Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya perkembangbiakan
bakteri yang menyebabkan reaksi inflamasi pada traktus urinarius, meliputi parenkim ginjal hingga kandung kemih.1,2 Infeksi saluran kemih komplikata terjadi akibat adanya penyulit terdahulu seperti kelainan faktor fungsional (misalnya gangguan sistem imun atau sistem saraf pada neurogenic bladder), faktor metabolik (misalnya diabetes atau kehamilan), ataupun faktor struktural (adanya kalkulus, sistitis, abses renal, atau penggunaan kateter).3 Bakteri patogen juga berpengaruh dalam menyebabkan ISK komplikata umumnya terjadi akibat bakteri yang didapatkan di rumah sakit, misalnya seperti E.Coli, Klebsiell, Proteus, Pseudomonas, enterococci, dan staphylococcus. Sebagian besar bakteri tersebut telah resisten dengan antibiotik yang umum digunakan.3 Pada neurogenic bladder atau divertikulum buli dan pasien wanita post-menopause (50 hingga 70 tahun), terjadi perkembangbiakan kuman residual berlebih (bacterial overgrowth) menjadi patogen. Pada wanita muda hingga usia pertengahan, prevalensi ISK adalah sebesar 5%, semenetara pada wanita menopause kelompok usia 65 hingga 70 tahun, terdapat 15-20% pasien dengan bakteriuria. Pada wanita usia lebih dari 80 tahun prevalensi ISK meningkat menjadi 20 hingga 50%.4 Pada pasien dengan diabetes mellitus, tingginya kadar gula dalam urin dan menurunnya sistem imun tubuh menyebabkan perkembangan kuman yang melampaui kemampuan pertahanan tubuh. Tingginya kadar glukosa dalam urin dapat mengganggu kemampuan neutrofil dalam fagosit kuman. ISK komplikata pada pasien diabetes meliputi abses renal, pielonefritis dan sistitis emfisematosa, infeksi jamur, dan pielonefritis xantogranulomatosa. Sementara pada kasus kalkulus pada ISK, terjadi peningkatan terbentuknya batu struvite. Meningkatnya prevalensi pada ISK komplikata menyebabkan memanjangnya masa terapi dan meningkatakan resiko gagalnya terapi.1,2,3