PEMBIMBING:
Dr. ELHAMIDA GUSTI, SpPD
PENYUSUN:
ABDURRACHMAN MACHFUDZ
030.11.003
1
STATUS PASIEN PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT BUDI ASIH
PERIODE DESEMBER 2015 -MARET 2016
I. IDENTITAS PASIEN
Nomor RM : 01000738
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Cipinang Muara Jatinegara
Status marital : Menikah
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 4 Februari 2016
Ruang : 506
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 9 februari 2016 dengan adik pasien.
KELUHAN UTAMA
Mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk RS
2
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat pengobatan TB paru bulan ke 2 (sejak Desember 2015), riwayat HT (+).
Riwayat DM disangkal
RIWAYAT PENGOBATAN
Riwayat pengobatan TB paru bulan ke 2 menggunakan FDC4 1 x 3. Os mengaku
sering mual dan muntah setelah minum obat paru
Status Generalis
Kepala : Normocephali, simetris, distribusi rambut merata, berwarna
hitam.
Wajah : Simetris, Ikterik, pucat (-), sianosis (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-), Eksoftalmus (-/-),
3
Ptosis (-), pupil bulat isokor, reflex cahaya (+/+)
Telinga : Normotia, Liang lapang, serumen (-/-), cairan (-/-), membran
timpani intak
Hidung : Normal, septum deviasi (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-),
tidak ada nafas cuping hidung
Mulut :
a. Bibir : Sariawan pada mulut (Candidiasis Oral)
b. Lidah : Normoglosia, hiperemis tidak ada, ulkus tidak ada
sianosis tidak ada
c. Bukal : Tidak ada hiperemis, tidak ada sianosis
d. Uvula : Tampak di linea mediana, tidak hiperemis, livid, maupun sianosis
e. Faring : Arkus faring simetris, tidak hiperemis, tidak ada PND, maupun
pseudomembran
f. Tonsil : T2/T2, tenang, tidak ada kelainan seperti kripta dan detritus
g. Gigi : Caries (-)
Leher : Jejas (-), hematoma (-), KGB dan tiroid tidak teraba membesar,
Kaku kuduk (+)
Thoraks
Bentuk : Datar, tidak cekung
Buah dada : normal
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pulsasi Ictus Cordis di ICS V, 1 cm
medial midklavikularis kiri
Perkusi : a. Batas atas (ICS III linea parasternalis
kiri dengan suara redup)
b. Batas kiri (ICS V, 1 jari medial linea
midklavikula kiri dengan suara redup)
4
c. Batas kanan (ICS IV linea sternalis
kanan dengan suara redup)
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal regular, gallop
(-),murmur (-)
Paru :
Inspeksi : Bentuk dada simetris dan pergerakan dada
simetris saat inspirasi dan ekspirasi. Tidak ada bagian yang
tertinggal, penggunaan otot pernafasan (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris pada kedua
lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada kedua lapang
paru, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : warna kulit ikterik (-), tidak terdapat
shagging of the flanks, tidak ada spider navy,
tidak tampak efloresensi bermakna, tidak
tampak dilatasi vena, tidak tampak smiling
umbilicus.
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Palpasi : Dinding perut supel, tidak ada defans
muscular, nyeri tekan (+) pada region
umbilicus dan hipokondria kanan, Murphys
sign negatif, lien tidak teraba, ballottement
negatif, undulasi (-).
5
VII linea midklavikularis kanan dengan
suara pekak, batas atas hepar setinggi sela iga
V linea midklavikularis kanan dengan suara
redup, shifting dullness negatif.
