Epidemiologi
Epidemiologi
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN (RTL2222)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah Nya lah kami
dapat menyelesaikan dan menyusun Makalah Epidemiologi Lingkungan yang berjudul
Timbal (Pb) .
Makalah ini merupakan salah satu syarat memperoleh nilai pada mata kuliah
Epidemiologi Lingkungan, program studi Teknik Lingkungan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan di
masa yang akan datang.
Tidak lupa pula kami ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengajar
Epidemiologi Lingkungan yaitu Ibu Isra Suryati, ST.,MT yang telah memberikan
pengarahan dalam proses penyelesaian makalah ini, dan kepada teman teman yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan,
terutama pada bidang studi Epidemiologi Lingkungan.
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Sumber pencemaran udara dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran
hutan, gunung meletus, gas alam yang beracun, dan lain-lain. Sumber pencemaran udara juga
dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain transportasi, perkantoran, perumahan serta
pembangunan industri.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin
memprihatinkan bahkan salah satu studi melaprkan bahwa Indonesia menjaadi negara dengan
tingkat polusi udara tertinggi di dunia.
Logam berat secara alamiah akan terus-menerus berada di alam karena tidak mengalami
transformasi sehingga menyimpan potensi peracunan. Logam berat juga tidak dapat
didegradasi oleh tubuh dan memiliki sifat racun pada mahluk hidup walaupun dalam
konsentrasi yang rendah serta dapat terakumulasi dalam jangka waktu tertentu (Buhani,
2007). Beberapa logam berat yang umum mencemari habitat adalah: Kadmium (Cd),
Kromium (Cr), Tembaga (Cu), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Nikel (Ni) dan Seng (Zn)
(USEPA, 1997).
Dalam makalah ini akan membahas lebih spesifik tentang penyebab pencemaran yang
disebabkan oleh Timbal (Pb). Timbal (Pb) yang juga sering disebut timah hitam (lead)
merupakan salah satu logam berat yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia dan
makhluk hidup lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara adalah suatu kesatuan ruangan, dimana makhluk hidup berada di dalamnya. Udara
atmosfer merupakan campuran gas yang terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20% oksigen,
0,93% Argon, 0,03% Karbon monoksida dan sisanya terdiri dari Neon, Helium, Metan dan
Hidrogen. Udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia, apabila
komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas lain, apalagi
yang menimbulkan gangguan serta perubahan dari komposisi, maka dikatakan udara sudah
tercemar.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (Undang-
undang no 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup).
Secara umum terdapat 8 parameter pencemar udara yaitu, debu, NH3, Pb, CO, SO2,
hidrokarbon, NOX, dan H2S, yang secara bersamaan maupun sendiri-sendiri memiliki potensi
bahaya bagi lingkungan, yang meliputi dampak bagi kesehatan masyarakat, hewan, tanaman
maupun bagi material (benda) seperti bangunan, logam dll.
Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke
alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal yang ada di lingkungan juga berasal
dari kegiatan manusia yang menghasilkan timbal 300 kali lebih banyak dibandingkan timbal
yang berasal dari proses alami.
Timbal terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak
berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika terhidup atau tertelan oleh manusia dan
di dalam tubuh akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan
otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini
termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IVA pada tabel periodik unsur kimia.
Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam
berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327C dan titik didih 1.620C.
Pada suhu 550-600C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara
membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun
bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit
larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit,
asam asetat dan asam sulfat pekat.
Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam yang beracun, berbahaya bagi kehidupan
makhluk hidup. Dan bila toksisitas Pb dikomsumsi pada anak-anak dalam masa kecil dan
berlangsung terus menerus menyebabkan neorotoksik (keracunan pada saraf) dan kelainan
tingkah laku. Toksisitas pada Pb terjadi apabila dalam darah ditemukan kandungan Pb 0,08
g % atau dalam urin 0,15 mg/l .
Penyebaran logam Timbal (Pb) di bumi sangat sedikit. Menurut Pakar, jumlah timbal (Pb)
yang terdapat di seluruh lapisan bumi hanya 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi.
Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya
yang ada di bumi. Di alam sendiri terdapat 4 macam isotop plumbum yaitu:
1) Timbal-204 atau Pb204, diperkirakan berjumlah 1,48% dari seluruh isotop timbal yang
terdapat di alam.
