Anda di halaman 1dari 10

Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Public Health Perspective Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj

PERBANDINGAN PROGRAM PELAYANAN KRR OLEH PUSKESMAS


YANG DI WILAYAH KERJANYA TERDAPAT LOKALISASI
DAN YANG TIDAK TERDAPAT LOKALISASI

Lalan Falatansah 1, Sofwan Indarjo 1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis (UPT) yang bertanggung jawab menyelenggarakan
Diterima 10 Maret2016 pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja, termasuk memberikan pelayanan kesehatan
Disetujui 6 Apri 2016 reproduksi untuk para remaja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
Dipublikasikan 2 Juni teknik pengambilan informan purposive sampling. Informan utama berjumlah 8 orang dan informan
2016 triangulasi berjumlah 6 orang. Teknik pengambilan data menggunakan teknik wawancara
________________ mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, pelayanan kesehatan
Keywords: peduli remaja adalah program yang mendapat perhatian pemerintah melalui program PKPR.
Adolescents Reproductive Kedua, pelaksanaan program pelayanan kesehatan reproduksi remaja berbeda-beda di setiap
Health Service; Health Puskesmas yang dipengaruhi oleh kendala yang dialami masing-masing Puskesmas. Ketiga, tidak
Center; Localization ada perbedaan tanggung jawab antara Puskesmas yang di wilayah kerjanya terdapat lokalisasi dan
____________________ Puskesmas yang di wilayah kerjanya tidak terdapat lokalisasi dalam hal pemberian layanan
kesehatan reproduksi untuk para remaja.

Abstract
___________________________________________________________________
Health Center is a technical implementation unit (UPT) District Health Office / City held responsible for
health development, including providing reproductive health services for adolescents. This study used a
qualitative research method with purposive sampling technique. The main informants were 8 people and
informants triangulation amounted to 6 people. Data collection techniques using in-depth interview techniques
and documentation. Results of this research were: First, adolescent health care was a program that gets the
attention of the government through PKPR program. Second, the implementation of the program of adolescent
reproductive health services was different in every health center that was affected by the constraints experienced
by each health center. Third, there was no distinction of responsibilities between health centers which in the
area tehere was a localization and health centers in his region there was no localization in terms of providing
reproductive health services for adolescents.
2016UniversitasNegeri Semarang

Alamatkorespondensi: p-ISSN 2528-5998


Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Indonesia
e-ISSN 2540-7945
E-mail: falatansah@gmail.com

