Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

1. Pengertian

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar


sensasi tunggal yang di sebabkan oleh stimulus tertentu.Nyeri
bersipat subyektif dan sangat bersifat individual. Stimulus
nyeridapatberupa stimulus yang bersipat fisik dan mentah,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan actual dan pada
fungsi ego seseorang individu (tahun, 1999).

Menurut Me Cafferg (1998): nyeri adalah segala sesuatu yang


dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja
seseorang mengatakan bahwa ia merasanyeri.

Kenyamanan adalah konsepsentral tentang ntiap


keperawatan.Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan
sebagai kebutuhan klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan.

2. Fisiologis nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan rerspon dan


adanya ransangan .respon nyeri yang dimaksut noaceptor, merupakan
ujung-ujung saraf yang sangat bebas yang memiliki sedikit atau
banyak nyelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, kehususnya
pada organ viseral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung
empedu, reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimia seperti histamin,bradikimia, prostaglandin, dan terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi stimulasi
yang lain dapat berupa termal, listrik atao mekanis. Selanjutnya
stimulasi yang di terima oleh respon tersebut di teransmisika,
berupaimpuls-impuls nyeri ke sumsum tulang tuang belakang oleh
dua jenis serabut yang bernyrlin rapat.Kemudian impuls nyeri
menyeberang sumsum tulang belakang kejalur spinal asendens yang
paling utama yaitu jalur spinothalamus trace (STT) atau jalur
spinothalamus dan spinoteticulur track (SRT) yang membawa
impormasi mengenaisipat dan lokasinyeri. Dari proses transmisi
terdapat dua jalur mekanisme terjadi nyeri yaitu jalur opiate dan
jalur opeiate.

3. Klasifikasinyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yaitu
nyeri akut dann terikronis

a. Nyeri akut merupakan nyeri yang tumbuh secara mendadak dan


cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya
peningkatan tegangan otot.

b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang tumbuh secara perlahan-


lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih
dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah
nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikomatik.

4. Teknik teknik mengurangi nyeri

Akan sangat bermampaat apabila perawat mengetahui apakah


klien mempunyai cara yang efektif untuk mengurangi nyeri.

a. Mengompres bagian nyeri dengan kompres dingin atau kompres


hangat.
Perawat harus yakin bahwa tindakan mengatasi nyeri (seperti
meletakkankantong ES yang padat di lokasi nyeri) dilakukan
dengan cara yang aman.

b. Teknikpelaksanaan
Klien dapat mengubah prsepsi kognitip dan motipasi afektip
dengan melakukan relaksasi.Relaksasi merupakan kebebasan mental
dan fisik dari ketegangnan dan strees tehnik relaksasi
memberikan individu control diri ketikaterjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri teknik
relaksasi memberikan individu control diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman ataunyeri, stree fisik dan emosi pada nyeri
teknik relaksasi dapat di gunakan pada saat individu dalam
kondisi sehat atau sakit.tehnik relaksasi tersebut merupakan
upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dan
beregenerasi setiap hari tehnik relaksasi mmeliputi : meditasi,
yoga, terlaksana penggeresip.
c. Tehnik imajinasi
Pada tehnik imajinasi klien mengatakan kesan dalam pikiran
berkonsentrasi pada kesan tsb, sehingga klien secara bertahap
kurang merasakan nyeri contoh tehnik imajinasi :bayangkan
disisi anda berbaring di atas tempat tidur sejuk terbuat dari
tempat di sertaisuara air yang mengalir dari sungai yang
dekat.

5. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Data yang perludikaji :

a. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari).

b. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stress pada sendi, biasanya terjadi secara bilateral
dan simetris, keletihan.

c. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena rainoud dari tangan / kaki (misal : pucat,
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
kembali normal.

d. Makanan/cairan
Gejala : ketidak mampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi
makanan / cairan, anareksia.

