I. REKAM MEDIS
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny. ERA
Umur : 35 tahun/ 02.07.1984
Medrec/ Reg : 938651/ RI19023090
Suku : Sumatera
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl Lematang VII No 152-2055 Rt.30 Rw 08 Kel
Leboh Gajah Kec Sematang Borang Kota
Palembang
Tanggal Masuk : 03 Agustus 2019 Pukul 15.42 WIB
2. Riwayat Perkawinan
1 kali, lamanya 8 tahun
3. Riwayat Reproduksi
Menarche 14 tahun, teratur, siklus 28 hari, lama 7 hari, HPHT : 14-11-
2018
4. Riwayat Kehamilan/ Melahirkan
1. 2012, laki-laki, 3300 g, spontan, bidan, sehat
2. 2014, Abortus, 8 minggu, dikuret, RS, Azzahra
3. 2015, Abortus, 7 minggu, dikuret, RS. Azzahra
4. 2016, laki-laki, 3100 g,. SC a.i unripped cervix, RSMH, sehat
5. Hamil ini
5. Riwayat Pengobatan
- MgSO4 diberikan bokong kanan-kiri secara intramuscular di
RS.Azzahra pukul 15.00
- Nifedipin 10mg p.o (sudah diberikan 1 kali)
6. Riwayat Penyakit di Keluarga
Ayah kandung pasien dengan darah tinggi
7. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi
Sedang
8. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama
Hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien sebelumnya berobat ke klinik dokter SpOG dan dikatakan
hamil kurang bulan dengan darah tinggi lalu pasien dirujuk ke RSMH.
Riwayat nyeri perut menjalar ke pinggang (-). Riwayat keluar darah
2
lendir (-), riwayat keluar air-air (-), riwayat darah tinggi hamil
sebelumnya (-), riwayat darah tinggi hamil ini (-), riwayat darah tinggi
saat tidak hamil (-), ± 4 jam SMRS pasien mengeluh mual (+), riwayat
muntah (+), riwayat sakit kepala (+), riwayat nyeri ulu hati (+),
riwayat pandangan kabur (+). Pasien mengaku hamil kurang bulan
dengan gerakan janin masih dirasakan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
Keadaan umum : Sedang Berat badan : 65 kg
Kesadaran : GCS: E4M6V5: 15 Tinggi badan: 150 cm
Tekanan darah : 180/110 mmHg Tipe badan : Astenikus
Nadi : 86x/menit Pernafasan : 20x/mnt
0
Suhu : 36,5 C
Keadaan khusus
Kepala : Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak
ikterik, edema palpebra (-/-)
Leher : Tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O, pembesaran
kelenjar getah bening tidak ada
Thoraks : Paru-paru :sonor, vesikuler (+) normal, wheezing(-),
ronkhi (-)
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status obstetrik
Ekstremitas : Edema pretibial (+/+), akral pucat (-/-), sianosis (-)
perifer, clubbing finger (-)
2. Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan luar :
Tinggi fundus uteri 3 jbpx (28 cm), memanjang, puka, kepala, U5/5,
his (-), DJJ 142 x/mnt, TBJ : 2325 g.
Pemeriksaan Dalam :
Portio lunak, posterior, eff 0%, kuncup, kepala, H I, ketuban dan
penunjuk belum dapat dinilai
Indeks Gestosis :
- Edema :1
- Proteinuria :1
- Sistolik :2
- Diastolik :2
Jumlah :6
3
Bishop Skor :
- Dilatasi :0
- Pendataran :0
- Konsistensi : 2
- Posisi :0
- Penurunan :1
Jumlah :3
3. Pemeriksaan USG (GER)
a. USG tanggal 03 Agustus 2019
- Tampak JTH preskep
- Biometri janin :
BPD : 8,99 cm AC : 29,94 cm
HC : 33,05 cm FL : 6,84 cm
EFW : 2538 g TCD : 4,76cm ⁓ 36W0D
PI MCA 0.7 RI MCA 0.5 SDAU 2.8
- Ketuban cukup, SDP 4,2 cm
- Plasenta di fundus uterus
K/ Hamil 36 minggu JTH preskep + tidak ada tanda hipoperfusi
4
5
6
D. Diagnosis
G5P2A2 hamil 36 minggu belum inpartu dengan Impending Eklampsia +
Bekas SC 1x (a.i unripped servik) janin tunggal hidup presentasi kepala.