2) Timbal-206 atau Pb206, ditemukan dalam jumlah sebesar 23,6% dari seluruh isotop timbal
yang terdapat di alam.
3) Timbal-207 atau Pb207, sebanyak 22,6% dari seluruh isotop plumbum yang terdapat di
alam.
4) Timbal-208 atau Pb208, ditemukan sebanyak 52,32% dari seluruh isotop plumbum yang
terdapat di alam.
BAB III
Ada beberapa karya ilmiah tentang kandungan timbal dalam darah yang telah di temukan di
Indonesia (Albalak et al 2003, Heinze et al 1998, Browne et al 1999, Adriyani and Mukono
2004, and Chahaya et al 2005). Kebanyakan karya ilmiah ini fokus tentang pengujian darah
di daerah perkotaan yang padat dengan lalu lintas. Karya-karya ilmiah ini juga lebih fokus
pada anak-anak muda, khususnya anak-anak yang masih belajar di sekolah dasar di Jakarta,
Semarang dan Surabaya, yang mana merupakan pusat kota- kota utama di Indonesia. Juga,
sebuah karya ilmiah oleh Chahaya dan kawan-kawan 2005, fokus tentang kandungan timbal
dalam darah di kalangan pekerja di daerah yang padat dengan lalu lintas. Sayangnya, tidak di
temukan adanya karya ilmiah tentang kandungan timbal dalam darah di daerah pedesaan,
juga tidak di temukan adanya karya ilmiah tentang kandungan timbal dalam darah yang
berhubungan dengan cat, batterai, atau sampah. Hal ini mungkin disebabkan karena
terbatasnya penelitian dan informasi tentang bahaya nya keracunan timbal di Indonesia,
khususnya di daerah pedesaan.
Sebuah penelitian oleh Albalak et al (2003), yang di lakukan di Jakarta, menemukan bahwa
seperempat dari anak-anak sekolah di Jakarta memiliki kandungan timbal dalam darah
berkisar 10-14.9 ug/dL, yang mana melampaui batas yang di tetapkan oleh Pusat
Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat yaitu kurang dari 10 ug/dL tentang
batas timbal yang di golongkan tidak beracun [penelitian terbaru menunjukkan bahaya
memiliki kandungan timbal dalam darah di bawah 10 ug/dL (Roberts et al 2009) Ed]. Di
kalangan anak-anak, kandungan darah tertinggi lebih dari 10 ug/dL telah di temukan pada
anak-anak yang hidup di daerah yang padat dengan lalu lintas. Sementara, anak-anak yang
tinggal dekat jalan yang rendah kepadatan lalu lintas nya terbukti memiliku kandungan timbal
dalam rendah lebih rendah.
Albalak et al (2003) melaporkan bahwa hasil dari kandungan darah di kalangan anak-anak di
Jakarta tergolong agak tinggi dan konsisten di bandingkan dengan negara lain yang memiliki
bensin bertimbal. Hal ini diduga terjadi karena kadar timbal dalam darah pada anak-anak di
Jakarta menurun sejak di terapkan penggunnaan bensin bebas timbal di Indonesia.Pada tahun
1997, sebelum penerapan bensin bebas timbal digunakan di Indonesia, sebuah penelitian dari
Heinze ditahun (1998), melaporkan tingkat kandungan timba dalam darah anak lebih besar
dari 10 ug/dl, anak-anak yang tinggal di pusat kota lebih tinggi kandungan timbal dalam
darah dari pada anakanak yang tinggal di pinggiran kota daerah utara.
Dibandingkan dengan penelitian yang di lakukan oleh Albalak dkk (2003), percentase
kandungan timbal dalam darah antara anak-anak yang tinggal di Jakarta di tahun 1997 lebih
tinggi di bandingkan dengan kandungan timbal dalam darah pada tahun 2003. Hasil yang
sama juga di dapatkan di Semarang pada tahun 1998 (salah satu kota terbesar di Indonesia),
dengan kepadatan lalu lintas di jalan utama (Browne et al 1999). Kandungan timbal dalam
darah antara anak-anak di Jakarta masih lebih tinggi di bandingkan anak-anak di Semarang
walaupun penelitiannya dilakukan sebelum penerapan bensin bebas timbal di Indonesia. Hal
ini mungkin disebabkan karena di Jakarta lebih padat lalu lintas nya di bandingkan di
Semarang. Selanjutnya, kontaminasi timbal di Jakarta. juga di temukan di dalam tanah danah
air kran (Heinze et al 1998), oleh karena itu kontaminasi timbal di Jakarta lebih tinggi di
bandingkan di Semarang.