Tanda : penurunan perat badan, kekeringan pada membran


mukosa

e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan pada orang lain.

f. Neorosensori
Gejala : kebas / kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetris.

g. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lai,
perubahan peran, isolasi.

h. Keamanan
Gejala :

Kulit mengkilat
Tegang
Lesi kulit
Ulkus kaki
Kesulitan dalam menangani ugas
Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi ego
Gejala :

Keputusasaan dan ketidakberdayaan


Ancaman pada konsep diri, citra tibuh,
Idetitas pribadi

2. Diagosa Keperawatan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan


oleh akumulasi cairan proses inflamasi ditandai dengan :
Keluhan nyeri, kelelahan
Fokus pada diri sendiri
Perilaku yang bersifat hati-hati
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot, ditandai dengan :
Ketidakmampuan untuk dengan segaja bergerak dalam
lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat .
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
akttivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas umum, ditandai dengan :
Perubahan struktur / fungsi bagian-bagian yang sakit
Bicara negatif tentangdiri sendiri
Perubahan pada gaya hidup
Perubahan interaksi sosial
Perasaan putus asa
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.

3. Perencanaan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan


oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
1) Kriteria evaluasi
Kelayan menunjukkan nyeri hilang / terkontrol.
Kelayan terlihat rileks, dapat tidur / istirahat.
Kelayan mampu mengikuti program farmakologis yang
diresepkan.
Kelayan mampu meggabungkan keterampilan relaksasi dan
aktivitas hiburan kedalam program kontrol nyeri.
2) Intervensi
Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya).
Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan kefektifan program.

Sarakan kelayan menggunakan matras / kasur keras, dan


bantal kecil.
Rasional : matras yang lembut / empuk, bantal yang
besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit.

Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.


Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan sendi.
Motivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan
kekakuan sendi.

Bantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang nyaman.


Rasional : pada penyakit yang berat, tirah baring
mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.

Berikan massase lembut


Rasional : menigkatkan relaksasi / mengrangi tegangan
otot.

Ajarkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.


Rasional : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kotrol dan kemampuan koping.

Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai petunjuk


Rasional : sebagai anti inflamasi.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /


ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
Kaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
Rasional : tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan
penyakit.

Bantu dengan rentang gerak aktif / pasif.


Rasional : mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot.

Dorong kelayan mempertahankan postur tegak dan duduk


tinggi, berdiri dan berjalan.
Rasional : memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan
mobilitas.

Modifikasi lingkungan.
Rasional : menghidari cedera akibat kecelakaan.

Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.


Rasional : berguna dalam memformulasikan program latihan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat .
Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Rasional : gangguan tidur mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif, persepsi dan penurunan kontrol emosi. Ini juga
menurunkan ambang nyeri mengurangi prosuksi penurunan
ketokolamin.

Dorong kelayan untuk melaksanakan ritual menjelang tidur,


seperti membaca atau minum hangat.
Rasional : membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan
tidur.

Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur.


Rasional : kelayan dengan penyakit inflamasi sendi sering
mengalami gejala memburuk pada malam hari.

Anjurkan posisi sendi yang tepat.


Rasional : posisi yang tepat mencegah nyeri selama tidur.

Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk memugkinkan siklus


tidur lengkap.
Rasional : siklus tidur mempunyai interval 70 100
menit.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan


akttivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
Rasional : mendukung kamandirian fisik / emosional.

Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam perawatan


diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : meningkatkan kemandirian.

Kolaborasi : konsul dengan ahli terapi okupasi.


Rasional : berguna untuk menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas umum.
Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada kelayan
/ orang terdekat, bagaimana pandagan pribadi kelayan
dalam fungsi gaya hidup sehari-hari.
Rasional : megidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan intervensi.

Perhatikan perilaku menarik diri, terlalu memperhatikan


perubahan.
Rasional : dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptif.

Bantu kelayan untuk mengidentifikasi koping adaptif.


Rasional : membantu kelayan untuk mempertahankan kotrol
diri.