E. Prognosis
Ibu dan janin : dubia
F. Terapi
Stabilisasi 3-6 jam
Observasi TVI, his, DJJ
IVFD RL gtt xx/m
Cek laboratorium (DR, DK, LDH, Faal hemostasis, CM)
Evaluasi sesuai satgas gestosis
Inj. MgSO4 40% sesuai protokol
Nifedipin 10 mg/6 jam (PO)
Pemasangan kateter urin, catat urin input dan output
Lapor DPJP Dr Awan Nurtjahyo, SpOG(K) rencana terminasi
perabdominam setelah stabilisasi
Edukasi tubektomi pasien menolak IUD setuju
Assessment PDL, anestesi, neurologi dan mata
Ginjal
Ureum : 60
Asam urat : 10.6
Kreatinin : 1.71
Elektrolit
Kalsium : 8.2
Magnesium : 6.80
Natrium : 132
Kalium : 6.3
Urinalisis
Warna : Kecoklatan
Kejernihan : Keruh
Berat jenis : 1,015
pH : 5,0
Protein : Positif ++
Ascorbic acid : Negatif
Glukosa : Negatif
Keton : Negatif
Darah : Positif +++
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen :1
Nitrit : Negatif
Lekosit Esterase : Negatif
Sedimen urine :
Epitel : Positif +
Lekosit : 20-40
Eritrosit : 300-400
Silinder : Silinder Granular ++
Kristal : Negatif
Bakteri : Negatif
Mukus : Negatif
8
Jamur : Negatif
9
G. Follow up
Konsultasi A/ G5P2A2 hamil 36 minggu belum P/
Anestesi inpartu dengan impending eklampsia + Nil per os
03.08.2019 bekas SC 1x +HELLP sindrom+ JTH
17.00 wib preskep
03/08/2019 A/ Hipertensi dalam kehamilan PEB dan Terapi :
17.00 WIB HELLP sindrom kelas II - Terapi sesuai TS Obgyn
Konsultasi - Metildopa 3x250mg
Penyakit - Steroid dexametason
Dalam 3x1amp (jika tidak ada
Dr. Yenny, kontraindikasi dibidang TS)
SpPD
03/08/2019 A/ Terapi :
17.15 WIB - Saat ini retinopati dan koroidopati - KIE
hipertensi belum dapat disingkitkan - Regulasi tekanan darah
Konsultasi sesuai TS obgyn
Mata - Konsul ulang untuk evaluasi
Dr. Fidalia, visus saat pasien sudah
SpM kooperatif
03/08/2019 S/ Pasien kejang 1x lama ± 3 menit Terapi :
17.45 WIB pasien dalam keadaan sadar - Stabilisasi 1-6 jam
O/ Sens: GCS: E4M6V5:15 - Obs TVI,his, DJJ, tanda
OBGYN TD : 148/109 mmHg, HR : 90 x/menit, inpartu, kejang
RR : 24 x/menit (NRM), T : 36,5C SpO2 - Resusitasi intrauterin
95% dengan pemberian O2 8-10
L/m via NRM, IVFD D5%
PL: FUT 4 Jbpx (28cm) memanjang puka gtt xx/m
kepala U 5/5 His (-) DJJ 168 x/m TBJ - IVFD RL gtt xx/m
2325gr - Kateter menetap catat input
output
A/ G5P2A2 hamil 36 minggu belum - Evaluasi sesuai satgas
inpartu dengan eklampsia antepartum + gestosis
HELLP syndrome + bekas SC 1x (a.i - MgSO4 sesuai protokol
unripped cervix) + hiperkalemia + - Dexametason 10mg/8 jam
insufisiensi renal JTH Preskep+ gawat IV
janin - Nifedipin 10mg/8jam
- Konsul anestesi (perawatan
P1), PDL, Neurologi
- R/ terminasi perabdominam
03/08/19 A/ G5P2A2 hamil 36 minggu belum Terapi :
17.45 WIB inpartu dengan eklampsia + bekas SC 1x + - Rawat P1
Anestesi HELLP sindrom + hiperkalemia JTH - Inj. Midazolam 2mg IV
Dr. Rizal preskep + gawat janin - Saran intubasi endotrakeal
Zaenal, SpAn - Informed consent
