sucipto dkk (2009) penambahan konsentrasi larutan NaOH yang berlebihan pada
pembuatan kertas seni mengakibatkan penurunan gramatur yang menyebabkan
tipisnya kertas, sehingga ketahanan sobek dan ketahanan tarik kertas menurun.
Selain itu gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air pada kelembaban udara
relative disekiter kertas.

Tingginya nilai gramatur kertas disebabkan oleh proses pencetakan yang


masih menggunakan alat manual yaitu screen sablon. Menurut Suriani (2013),
yang menyatakan nilai gramatur yang besar disebabkan alat yang digunakan untuk
mencetak kertas pada saat penelitian, proses penggerusan juga memberikan
pengaruh terhadap gramatur kertas. Ketika melakukan penggerusan yang
fungsinya untuk menghilangkan air dengan spons sehingga kertas menjadi tidak
merata, serta tidak adanaya proses penekanan atau pressing pada kertas.
18

4.2.2 Bulk

Bulk adalah perbandingan gramatur kertas terhadap ketebalannya, dengan


satuan cm3/g. Hasil pengukuran bulk pada kertas empulur batang pisang dengan
konsentrasi NaOH berkisar antara 0,1996-0,2866 cm3/g. Nilai bulk kertas telah
memenuhi SNI 7274:2008 yaitu maks. 1,5 cm3/g. Hasil pengujian bulk dapat
dilihat pada gambar 3.

0,3 0,2856
0,2688

0,25 0,2301

0,2
Bulk (cm/g)

0,15

0,1

0,05

0
5% 10% 15%
Konsentrasi NaOH

Gambar 3. Grafik pengujian bulk

Berdasarkan gambar 3 hasil pengujian bulk kertas dengan konsentrasi


NaOH. Nilai bulk terendah yaitu pada konsentrasi 15% sebesar 0,2301 cm/g, dan
nilai bulk tertinggi yaitu pada konsentrasi 15% sebesar 0,2856 cm/g. Hal ini
menunjunkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan kimia NaOH yang
digunakan maka akan menghasilkan kertas yang tipis. Menurut Widyawati (2016)
Konsentrasi bahan kimia yang digunakan terlalu tinggi akan menghasilkan kertas
yang rapuh karena seratnya yang terlalu halus, mengakibatkan hasil kertas
menjadi tipis. Selain itu proses pencetakan juga mempengaruhi ketebalan kertas
sehingga ketebalan kertas yang dihasilkan beragam.
19

4.2.3 Kadar Air

Kadar air merupakan rasio kandungan air dalam bahan yang hilang selama
proses pengeringan dibanding dengan berat awal. Metode yang digunakan untuk
pengujian kadar air pada kertas adalah metode pengeringan oven. Hasil pengujian
kadar air wet basis (wb%) pada kertas dengan variasi konsentrasi NaOH berkisar
antara 11,5871-12,3731% dan pengujian kadar air dry basis (db%) berkisar antara
13,106 -14,1204 %. Nilai kadar air pada kertas ini belum memenuhi SNI
7274:2008 yaitu 4,5-6,0%. Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada gambar 4.

16
14,1204 13,6645
14 13,106
12,3731 12,0207 11,5871
12
Kadar air %

10
8
6
4
2
0
5% 10% 15%
Konsentrasi NaOH

Kadar air wb (%) Kadar air db (%)

Gambar 4. Grafik hasil pengujian kadar air kertas

Berdasarkan gambar 4 hasil pengujian kadar air yang dihitung secara db%
dan wb% terhadap kertas empulur batang pisang dengan variasi konsentrasi
NaOH kadar air terendah terdapat pada konsentarsi NaOH 15%, dengan kadar air
wb% sebesar 12,3731%, kadar air db% sebesar 14,1204% dan kadar air tertinggi
pada konsentarsi 5% dengan kadar air wb% sebesar 11,5871% dan kadar air db%
sebesar 13,106%. Dapat dilihat bahwa konsentrasi larutan pemasak (NaOH)
mempengaruhi kadar air kertas. Semangkin tinggi konsentrasi NaOH yang
digunakan, maka kadar air yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karaena NaOH bersifat hidrokofis (menyerap air) serta dapat menyebabkan
20

meningkatanya panas sehingga terjadi perpindahan masa air (mengguap). Selain


konsentarsi NaOH, faktor yang mempengaruhi tingginya kadar air adalah
kerapatan massa bahan dikarenakan oleh panjangnya serat yang menyebabkan
penumpukan pada beberapa sisi kertas.