Penelitian lainnya di lakukan oleh by Adriyani and Mukono (2004) di Surabaya (kota kedua
terbesar di Indonesia) menemukan bahwa kandungan timbal dalam darah antara anak-anak
masih berada dalam range 10 ug/dL atau lebih rendah dari pada itu. Hal di duga terjadi
semenjak penggunaan bensin bertimbal telah di terapkan di Indonesia, kandungan timbal
dalam darah pada anak-anak di Jakarta telah telah menurun. Lebih lanjut lagi, sebuah
penelitian yang di lakukan oleh Chahaya dkk 2005, yang di lakukan di Medan, menemukan
bahwa kandungan timbal dalam darah antara penarik becak tergolong bervariasi, tergantung
dari jarak rumah mereka dan tempat kerja dengan kepadatan lalu lintas.
3.2. Dampak
Dampak timbal (Pb) sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia termasuk anak-anak,
secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Sistem syaraf dan kecerdasan
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja
dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada
tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya
koordinasi tangan-mata, dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf. Efek timbal terhadap
keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek
menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah
sebesar 10 g/dl hingga 20 g/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut
menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 g/dl dapat
mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
Efek sistemik
Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL paling
banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995) dalam
laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 g/dl to 5 g/dl menyebabkan
penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita dewasa, hubungan antara BLL
dengan tekanan darah tidak terlalu kuat dan jarang ditemukan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit
perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah diketahui
sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk menggugurkan
kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat
memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur.
Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah
sperma abnormal.
2. Keracunan subakut
Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar racun dalam dosis kecil,
misalnya timbal asetat yang menyebabkan gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih
menonjol, seperti rasa kebas, kaku otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan
ini kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma. Gejala umum meliputi
penampilan yag gelisah, lemas dan depresi. Penderita sering mengalami gangguan sistem
pencernaan, pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 - 30 gram.
Periode fatal : 1-3 hari.
3. Keracunan kronis
Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut.
Keracunan timbal kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk
garam pada berbagai industri, karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri.
seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf
mesin cetak, pabrik cat yang menggunakan timbal, petugas pemasang pipa gas.
Bahaya dan resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m3 , atau 0,007
mikrogram/m3 bila sebagai aerosol. Keracunan kronis juga dapat terjadi pada orang yang
minum air yang dialirkan melalui pipa timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan
menyimpan Ghee (sejenis makanan di India) dalam bungkusan timbal. Keracunan kronis
dapat mempengaruhi system syaraf dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik,
mempengaruhi fertilitas, menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif
yang dapat muncul kemudian.
b. Host
Host disebut juga pejamu, yaitu populasi atau organisme, yang diteliti dalam suatu studi.
Adapun faktor determinan atau penentu yang ada pada host dapat dibagi ke dalam dua
klasifikasi yang besar, yakni : faktor yang dibawa atau sudah ada sejak lahir, dan faktor-
faktor yang didapat setelah dilahirkan. Dalam hal ini, host yang terkait adalah manusia
dimana faktor determinannnya didapat setelah lahir.
c. Lingkungan
Elemen ketiga adalah lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada diluar diri host, baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana
yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang lain.
Dalam hal ini, lingkungan adalah keadaan kualitas udara.
KEADAAN 4
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-
anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan
tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia,
merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan
tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan
bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan
terakumulasi dalam ASI.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena
dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium)
yang terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat dapat
melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan
selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb
yang diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam Pb ini sangat berbahaya. Hal itu
Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja
dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada
tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya
koordinasi tangan-mata, dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf. Efek timbal terhadap
keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek
menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah
sebesar 10 g/dl hingga 20 g/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut
menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 g/dl dapat
mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
Efek sistemik
Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL paling
banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995) dalam
laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 g/dl to 5 g/dl menyebabkan
penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita dewasa, hubungan antara BLL
dengan tekanan darah tidak terlalu kuat dan jarang ditemukan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat
sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.
Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah diketahui
sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk menggugurkan
kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat
memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur.
Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah
sperma abnormal.
1. Pendekatan Teknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot dalam bentuk partikel yang sangat halus,
adanya polutan Pb karena pada bensin diberikan bahan tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu
Tetra Ethil Lead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat
mencemari tanaman pangan, dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat
menyebabkan keracunan.