Ekstremitas :
a. Atas : Akral hangat (+/+), Oedema (-/-), Deformitas (-/-),Ikterik(-)
b. Bawah : Akral hangat (+/+), Oedema (-/-), Deformitas (-/-),ikterik(-)
6
4 Februari 2016
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
KIMIA KLINIK
ANALISA GAS DARAH
PH 7,56 7,35 7,45
PCO2 20 mmHg 35 45
PO2 164 mmHg 80 - 100
Bikarbonat (HCO3) 18 mmol/L 21 28
Total CO2 19 mmol/L 23 27
Saturasi O2 99 % 95 100
Kelebihan basa (BE) -1,9 mEq/L -2,5 2,5
KIMIA KLINIK
Metabolisme karbohidrat
Glukosa darah 99 mg/dL <110
sewaktu
ELEKTROLIT
Natrium 131 mmol/L 135-155
Kalium 3 mmol/L 3,5 5,5
Klorida 100 mmol/L 98 - 109
7
6 Februari 2016
Positif : 3
Positif : 0,6
ELEKTROLIT
Natrium 134 mmol/L 135-155
Kalium 3,6 mmol/L 3,5 5,5
Klorida 100 mmol/L 98 - 109
7 Februari 2016
8
Saturasi O2 98 % 95 100
Kelebihan basa (BE) -14,9 mEq/L -2,5 2,5
IMUNOSEROLOGI
IMUNODEFICIENCY PROFILE
CD4
CD 4 Absolut 21 Cell/uL 410 - 1590
8 Februari 2016
9 Februari 2016
9
10 Februari 2016
V. RINGKASAN
Seorang pasien Ny.T datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Muntah 3x/hari setiap makan, isi makanan. Nyeri perut
terasa disekitar pusar dan bagian kanan atas. Os juga mengeluhkan batuk, berdahak
putih. Os juga mengatakan terjadi penurunan berat badan 13 kg dalam dua bulan
terakhir serta sering berkeringat saat dini hari. Os mengeluh terdapat demam, nyeri
kepala, serta tubuh berwarna kuning. Os sedang dalam pengobatan TB paru bulan ke
dua. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk (+),nyeri tekan (+) pada regio
umbilicus dan hipokondria kanan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar
SGOT 233 mU/dl dan SGPT 215 mU/dl, Anti HIV reaktif, CD4 Absolut 21 Cell/uL,
Anti Toxoplasma IgG 49,7 IU/mL.
10
imunologi Toksoplasma, CT Scan, MRI. Rencana terapi untuk masalah ini
adalah: pirimetamin 3 x 25 mg
2. AIDS
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium Anti HIV reaktif. Adapun
rencana diagnostik untuk masalah ini adalah pemeriksaan ELISA dan western
blot. Rencana terapi untuk masalah ini adalah:
a. Medikamentosa
- Kotrimoksazol 2 x 1
- ARV
b. Non medika mentosa
Mengedukasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai kondisi
pasien, baik penyakit yang dialaminya maupun komplikasi yang dapat
terjadi
11
4. Alkalosis metabolic
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium analisa gas darah. Rencana
diagnostic pemeriksaan analisa gas darah. Rencana terapi pemberian Infus
NaCl 0,9 %
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
IX. FOLLOW UP
4 Februari 2016
12
2. Inj. Meropenem 3 x 1 gr
3. Inj. Deksametason 3 x 10 mg
4. Curcuma 3x2
5. Hepa Q 3x1
5 februari 2016
8 februari 2016
S Demam
O TD : 160/100
13
HR : 102 kali/menit
RR : 28 kali/menit
S : 390 C
9 februari 2016
S Demam
O TD : 140/80
HR : 102 kali/menit
RR : 28 kali/menit
S : 380 C
14
Abdomen : BU (+) 3x/menit, NT (-)
Ekstremitas: Akral hangat (+)(+)/(+)(+), deformitas (-), edema (-)(-)/(-)(-)
A 5. Meningitis TB
6. TB Paru dengan DIH
7. AIDS
P Medikamentosa
6. Kotrimoksazol 2x1
7. Hepa Q 3x1
8. Injeksi meropenem 3 x 1
9. Asam folat 2 x1
10 februari 2016
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit
Toxoplasma Gondii.(1)
2.2 Epidemiologi
Prevalensi zat anti T. gondii berbeda di berbagai daerah geografik, seperti pada
ketinggian yang berbeda di daerah rendah prevalensi zat anti lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah yang tinggi. Prevalensi zat anti ini juga lebih tinggi di daerah tropik.Pada
umumnya prevalensi zat anti T. gondii yang positif meningkat sesuai dengan umur, tidak ada
perbedaan antara pria dan wanita. Anjing sebagai sumber infeksi mendapatkan infeksi dari
makan tinja kucing atau bergulingan pada tanah yang mengandung tinja kucing, yang
merupakan instrumen penyebaran secara mekanis dari infeksi T. gondii. Lalat dan kecoa
secara praktis juga penting dalam penyebarannya.[2]
Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut:
kucing 35-73 %,
babi 11-36 %,
kambing 11-61 %
anjing 75 %
ternak lain kurang dari 10 % .[2]
2.3 Etiologi
Disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang dibawa olehkucing, burung dan hewan
lainyang dapat ditemukan pada tanahyang tercemar oleh tinja kucing dan kadang pada daging