4.2.4 Kadar Selulosa

Kadar selulosa adalah banyaknya selulosa yang terdapat dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Menurut Winarno (1997) menyebutkan bahwa selulosa
merupakan serat-serat panjang yang bersama hemiselulosa, pektin, dan protein
membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Hasil
pengujian kadar selulosa pada kertas dengan variasi konsentrasi NaOH berkisar
antara 61,7994-80,6624. Hasil pengujian kadar selulosa dapat dilihat pada gambar
5.

90
80,6624
80 76,9063

70
61,7994
Kadar selulosa %

60
50
40
30
20
10
0
5% 10% 15%
Konsentrasi NaOH

Gambar 5. Grafik hasil pengujian kadar selulosa

Berdasarkan gambar 5 hasil pengujian kadar selulosa pada kertas empulur


batang pisang dengan konsentrasi NaOH. Kandungan selulosa tertinggi
didapatkan pada konsentrasi NaOH 10% yaitu sebesar 80,6624% dan kandungan
selulosa terendah adalah 61,7994%, terdapat pada konsentrasi 15%. Dalam proses
pemasakan sangat diperlukan jumlah konsentarsi NaOH yang tepat untuk
mendapatakan nilai selulosa yang optimum. Kadar selulosa yang optimum yaitu
21

pada konsentrasi NaOH 10% kadar selulosanya 80,5651%. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH menyebabkan kadar selulosa meningkat
tetapi pada penambahan NaOH yang berlebihan dapat menyebabkan rusaknya
selulosa. Menurut Asngad, dkk (2014) jika semakin besar konsentrasi bahan kimia
(NaOH) yang digunakan maka semakin kuat beraksi dengan lignin dan akan
menyebabkan selulosa terdegradasi dan serat akan rusak. NaOH (natrium
hidroksida) merupakan bahan aktif yang berfungsi untuk melarutkan lignin,
karbohidrat, asam-asam organik, resin, dan lain-lain yang mengakibatkan selulosa
terlepas dari ikatannya dan saat proses pulping tidak menggunakan sulfur
sehingga polusinya tidak terlalu besar (Putra, 2008).
22

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian kualitas kertas dari empulur batang pisang dengan


variasi konsentrasi NaOH dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
NaOH akan mempengaruhi gramatur, bulk, kadar air dan kadar selulosa. Mutu
kertas yang dihasilkan belum memenuhi standar SNI 7274:2008 hal ini
disebabkan oleh gramatur kertas yang masih tinggi berkisar antara 108,6927
192,4109 g/m2, kadar air wet basis (wb%) berkisar antara 11,5871-12,3731% dan
kadar air dry basis (db%) berkisar antara 13,106-14,1204% sedangakan untuk
bulk telah memenuhi standar SNI 7274:2008 yaitu antara 0,2301-0,2856 cm/g
dan kadar selulosa yang optimum adalah pada konsentrasi NaOH 10% yaitu
sebesar 80,6561%.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya pengujian parameter terhadap


uji sensoris, derajat putih, daya sobek, dan daya tarik kertas agar
mempermudah dalam menentukan mutu kertas.
2. Dalam proses pembuatan kertas sebaiknya menggunakan alat pencetak
yang memenuhi standar, dan perlu dicari konsentrasi Natrium hipoklorit
yang optimum untuk proses pemutihan.

Anda mungkin juga menyukai