- Hiperkalemia : Inj
Furosemid 40mg IV
- Inj. Ca glukonas 2g IV
10
(bolus lambat)
- Inj. Insulin 10 IU + D40
(BSS: 324)
- Inj. Ceftriaxone 2g/12jam IV
- Inj. Omeprazol 40mg/24jam
IV
- N. Acetylcystein
200mg/8jam
- Dexmedetomidin
0.2meq/continous IV
03/08/19 A/ Obs bangkitan kejang tonik klonik e.c Terapi :
17.45 WIB eklampsia antepartum + Lesi intracranial - Stabilisasi ABC
belum dapat disingkirkan - Tatalaksana anti kejang
Assessment dengan MgSO4
Neurologi - EEG dijam kerja
Dr. Selly, SpS - CT-Scan kepala
03/08/2019 S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi Terapi :
19.00 WIB O/ Sens : CM TD : 160/120 mmHg, HR : - Obs TVI his DJJ tanda
98 x/menit, RR : 24 x/menit temp : 36,5 inpartu
OBGYN SpO2: 96% - O2 8-10 L/m via NRM,
- IVFD RL gtt xx/m
IG: 7 PL: FUT 3 Jbpx (28cm) memanjang puki - Kateter menetap catat
kepala U 5/5 His (-) Djj 103 x/m TBJ input output
2325gr - Evaluasi sesuai satgas
gestosis
A/ G5P2A2 hamil 36 minggu belum - MgSO4 sesuai protocol
inpartu dengan impending eklampsia + - Nifedipin 10mg/8 jam PO
HELLP syndrome+ bekas SC 1x (a.i - Inj. Dexametason
unripped cervix) + hiperkalemia + 10mg/8jam IV
insufisiensi renal JTH Preskep + gawat - Th/ lain sesuai TS anestesi
janin - R/ terminasi
perabdominam
- R/ CT-Scan
03/08/19 S/ pasien kejang 1x lama ±5 menit seluruh Terapi :
19.40 WIB tubuh pasien tidak sadar - Patensi jalan napas
O/ sens : GCS: E3M5V4 = 12 intubasi
OBGYN TD : 113/77 mmHg, HR : 100 x/menit, - Obs TVI, his, tanda inpartu,
RR : 24 x/menit (terintubasi) temp : 36,5C kejang
SpO2 96% - IVFD RL gtt xx/m
PL: FUT 4 Jbpx (28cm) memanjang puki - Kateter menetap catat input
kepala U 5/5 His (-) Djj (-) x/m TBJ 2325gr output
- Evaluasi sesuai satgas
A/ G5P2A2 hamil 36 minggu belum gestosis
inpartu dengan eklampsia antepartum + - MgSO4 sesuai protokol
penurunan kesadaran + HELLP syndrome+ - Dexametason 10mg/8 jam IV
bekas SC 1x (a.i unripped cervix) + - Th/ lain sesuai TS anestesi
hiperkalemia + insufisiensi renal JTM - R/ terminasi perabdominam
Preskep - R/ CT-Scan
- Konsul ulang PDL,
Neurologi
11
Assessment A/ Terapi :
Penyakit Edema paru akut Furosemid 20mg / 12 jam IV
dalam Eklampsia dengan HELLP syndrome Catat urin output
Dr. Suprapti, Hiperkalemia Cek ulang kalium post
SpPD koreksi
Antibiotik sesuia TS obgyn
04.08.2019
00.30 WIB
Hasil Hb 12.0 RBC 4.28 WBC 22,48 HT 34% PLT 53 RDW CV 15.70 GDS 80 Ca
laboratorium 8.8 Na 128 K 7.3 Cl 99
04-08-2019 Analisa Gas Darah (arteri) :
22.32 WIB Temperatur : 37
FI02 : 50
pH: 7.282
pCO2 : 29.4
pO2 : 77.2
SO2% : 93.3
Hct : 32
Hb : 10.6
Na+: 128.6
K+: 7.21
Ca++ : 1.22
Lactat :1.6
pHtc : 7.282
PCO2tc : 29.4
pO2tc : 77.2
TCO2 : 14.0
HCO3 : 14.9
BEecf : -12.9
BEb : -10.8
SBC : 15.8
O2CT : 14.0
RI : 3.1
O2Cap : 14.8
A : 320.0
A-aDO2 : 242.7
a/A : 0,2
PO2/FIO2 : 154.5
Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi Terapi :