Ikut sertakan kelayan kelayan dalam merencanakan


perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Rasional : meningkatkan perasaan harga diri, mendorog
kemandirian dan partisipasi dalam terapi.

Kolaborasi : rujuk pada konseling psikiatri.


Rasional : kelayan / orang terdekat membutuhkan dukungan
selama berhadapan dengan proses jangka panjang.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan


pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.
Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
Rasional : memberikan pegetahuan dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.

Tekankan pentingnya patuh pada terapi farmakologis.


Rasional : keuntungan penggunaan obat-obatan tergantung
pada ketepatan dosis.

Berikan informasi mengenai alat bantu.


Rasional : mengurangi penggunaan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.

Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik


pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan
aktivitas.
Rasional : mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian
dari gaya hidup kelayan untuk menguragi takana sendi da
nyeri.

Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan makanan yang


banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
Rasional : meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan
atai regenerasi.

4. Pelaksanaan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan


oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
Mengkaji keluhan nyeri.
Menganjurkan kelayan untuk menggunakan matras / kasur
keras dan bantal kecil.
Meninggikan linen tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
Memotivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
Membantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
Memberikan massase lembut.
Menganjurkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
Memberikan obat-obatan sesuai dengan petunjuk.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /


ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
Mengkaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
Membantu kelayan melakukan rentang gerak aktif / pasif.
Memotivasi kelayan mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri dan berjalan.
Memodifikasi lingkugan.
Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi fisik.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat.
Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Memotivasi kelayan untuk melakukan ritual menjelang
tidur, seperti membaca / minum hangat.
Menyarankan untuk melakukan tindakan mengilangkan nyeri
sebelum tidur.
Menganjurkan untuk memposisikan sendi dengan tepat.
Menciptakan tidur tanpa gangguan untuk memungkinkan
siklus tidur lengkap.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan


akttivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
Mendiskusikan hambatan dalam perawatan diri.
Memodifikasi lingkungan.
Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi okupasi.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan


untuk melakukan tugas-tugas umum.
Mendiskusikan arti kehilangan / perubahan pada kelayan.
Mengidentifikasi perilaku menarik diri.
Membantu kelayan untuk mengidentifikasi koping adaptif.
Mengikutsertakan kelayan untuk merecanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
Merujuk untuk konseling pada psikiatri.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan


pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.
Meninjau psoses penyakit, prognosis dan harapan masa
depan.
Menjelaskan pentingnya patuh pada terapi.
Memberikan informasi mengenai alat bantu.
Mendorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang berat
baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan
aktivitas.
Menjelaskan pentingya diet seimbang dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

5. Evaluasi

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan


oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
Kelayan menunjukkan nyeri hilang / terkontrol.
Kelayan terlihat rileks, dapat tidur / istirahat.
Kelayan mampu mengikuti program farmakologis yang
diresepkan.
Kelayan mamapu menggunakan keterampilan relaksasi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
Kelayan mempertahankan fungsi posisi dengan tdak hadirnya
/ pembatasan kontraktur.
Kelayan mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi
dan sendi.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan
keluhan susah tidur / istirahat.
Kelayan akan menjelaskan faktor-faktor yang menghambat
tidur.
Kelayan mampu mengidentifikasi teknik untuk memudahkan
tidur.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
akttivitas, nyeri pada saat bergerak, ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (sholat,
tidur).
Kelayan mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri pada
tingkat yang konsisten denga kemampuan indvidual.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas umum.
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit.
Perubahan gaya hidup.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai
dengan pengungkapan adanya masalah.
Menunjukkan pemahaman tentang / prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk
modifikasi gaya hidup yang konsisten denga mobilitas dan
atau pembatasan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian

keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3.

Jakarta : EGC.

Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-

artritis-re.html

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta :

EGC.

Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

Edisi 6. Jakarta : EGC.

Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006

Anda mungkin juga menyukai