mentahataukurang matang. Apabila parasit masuk ke dalam sistemkekebalan, ia menetap di
16
dalamtubuhtetapi sistem kekebalan pada orangyang sehat dapat melawan parasit tersebut
hingga tuntas dan dapat mencegah penyakit. Transmisi pada manusia terutama terjadi
bilamemakan daging babi atau domba yang mentahyang mengandungoocyst (bentuk infektif
dari T.gondii). Bisa juga dari sayur yangterkontaminasi ataukontak langsung dengan feses
kucing. Selain itudapat terjadi transmisi lewat transplasental, transfusidarah, dantransplantasi
organ. Infeksi akut pada individu yangimmunokompeten biasanya asimptomatik. Pada
manusia dengan imunitas tubuh yang rendah dapat terjadi reaktivasi dari infeksi laten. Yang
akan mengakibatkan timbulnya infeksi opportunistik dengan predileksi di otak.[3]
17
Tachyzoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapatmenginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel.Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut
dariinfeksi. Bila infeksi menjadi kronis tachyzoit dalamjaringan akan membelah
secara lambat dan disebutbradizoit.[3]
Gambar 2: Tachyzoit
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringandengan jumlah ribuan
berukuran 10-100 um. Kistapenting untuk transmisi dan paling banyak terdapatdalam
otot rangka, otot jantung dan susunan syarafpusat.[3]
Gambar 3 : Kista
Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yangberukuran 10-12 um. Ookista
terbentuk di sel mukosausus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feceskucing.
Dalam epitel usus kucing berlangsung siklusaseksual atau schizogoni dan siklus atau
18
gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama
feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi
akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh pejamu perantara
seperti manusia, sapi,kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan pejamu
perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif.
Pada pejamuperantara tidak dibentuk stadium seksual tetapidibentuk stadium istirahat
yaitu kista. Bila kucing makantikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali
stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.[3]
Gambar4:Ookista
19
Gejala cerebral toksoplasma atau dikenali sebagai toksoplasma otak termasuk
ensefalitis, demam, sakit kepala hebat yang tidak ada respon terhadap pengobatan,
lemah pada satu sisi tubuh, kejang, kelesuan, kebingungan meningkat, masalah
penglihatan, vertigo, afasia, masalah berjalan, muntah dan perubahan kepribadian.
Tidak semua pasien menunjukan tanda infeksi. Pada ensefalitis fokal ditemukan
nyeri kepala dan rasa bingung kerna adanya pembentukan abses akibat dari
terjadinya infeksi toksoplasma. Pasien dengan sistem immunonya menurun,
gejala-gejala fokalnya cepat sekali berkembang dan penderita mungkin akan
mengalami kejang dan penurunan kesadaran.[4]
Toksoplasmosis serebral sering muncul dengan onset subakut dengan gejala fokal
nerologik. Walaubagaimanapun, terdapat juga onset yang tiba-tiba disertai kejang
atau pendarahan serebral. Hemiparesis dan gangguan percakapan sering ditemui
sebagai gejala klinis awal.
Keterlibatan batang otak bisa menghasilkan lesi saraf cranial dan pasien akan
mempamerkan disfungsi serebral seperti disorientasi, kesadaran menurun, lelah
atau koma. Pengibatan medulla spinalis akan menghasilkan gangguan motorik dan
sensorik bagi beberapa anggota badan serta kantung kemih atau kesakitan fokal.[4]
Gejala neurologis dengan atau tanpa lesi fokal di sistem saraf pusat merupakan
manifestasi klinis tersering pada pasien dengan AIDS. Gejala yang timbul
diantaranya:
20
IV. PATOMEKANISME
Penularan pada manusia dimulaidengan tertelannya tissue cyst atau oocyst diikuti oleh
terinfeksinyasel epitel usus halus oleh bradyzoites atau sporozoites secaraberturut-turut.
Setelah bertransformasi menjadi tachyzoites,organisme ini menyebar ke seluruh tubuh lewat
peredaran darahatau limfatik. Parasit ini berubah bentuk menjadi tissue cysts begitumencapai
jaringan perifer. Bentuk ini dapat bertahan sepanjanghidup pejamu,danberpredileksi untuk
menetap pada otak,myocardium, paru, otot skeletal dan retina.