OBGYN dan penurunan kesadaran - Obs TVI, his, tanda inpartu,
05.08.19 O/ sens : E4M6VT, TD : 220/100 mmHg, kejang
06.00 WIB HR : 128 x/menit, RR : 20 x/menit temp : - IVFD RL gtt xx/m
36,5C SpO2 100% - Kateter menetap catat input
Abdomen: Abdomen: FUT 4 Jbpx (28cm) output
memanjang puki kepala U 5/5 His (-) Djj - MgSO4 sesuai protokol
(-) x/m TBJ 2325gr - Dexametason 10mg/8 jam
A/ G5P2A2 hamil 36 minggu belum IV
inpartu dengan eklampsia antepartum + - Th/ lain sesuai TS anestesi
penurunan kesadaran + HELLP syndrome+ dan PDL
udema paru akut + hiperkalemia + AKI - Terpasang balon kateter,
stage III akut on CKD + Asidosis - R/ terminasi perabdominam
metabolik + bekas SC 1x (a.i unripped jika TS anestesi ACC
cervix) JTM Preskep -
15
a/A : 0,3
PO2/FIO2 : 165.4
Assessment A/ Terapi :
Penyakit - Asidosis metabolik - ACC HD cito mission : UF
dalam - AKI stage III dengan Anuria goal 500ml, T 3 jam GUB
Dr. Suprapti, - Trombositopenia (HELLP syndrome) 50-180 Heparin Free
SpPD - Hematuria - Cek persiapan HD
05.08.2019 - G5P2A2 hamil 36 minggu JTM dengan
10.00 WIB Eklampsia
Follow up S/ Hamil kurang bulan dengan darah tinggi Terapi :
OBGYN dan penurunan kesadaran - Obs TVI, his, tanda inpartu,
05.08.19 O/ sens : E4M6VT, TD : 180/100 mmHg, kejang
11.00 wib HR : 100 x/menit, - IVFD RL gtt xx/m
RR : 28 x/menit temp : 36,5C SpO2 - Kateter menetap catat input
100% output
Abdomen :FUT 4 Jbpx (28cm) memanjang - MgSO4 sesuai protokol
puka kepala U 3/5 His 3x/10’/30” Djj (-) - Dexametason 10mg/8 jam
x/m TBJ 2325gr IV
VT : portio lunak, anterior, eff 100%, 6 - Th/ lain sesuai TS anestesi
cm, kepala HIII , ketuban (+), penunjuk dan PDL
UUK anterior kanan - Rencana terminasi
A/ G5P2A2 hamil 36 minggu inpartu kala pervaginam dengan tindakan
1 fase aktif dengan eklampsia antepartum +
penurunan kesadaran + HELLP syndrome+
udema paru akut + hiperkalemia + AKI
stage III anuria + Asidosis metabolik +
bekas SC 1x (a.i unripped cervix) JTM
Preskep
- R/ hemodialisa
Hasil Hb : 9.5 RBC : 3.23 WBC : 18.49, Ht : 28% PLT : 144 RDW-CV 15.70
laboratorium
05-08-2019
18.22 WIB
Hasil Hb 11.5 RBC 4.80 WBC 12,88 HT 37% PLT 544 MCV 76.5 MCH 24
laboratorium MCHC 31 RDW CV 15.60 diff. count : 0/0/81/13/6 APTT 90.3 GDS 73
05-08-2019 Ureum 15 kreatinin 0.69 Ca 9.3 Na 144 K 3.7
19.20 WIB
Perawatan S/ Pasien HD inisiasi pertama berjalan 1 jam
HD Akses macet, clothing (+)
05.08.2019 O/ Sens E4M6VT, TD 130/74, N 129 x/m T 36.5C
CFG 200ml waktu : 1 jam HR 112x/m
Clothing dialyzer, HD femoralis tanpa heparin. Tekanan darah sempat
drop dan pasien tidak stabil ( bergerak gelisah)
A/ AKI Stage III, gangguan perfusi
P/ Lapor ke dr.Suprapti, SpPD KGEH stop HD
pasien kembali keruang P1 IGD
Hasil Hb 8.5 RBC 2.84 WBC 21,20 HT 24% PLT 104 MCV 84.9 MCH 30 MCHC
laboratorium 35 RDW CV 15.80 diff. count 0/083/11/6 PT 22.3 INR 1.72 APTT 40.3
06-08-2019 Analisa Gas Darah (arteri) :
