Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata
yang meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan lapang
pandang yang khas (Radjamin, 1984).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan gangguan Glaukoma ?
2. Bagaimanakah laporan asuhan keperawatan pada gangguan Glaukoma ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan Glaukoma.
2. Untuk mengetahui laporan keperawatan pada gangguan glaukoma serta
bagaimana penangannya pada bidang kesehatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN GLAUKOMA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata
yang meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan
lapang pandang yang khas (Radjamin, 1984).
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebu pada pupil penderita glaucoma.
(ilmu penyakit mata).
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
2. Epidemiolgi
Di Indonesia, Glaukoma merupakan penyakit ketiga yang menyebabkan
kebutaan di Indonesia dan mengenai sekitar 0,40% dari kasus penyakit
mata. penyakit ini biasanya mengenai manusia dewasa di atas usia 40
tahun terutama pada usia lanjut, biasanya dalam keluarga sedarah
3. Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini
disebabkan oleh:
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata
atau di celah pupil (glaukoma hambatan pupil)

2
Patofisiologi
Meningkatnya/ter
hambatnya
aquoas humor

PK Peningkatan
tekanan intra
okuler

Penekanan
aliran darah ke Penekanan
retina saraf optik

Iskemik
pada retina Kerusakan
saraf optikus

Nyeri
Penurunan Gannguan sensori
lapang pandang penglihatan

glaukoma
Kurang
informasi
Akut
kronis

Kurang
pengetahuan
kebutaan

Defisit
perawatan diri Harga diri Resiko cedera
rendah
3
4. Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk Glaukoma adalah sebagai berikut:
Glaukoma Primer
- Glaucoma sudut terbuka (glaucoma simpleks)
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena
humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala
awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan
peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata
yang timbul.
- Glaucoma sudut sempit (Glaukoma sudut tertutup)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor
aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat
berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan
terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil,
bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri
yang hebat.
Glaukoma Kongenital
- Primer atau infatil

4
- Menyertai kelainan kongenital lain
Glaukoma Sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah
dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup
tergantung pada penyebab.
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
- Steroid dan lainnya
Glaukoma Absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering
mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada
iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukoma hemoragik.
Dari pembagian diatas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-
bentuk:
Glaucoma sudut sempit primer dan sekunder. (dengan blokade
pupil atau tanpa blokade pupil).
Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder.
Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infatil, juvenile),
sekunder kelainan pertumbuhan lain pada mata.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan

5
bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa
sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan
berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara
sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai
adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak
intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan
iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual
dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.

6
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan
intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan
operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60
tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil
pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang
secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian
tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya
berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang
pandang sempit, hingga kebutaan permanen.

7
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan
peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik
diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam,
dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi
bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran
tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan
berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

5. Gejala klinis
Peningkatan TIO mendadak.
Mata terasa nyeri.
Fotophobia
Mata berair
Kehilangan penglihatan.
Tajam penglihatan berkurang.
Mata merah
6. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Ukuran mata
- Bentuk
- Warna (konjungtiva, pupil, sklera, gerakan bola mata,dll)
- Terdapat pus/tidak
- Adanya pendarahan/tidak

8
Palpasi
- Tekanan bola mata
- Nyeri tekan
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dan Tonometri
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan Tonometri
menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap normal 21-25 mmHg
dan dianggap patologik diatas 25 mmHg
Funduskopi
Ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna pucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang
Menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
tangga Ronne atau Skotoma Busur.
8. Theraphy
Asetazolamid, Pilokarpin
Pembedahan/iridektomi.
9. Penatalaksanaan
Pemberian obat tetes mata
Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling
umum dan paling awal diberikan oleh dokter mata
Laser Trabeculoplasty
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang biasanya
digunakan untuk menangani glaukoma sudut-terbuka. Ada kalanya
tetap perlu melanjutkan penggunaan obat tetes mata glaukoma
sesudah Laser Trabeculoplasty.
Operasi Filtrasi Mata (Trabeculectomy)
Bila obat-obatan atau prosedur laser tidak dapat mengendalikan
tekanan pada mata, maka akan dilakukan tindakan operasi untuk

9
membuat saluran baru yang akan memudahkan cairan mata keluar
dari mata.
Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika
TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)
Sistem Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
- Ganggan penglihatan (kabur/tidak jelas)
- Tampak lingkaran seperti pelangi
- Rasa terbakar pada mata
- Fotophobia
- Kehilangan penglihatan perifer
- Mata berair
Sistem Gastrointestinal
- Mual dan muntah (Glaukoma akut)
Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaukoma akut).
Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.

11
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

2. Diagnosa
Dx.1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
kerusakan saraf optikus.
Dx.2. Gangguan sensori penglihatan berhubungan dengan saraf
optikus ditandai dengan penurunan lapang pandang.
Dx.3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Dx.4. Resiko cedera berhubungan dengan kebutaan.
Dx.5. Harga diri rendah
Dx.6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kebutaan.

3. Rencana Tindakan

No tujuan kriteria hasil Intervensi rasionalisasi


Diagnosa
1 agar pasien tidak Setelah diberikan Kaji nyeri untuk
merasa nyeri tindakan mengetahi
keperawatan rasa tingkat
nyeri yang nyeri
dirasakan Ajarkan tehnik
berkurang dengan tehnik ralaksasi
kriteria pasien relaksasi dapat
tidak meringis lagi mengurani
rasa yeri
kolaborasi dapat
pemberian mengurang

12
analgesik i rasa nyeri
2 Diharapkan Setelah diberikan bantu pasien Dapat
dapat tindakan untuk mencegah
meminimalkan keperawatan mengekpresika kebutaan
gangguan ketajaman lapang n perasaan Mengontrol
sensori pandang dapat tentang TIO,
penglihatan dipertahankan kehilangan mengcegah
tanpa kehilangan penglihatan kehilangan
lebih lanjut ajarkan penglihatan
pemberian lebih lanjut
tetes mata Menurunkan
kolaborasi: pembentukan
berikan obat aquas humor
sesai indikasi. tanpa
mengubah
ukuran pupil
3 Agar pasien Setelah diberikan Tujukkan Meningk
memahami penjelasan pasien tehnik yang atan
proses dapat memahmi benar untuk keefektifan
penyakitnya kondisinya dan pemberian pengobatan
dapat tetes mata
melaksanakan Kaji
prosedur pentingnya Penyakit
pengobatan mempertahank dapat
an jadwal obat dokontrol
Berikan bukan diobati
nasehat pada Upaya
pasien untuk tindakan
melaporkan perlu untuk
dengan cepat mencegah
nyeri mata kehilangan
hebat, penglihatan

13
inflamasi, lanjut atau
peningkatan komplikasi
photophobia lain.
yang dirasakan

4. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi.
5. Evaluasi
Dx1: Pasien tidak merigis lagi
Dx2: Ketajaman penglihatan pasien kembali normal
Dx3: Pasien dapat memahami proses penyakitnya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

14
Jadi dapat penulis simpulkan Glaukoma adalah suatu penyakit yang
memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan
papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus memahami system pencernaan
manusia agar kita dapat menentukan tindakan yang tepat untuk menolong pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Volume
3. Jakarta: EGC.

15
2. Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
(http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000).
3. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta,
2000.
4. Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Volume 1. Jakarta : EGC.
5. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982.
6. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992.
7. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.
8. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998.

16

Anda mungkin juga menyukai