Untuk menghilangkan polutan Pb maka dapat dilakukan secara teknis yaitu dengan
mengendal ikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocing yang lain yang tidak mengandung
Pb. Dr Jurg grutter, peneliti pada Swisscontact, Swiss, menyatakan hal itu.
Ditargetkan, tahun 1999 Indonesia terbebas dari bensin dengan timah hitam. Kerugian
ini didukung pula oleh kalangan produsen mobil, karena mobil-mobil generasi baru yang kini
dirancang tak terpengaruh oleh pemakaian bahan bakar tanpa ditif timbal. Bahkan, orang bisa
memasang alat katalik kon verter yang berguna mengurangi emisi gas lain.
Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang banyak ditawarkan. Bahan
bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG). Di jakarta maupun di Surabaya cukup
banyak kendaraan (taksi) yang menggunakan bahan bakar gas, karena selain polutannya yang
rendah juga lebih ekonomis.
Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak
menggunakan motor bakar sebagi tenaga penggerak melainkan motor listrik sehingga
emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi
secara massal dan dijual pada pasar mobil. Batterey yang digunakan sebagai sumber energi
listrik sesuai dengan standard EPA (Enviromental Protection Agency), kemampuan batterey
mobil General EVI akan turun 85 % setelah melaju.
Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di jakarta selama enam
hari, diperoleh kesimpulan sementara, sebanyak 61 % kendaraan bermotor dinyatakan telah
melampaui baku mutu emisi. Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah
dan menaggulangi akibat yang ditimbulkan emisi gas kendaraan bermotor, karena melalui
peraturan perundang-undangan telah ditetapkan syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh setiap
warga masyarakat.
3. Pendekatan Edukatif
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan
tanggung jawab seluruh masyarakat. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan informasi secara intensif tentang dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan
serta cara bagaimana mengatasinya. Dengan mengetahui dampak tersebut diharapkan
timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya mengatasinya.
b.Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi penyebab
meningkatnya pencemaran Pb seperti pengemudi, pemilik kendaraan bermotor,
mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan.
Untuk megurangi penyebab pencemaran Pb dari cara mengemudi yang salah yaitu dengan
cara :
a. Produsen harus memberi petunjuk bagaimana cara mengemudi kendaraan dengan baik dan
benar pada setiap kendaraan yang diproduksinya, sehingga pengemudi dapat mempelajarinya
sebelum mengemudinya.
b. Melalui media secara intensif, pemerintah (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya)
memberi himbauan kepada pengemudi pentingnya cara mengemudi yang benar.
Kedisiplinan pemilik kendaraan merawat secara berkala masih rendah, terutama pada
kendaraan umum. Untuk meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan pemilik kendaraan
melakukan perawatan dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi yang tepat tentang
keuntungan bila pemilik melakukan perawatan kendaraan dengan benar, serta kerugian bila
tidak melakukan perawatan dengan benar.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Timbal merupakan suatu logam berat yang lunak berwarna kelabu kebiruan dengan titik
leleh 327 C dan titik didih 1.620 C. Bersifat lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut
pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam.
2. Senyawa-senyawa timbal organik relatif lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput
lendir atau melalui lapisan kulit bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa timbal
anorganik. Namun hal itu bukan berarti semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh,
melainkan hanya sekitar 5 10% dari jumlah timbal yang masuk melalui makanan dan
atau sebesar 30% dari jumlah timbal yang terhirup yang akan diserap oleh tubuh.
3. Paparan timbal yang berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan terhadap berbagai
sistim organ. Efek pertama pada keracunan timbal kronis sebelum mencapai target organ
adalah adanya gangguan pada biosintesis hem, apabila hal ini tidak segera diatasi akan
terus berlanjut mengenai target organ lainnya.
4. Konsentrasi normal timbal dalam darah 10 25 g/ pada orang dewasa terdapat
perbedaan kandungan timbal dalam darah, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan
geografis dimana orang-orang itu berada.Untuk mengendalikan pencemaran Pb tersebut
dapat dilakukan melalui pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan pembakaran
sempurna dan mencari bahan bakar alternatif.
B. Saran
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://amaliadwiaryanti.blogspot.co.id/timbal-pb-dan-bahayanya-bagi-tubuh.html Di akses
tanggal 02 Mei 2013