02.20 WIB Temperatur : 36,3
FI02 : 50
pH: 7.090
Na+: 131.7
K+: 6.97
Ca++ : 1.01
Lactat :2.9
pHtc : 7.098
PCO2tc : 53.9
pO2tc : 41.5
TCO2 : 18.7
HCO3 : 17.0
BEecf : -13.0
BEb : -12.2
SBC : 14.3
O2CT : 10.0
RI : 5.8
O2Cap : 16.6
A : 293.0
A-aDO2 : 251.5
a/A : 0,1
PO2/FIO2 : 87.2
Follow up S/ habis melahirkan - Observation TVI kontraksi
Obgyn O/ Vital sign: sens : E3M4VT BP = 104/53 perdarahan, kejang,
06.08.2019 mmHg, HR = 90x/m, temp = 36.8 C, RR = kesadaran
06. 00 WIB 22 x/m SpO2 90 - IVFD RL + oxytocin 20IU
PL: FUT 2 Jbpst kontraksi sedang xx/mnt
perdarahan aktif (terpasang tampon - Cek labor post partum
19
II. PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah menegakkan diagnosa impending eklampsia pada pasien ini?
2. Apakah manajemen pada pasien ini sudah tepat?
endotel dikenal mensuplai semua sistem organ, sehingga terjadi gangguan pada
profil lipid, seperti kadar trigliserida dan asam lemak bebas yang meningkat dua
kali lipat. Adanya peningkatan peroksidasi lipid baik secara sistemik maupun
dalam plasenta, menunjukkan bahwa stress oksidatif mendasari kerusakan pada
sel endotel. Sel endotel yang rusak pada preeklampsia akan merangsang agregasi
platelet serta pelepasan tromboksan A2 (TXA2) yang merupakan agen
vasokonstriktor. Mekanisme ini menyebabkan penurunan produksi prostasiklin
(agen vasodilator) oleh sel endotel. Berkurangnya jumlah prostasiklin
memungkinkan sensitivitas vaskular yang lebih besar terhadap angiotensin II,
sehingga menyebabkan vasospasme dan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan menimbulkan peningkatan tekanan darah.1
Tekanan darah Sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg pada 2 kali
pemeriksaan dengan minimal jarak pemeriksaan 4 jam, setelah
usia kehamilan 20 minggu pada wanita dengan tekanan darah
sebelumnya normal
Sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg, hipertensi
dapat dikonfirmasi dalam interval pendek (menit)
dan
Proteinuria Protein ≥300 mg/24 jam jumlah urin, atau
Rasio protein/kreatinin ≥0,3
Uji dipstik 1+ (hanya digunakan apabila metode kuantitatif
tidak tersedia)
Atau apabila tidak disertai proteinuria, dapat disertai salah satu tanda di bawah
ini :
Trombositope Jumlah trombosit <100.000/µL
nia
Insufisiensi Konsentrasi kreatinin serum >1,1 mg/dl atau konsentrasi
renal kreatinin serum meningkat 2 kali lipat tanpa adanya penyakit
ginjal lain
Gangguan Peningkatan konsentrasi enzim transaminasi hepar 2 kali lipat
fungsi hepar kadar normal
Edema
pulmonal
Gejala serebral
22
atau visual
Dikutip dari ACOG 1,3
kondisi gawat janin. Setelah dinilai oleh bagian anestesi pasien dinilai belum
memenuhi syarat untuk dilakukan operasi dengan kadar kalium yang tinggi, dari
bagian anestesi menyarankan untuk dilakukan koreksi kalium terlebih dahulu .
Lalu saat pukul 19.40 WIB, pasien kejang berulang dan denyut jantung janin
hilang. Pasien kemudian dikonsulkan ulang ke bagian Penyakit dalam dan
Neurologi. Dari bagian neurologi menyarankan untuk dilakukan CT-Scan dan
didapatkan hasil CT-Scan lesi hiperdens di thalamuskiri disertaimultiple
infiltrate lakuner di capsula internakiri dan ganglia basaliskanan +
herbelsstemporo oksipital kanan disertai gambaran PRES. dari bagian Penyakit
dalam menyarankan untuk koreksi kalium. Namun TD pasien meningkat dan
anuria pada tanggal 04 Agustus 2019, dan dikonsulkan ulang ke bagian penyakit
dalam dengan hasil jawaban konsul pasien diberikan nitroglicerin drip, koreksi
kalsium, koreksi kalium dn rehidrasi. Tanggal 05 Agustus 2019 pasien
disarankan dari bagian penyakit dalam untuk dilakukan hemodialisa tetapi pada
pukul 08.30 WIB pasien inpartu dengan kala I fase laten bukaan 3 cm (terpasang
bandul tangga; 04 Agustus 2019 pukul 17.00 WIB dan bandul lepas). Kemudian
pukul 13.00 WIB pasien inpartu kala I fase aktif dan pasien direncanakan
terminasi pervaginam dengan tindakan forceps. Kemudian pada pukul 13.45
WIB lahir bayi mati perempuan dengan ekstraksi forceps dengan perdarahan 400
cc dilakukan pemasangan tampon vaginal. Pada pukul 06.00 WIB pasien
direncanakan pindah keruang perawatan HCU, dan pasien dinyatakan arrest saat
di ruang HCU.