Pada manusia dengan imunitas tubuh yang rendah dapat terjadi reaktivasi dariinfeksi
laten yang akan mengakibatkan timbulnya infeksioportunistik denganpredileksi di otak.
Tissue cyst menjadi rupturdan melepaskan invasive tropozoit (takizoit). Takisoit ini akan
menghancurkan sel dan menyebabkan focus nekrosis.(6)
Tachyzoit (usus)
Imune Respon
Immunocompromized
reaktivasi
Pada pasien yang terinfeksi HIV, jumlah CD4 limfosit T dapat menjadi prediktor
kemungkinan adanya infeksi oportunistik. HIV secara signifikan berdampak pada kapasitas
fungsional dan kualitas kekebalan tubuh. HIV mempunyai target sel utamayaitu sel limfosit
21
T4, yang mempunyai reseptor CD4. Beberapa sel lain yangjuga mempunyai reseptor CD4
adalah : sel monosit, selmakrofag, sel folikular dendritik, sel retina, sel leher rahim, dan
sellangerhans. Infeksi limfosit CD4 oleh HIV dimediasi oleh perlekatanvirus kepermukaan
sel reseptor CD4, yang menyebabkan kematianseldengan meningkatkan tingkat
apoptosispada sel yang terinfeksi. Selain menyerang sistem kekebalan tubuh, infeksi HIV
jugaberdampak pada sistem saraf dandapat mengakibatkan kelainanpada saraf. Infeksi
oportunistik dapat terjadi akibat penurunan kekebalantubuh pada penderita HIV/AIDS.
Infeksi tersebudapatmenyerang sistem saraf yang membahayakanfungsi dan
kesehatanselsaraf. Mekanisme bagaimana HIV menginduksi infeksi oportunistikseperti
toxoplasmosissangat kompleks. Ini meliputi deplesi dari sel T CD4; kegagalan produksi IL-2,
IL-12, dan IFN-gamma; kegagalanaktivitas Limfosit T sitokin. Sel-sel dari pasien yang
terinfeksi HIVmenunjukkan penurunan produksi IL-12 dan IFN-gamma secara invitro
danpenurunan ekspresi dari CD 154 sebagai respon terhadapT gondii.(7,8)
Tachyzoit
ekspresi CD154
IL-12
Sel TINF-y
Respon antitoxoplasmik
Gambar5 :ResponImun
22
PENCEGAHAN
Untuk mencegah infeksi primer, pajanan parasit dapat dikurangi dengan edukasi kesehatan.
Faktor risiko utama adalah makan daging belum matang dan hidup bersama kucing. Kista jaringan
dalam daging tidak infektif lagi bila sudah dipanaskan sampai 66 C atau diasap. Setelah memegang
daging mentah sebaiknya tangan dicuci bersih dengan sabun. Makanan harus ditutup rapat-rapat
supaya tidak dapat dijamah oleh lalat. Sayur mayor harus dicuci bersih atau dimasak. Kucing
peliharaan sebaiknya diberi makanan matang dan dicegah berburu tikus dan burung.
Saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah toksoplasmosis. Imunitas maternal akibat
toksoplasmosis yang diturunkan sebelum terjadi konsepsi melindungi janin dari infeksi. Pasien
imunokompromais yang mendapat kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi penumonitis juga
terlindungi dari toksoplasmosis
Individu dengan HIV dan yang memiliki seronegatif harus dihindari dari pajanan dengan
parasit. Skrining maternal masih merupakan kontroversi.skrining serologic ditujukan untuk
mendeteksi infeksi maternal akut. Namun kadang sulit untuk menentukan apakah benar terjadi infeksi
maternal akut dan janin. Saat diagnosis infeksi akut ditegakkan pada ibu hamil, terapi anti T. Gondii
dan pemeriksaan lanjutan atas kemungkinan infeksi pada janin diberikan, dan aborsi ditawarkan.(1)
PROGNOSIS
Toksoplasma akut untuk pasien imunokompeten mempunyai prognosis yang baik.
Toksoplasmosis pada bayi dan janin dapat berkembang menjadi retinokoroiditis. Toksoplamosis
kronis asimptomatik dengan titer antibody yang persisten, umumnya mempunyai prognosis yang baik
dan berhubungan erat dengan imunitas seseorang. Toksoplasmosis pada pasien imunodefisiensi
mempunyai prognosis yang buruk.(1)
23
DAFTAR PUSTAKA
24