Kerusakan dari sel endotel arteri spiralis mengakibatkan hipoksia dan seterusnya
menjadi aterosis akut. Aterosis akut ditandai dengan adanya diskontinuitas dari
sel endotel, gangguan fokal pada membrana basalis, deposisi trombosit,
terbentuknya mural trombus dan akhirnya terjadi nekrosis fibrinoid. Dengan
rangsangan dari trombosit growth factor terjadi perubahan proliferasi yang tidak
teratur pada tunikaintima, dan pada tunika media mengakibatkan hiperplasia.
Aterosis akut ini merupakan keadaan yang patognomonis pada
preeklampsia.Efek semua kejadian yang telah disebutkan di atas terjadilah
29
gangguan sirkulasi sistemik dan gangguan koagulasi pada ibu yang selanjutnya
menjadi sindroma HELLP.12
Pada sindroma HELLP terjadi disfungsi endotel, dengan akibat terjadi
peningkatan aktivasi kaskade koagulasi. Sindroma HELLP dapat menyebabkan
terjadi peningkatan angka kematian maternal dan perinatal. Penyebab kematian
adalah ruptur hepar, DIC, gagal ginjal akut, edema paru, trombosis karotid dan
pecahnya pembuluh darah serebrovaskuler. Keterlambatan diagnosis dan terapi
sindroma HELLP akan menyebabkan prognosis menjadi makin buruk. Luaran
maternal dengan HELLP Sindroma cukup baik, terkadang perubahan
normalisasi hingga 6 hari paska melahirkan. Namun perbaikan dapat tertunda
pada penyakit yang lebih berat termasuk jika disertai dengan AKI. Diperkirakan
10-46% wanita mengalami AKI dan membutukan dialisis akut dihubungkan
dengan sindroma HELLP. Identifikasi dini dari penyakit ini dapat mengurangi
angka kematian maternal dan perinatal, juga mengurangi angka
komplikasinya.9,10
Berdasarkan rekomendasi daripada RCOG untuk tatalaksana daripada
preeklampsia dengan tanda sindroma HELLP adalah terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan dapat dipilih secara perabdominam dan pervaginam.
Terminasi perabdominam dipilih apabila ditemukan adanya indikasi obstetrik.
Terminasi perabdominam juga dipilih pada wanita dengan usia kehamilan
dibawah usia 30 minggu kehamilan dan atau dengan nilai Bishop yang
unfavourable. Anesthesi regional diindikasikan pada kasus dengan nilai
trombosit dibawah 100.000/uL. Namun, anestesia epidural dikontraindikasikan
dengan jumlah trombosit dibawah 75.000/uL. Transfusi trombosit sebelum
terminasi perabdominam disarankan pada sindroma HELLP dan juga pada
persalinan pervaginam.13,14Pada kasus ini dipilih terminasi perabdominam karena
pasien datang dengan belum inpartu dan dengan nilai Bishop yang unfavourable
Gejala neurologis akut pada wanita hamil dan post partum dapat disebabkan
oleh eksaserbasi kondisi neurologis yang telah ada sebelumnya. Pasien hamil
atau post partum yang mengeluh sakit kepala dan adanya gejala neurologis
lainnya kerap dianggap sebagai preeklampsia, namun penyebab lainnya harus
dipertimbangkan seperti cerebral venous thrombosis (CVT) dan reversible
cerebral vasoconstriction syndrome (RCVS). Patofisiologi kondisi ini
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi estrogen yang menstimulasi
pembentukan faktor pembekuan--yang meningkatkan risiko tromboemboli;
peningkatan volume darah total dan plasma meningkatkan risiko hipertensi;
serta peningkatan konsentrasi progesteron hingga akhir kehamilan menyebabkan
distensibilitas vena dan risiko ekstravasasi dari pembuluh darah kecil. 19,20
Selain preeklampsia dan eklampsia terdapat kondisi lain yang bisa tumpang
tindih gejala klinisnya, termasuk stroke iskemik akut (SIA), intracerebral and
subarachnoid hemorrhage (ICH dan SAH), serta trombosis vena serebri (TVS).
Stroke pada wanita hamil dan post partum jarang terjadi, namun risiko
meningkat dibandingkan wanita tidak hamil di usia yang sama. Bukti terkini
menyiratkan risiko stroke meningkat selama kehamilan dan post partum,
terutama ICH dan CVT. Preeklampsia dan eklampsia memiliki hubungan
kausatif pada 25-50% pasien stroke, faktor risiko lainnya antara lain wanita
dengan usia lebih tua, ras Afro-Amerika, menderita hipertensi dan penyakit
jantung, persalin sesar, migrain, trombofilia, lupue eritematosus sistemik,
31
suickle cell disease, dan trombositopenia. Pada pasien dengan ICH dan SAH,
umumnya memiliki lesi struktural yang telah ada sebelumnya seperti malformasi
vaskuler dan aneurisma. Infark dan perdarahan serebri dapat diakibatkan oleh
berbagai vaskulopati, termasuk RCVS dan preeklampsia.19,20
Wanita hamil atau post partum dengan kejang dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori, yaitu:
1. Pasien dengan penyakit kejang sebelumnya (paling sering)
2. Pasien dengan kelainan kejang baru yang tidak terkait kehamilan
(seperti tumor otak yang tidak terdiagnosis dan sebagainya)
3. Pasien dengan keluhan kejang baru yang terkait kehamilan (disebabkan
oleh eklampsia, IH, CVT, RCVS, dan lain-lain)
Kejang merupakan hallmark eklampsia. Kejang eklampsia biasanya
tonik-klonik dan berlangsung selama sekitar 1 menit. Gejala yang dapat muncul
sebelumnya adalah sakit kepala persisten di bagian frontal atau oksipital,
pandangan kabur, fotofobia, nyeri perut kanan atas atau epigastrium, serta
gangguan status mental. Pada hampir 1/3 kasus, tekanan darah kurang dari
140/90 mmHg sebelum kejang atau tanpa disertai proteinuria. Over-regulation
otak sebagai respon terhadap hipertensi dapat menyebabkan vasospasme arteri
serebri dan iskemia mengakibatkan edema sitotoksik. Selain itu, hilangnya
fungsi autoregulasi sebagai respon terhadap hipertensi juga dapat menyebabkan
disfungsi endotel, kebocoran kapiler, dan edema vasogenik.Tabel berikut
mendeskripsikan jenis dan perbedaan temuan dalam kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan kejang dalam kehamilan. 19-21
Pada pasien ini terjadi penurunan kesadaran setelah kejang terjadi. Seperti
yang telah dipaparkan di atas, komplikasi dari preeklampsia yang diperberat
dengan complete HELLP syndrome seperti pada kasus ini, dimana nilai
trombosit ketika pasien masuk 54.000/mm3 dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan otak. Dari hasil CT Scan kepala cito didapatkan kesan perdarahan
34
- Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang
ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
- Lakukan pemeriksaan vital sign(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan), refleks patella, dan jumlah urin tiap jam.
- Bila frekuensi pernapasan <16x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks
tendon patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam),
segera hentikan pemberian MgSO4.
- Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 10% 1 gram (10 ml)ivbolus
dalam 10 menit.
- Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk, pantau dan nilai
adanya perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia, lakukan
penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4
40% 2 gram (5cc) iv perlahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4
ulangan masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam
10 mg iv selama 2 menit.
2. Tatalaksana Hipertensi
- Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34-37
minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat
hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin.
Lakukan pengawasan ketat.
- Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm,
persalinan dini dianjurkan.
- Pada ibu dengan hipertensi gestasional ringan yang sudah aterm, induksi
persalinan dianjurkan.
b. Tatalaksana Khusus
38
1. Edema Paru
Diagnosis : sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus pada
basal paru pada ibu dengan preeklampsia berat.
Tatalaksana:
Posisikan ibu dalam posisi tegak
Berikan oksigen
Berikan furosemide 40 mg iv
Bila produksi urin masih rendah (<30cc/jam dalam 4 jam), pemberian
furosemide dapat diulang.
Ukur balans cairan. Restriksi input cairan.
Kelas 1 ≤50.000
Kelas 3 100.000-150.000
IV. RINGKASAN
Diagnosis pada pasien ini telah ditegakkan secara tepat. Penatalaksanaan pada
kasus ini sudah sesuai prosedur dan cukup adekuat, mengingat komplikasi yang diderita
39
oleh pasien. Eklampsia dianggap sebagai titik akhir dari suatu proses penyakit, berawal
dari subklinis dan berlanjut menjadi preeklampsia ringan kemudian berat. Pada kasus
klasik, penyakit ini umumnya pertama melibatkan arteri dan ginjal, bermanifestasi
sebagai hipertensi dan proteinuria sebelum keterlibatan organ lainnya. Namun,
keterlibatan organ lain seperti otak, yang bermanifestasi sebagai eklampsia, sebelum
keterlibatan arteri dan ginjal dapat timbul pada kasus atipikal. Oleh karena itu,
dibandingkan bergantung pada keberadaan hipertensi atau proteinuria, riwayat pasien,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium dan imaging penting untuk
mendiagnosis preeklampsia atipikal. Preeklampsia atipikal harus dipertimbangkan pada
seluruh wanita hamil dan pasca persalinan, walau tanpa temuan klasik. Tatalaksana
perlu diberikan sesegera mungkin sambil menunggu penegakan diagnosis definitif.
RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rause, Spong CY, eds. Williams
obstetrics. 24 th ed. New York: McGraw-Hill, 2014.
2. Steegers E, Dadelszen P, Duvekot JJ, Pijnenborg R. Preeclampsia. The Lancet 2010;376:631-
44.
3. The American College of Obstetrics and Gynecologists. Hypertension in pregnancy. ACOG.
2013:1-100.
4. POGI Himpunan Kedokteran Fetomaternal Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016.
5. Prasetyorini N, Prabawati NG, Perdana R. Atipical Preeclampsia-Eclampsia Is it Emerging
in Indonesia? Maternal-Fetal Medicine Division, Brawijaya University. 2015
6. Barton JR. SIbai BM. Management of Hypertensive Crisis Including Stroke. Elsivier.
2011:101-113.
7. Mihu et al. Hellp Syndrome-a multicenter disorder. J Gastrointestin Liver Dis. 2008.
8. Lopez-Llera M. Main clinical types and subtypes of preeklampsia. Am J Obstet Gynecol.
1992;166:4–9.
9. Brown MA. Diagnosis and classification of preeklampsia, hypertensive disorders of
pregnancy. 2003; In: Belfort M. A., Thornton S, Saade GR.
10.Sheehan JL, Lynch JB. Pathology of preeklampsia in pregnancy. Baltimore (MD): Williams
and Wilkins; 1973.
11.Seravalli V, Baxter JK. Hypertensive disorders. In: Berghella V, ed. Maternal fetal medicine.
Philadelphia: Informa Healthcare, 2012:1-19.
12.Valent AM, DeFranco EA, Allison A, Salem A, Klarquist L, Gonzales K, dkk. Expectant
management of mild preeclampsia versus superimposed preeclampsia up to 37 weeks. Am J
Obstet Gynecol. 2015;212:515.e1-8.
13.Lawler J, Osman M, Shelton JA, Yeh J. Population-based analysis of hypertensive disorders
in pregnancy. Hypertensive Pregnancy. 2007; 26:67–76.
40
14.Cunningham FG, Fernandez CO, Hemandez C. Blindness associated with preeklampsia and
eklampsia. Am J Obstet Gynecol. 1995;172:1291-1298.
15.Russel, James. Shock Syndromes Related To Sepsis. Downloaded from ClinicalKey.com
16. Sofoewan S. Preeklampsia – eklampsia di beberapa rumah sakit di Indonesia,
patogenesis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI. 2003;27:141-151.
17. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Kematian maternal. Dalam: Ilmu
kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2000:22-27.
18.Suwondo A. Kegagalan multi organ (disfungsi organ multipel). Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar penyakit dalam jilid III. Edisi
empat. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Peny Dalam; 2014: 4099-4113.
19.Edlow JA, Caplan LR, O’Brien K, Tibbles CD. Diagnosis of acute neurological emergencies
in pregnant andpost-partum women. Lancet Neurol 2013; 12: 175–85
20.Edlow AG, Edlow BL, Edlow JA. Diagnosis of acute neurologic emergencies in pregnant
and postpatum women. Emerg Med Clin N Am 34 (2016) 943–965
21.Frontera JA, Ahmed W. Neurocritical care complications of pregnancy and puerperium.
Journal of Critical Care 29 (2014) 1069–1081.
22.Fischbein NJ, Wijman CAC. Nontraumatic intracranial hemorrhage. Neuroimag Clin N Am
20 (2010) 469–492
23.Singh R, Hayaran N, Nagar D, Jain A. Spectrum of neurological complications in eclampsia
in a tertiary care hospital in India. J Obstet Gynaecol Can 2018;40(7):876–882.