68
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa pencarian Nasional (BKKBN) Republik Indonesia, terjadi
jati diri dan merupakan masa yang berisiko peningkatan sekitar 15% setiap tahunnya, dan
tinggi terhadap munculnya berbagai masalah dari jumlah tersebut, 800.000 di antaranya
sosial dan tidak terkecuali muncul juga masalah dilakukan oleh remaja putri yang masih
berkaitan dengan kesehatan reproduksi. berstatus pelajar (BKKBN, 2014).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Permasalahan terkait kesehatan
pada tahun 2010 menyatakan bahwa kesehatan reproduksi yang tidak kalah penting adalah
reproduksi remaja merupakan faktor penting kasus HIV. Berdasarkan gambaran peta
yang harus mendapat perhatian untuk penyebaran kasus HIV di kota semarang, dapat
mewujudkan masyarakat sehat, sesuai dengan diketahui sebaran kasus HIV selama tahun
visi Indonesia sehat tahun 2015. Remaja sebagai 2010 sampai tahun 2013 sudah merambah ke
kelompok umur terbanyak dalam struktur setiap kecamatan, dari data yang sama dapat
penduduk Indonesia, merupakan fokus diketahui bahwa Kecamatan tertinggi kasus HIV
perhatian dan intervensi yang strategis bagi adalah Kecamatan Semarang Utara dan
pembangunan sumber daya manusia masa Kecamatan semarang barat dengan jumlah
depan sebagai generasi penerus bangsa kasus HIV masing-masing sebanyak 45 dan 47
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kasus. Dari data yang ada (tahun 2010-2013)
2010). juga diketahui bahwa kelompok umur 15 sampai
Badan Pusat Statistik (BPS) 24 tahun termasuk kelompok terbesar kedua
memproyeksikan penduduk pada tahun 2014 yang terinfeksi HIV dengan total kasus sebanyak
terdapat remaja dengan usia 10 sampai 24 tahun 217 kasus HIV, sedangkan data kasus HIV
sebanyak 65,7 juta remaja atau sebesar 27,6 selama tahun 2013 untuk kota Semarang ada
persen dari total penduduk Indonesia. Perilaku sebanyak 174 kasus, dengan kondisi 75 kasus
remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan sudah pada stadium AIDS (Dinas Kesehatan
dimana mereka lebih banyak bersosialisasi, tak Kota Semarang, 2013).
terkecuali keberadaan lokalisasi di sekitar Berdasarkan Peraturan Menteri
lingkungan tempat tinggal remaja yang Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Pusat
dikhawatirkan akan mempengaruhi perilaku Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu
seksual mereka. Peran pengawasan orang tua unit pelaksana teknis dinas kesehatan
menjadi sangat penting megingat remaja kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
memiliki rasa penasaran dan keingintahuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas juga
yang sangat tinggi sehingga tidak menutup merupakan sarana yang melaksanakan pelayanan
kemungkinan akan sangat mudah mendapat upaya kesehatan secara paripurna kepada
pengaruh dari lingkungan sekitarnya (BKKBN, masyarakat di wilayah kerja tertentu. Puskesmas
2014). merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang
Perilaku seksual remaja yang tidak berfungsi sebagai pusat pembangunan
bertanggung jawab jelas sangat berisiko terhadap kesehatan, pusat pembinaan peran serta
penularan penyakit seksual serta berisiko masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
terhadap terjadinya Kehamilan Tidak pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
Diinginkan (KTD) yang sangat rentan berujung menyelenggarakan kegiatannya secara
pada unsafe abortion (aborsi tidak aman). menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
Tingginya kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal
erat kaitannya dengan aborsi. Angka aborsi di dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas juga
Indonesia terbilang cukup tinggi yakni mencapai merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan
2,4 juta per tahun. Bahkan menurut data dari yang langsung memberikan pelayanan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi

69
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu sosial keberadaan lokalisasi bagi masyarakat
dalam usaha-usaha kesehatan pokok. Desa sekitarnya adalah adanya kenakalan
Saat ini, prioritas kesehatan reproduksi remaja, adanya efek buruk terhadap kesehatan
di Indonesia yang dilaksanakan oleh puskesmas warga masyarakat, masyarakat sering
mencakup empat komponen/program terkait mengunjungi dan memakai jasa PSK di
yaitu kesehatan ibu dan bayi baru lahir, keluarga kompleks lokalisasi, keberadaan kompleks
berencana, kesehatan reproduksi remaja, serta lokalisasi juga membawa dampak bagi
pencegahan dan penanggulangan Penyakit keberlangsungan rumah tangga beberapa warga
Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS. yang sering mengunjungi kawasan kompleks
Pelayanan yang mencakup empat lokalisasi tersebut. Di sisi lain, keberadaan
komponen/program prioritas yang terkait ini lokalisasi tersebut sedikit banyak meringankan
disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi beban perekonomian warga sekitar yang
Esensial (PKRE) (Direktorat Jenderal berprofesi sebagai pedagang maupun yang
Kesehatan Keluarga, 2008). membuka usaha warung dan toko. Namun,
Program pelayanan kesehatan dampak negatifnya tidak sebanding dengan
reproduksi bukanlah program baru dan juga dampak positifnya tersebut, sehingga
bukan program yang berdiri sendiri melainkan bagaimanapun juga dampak negatifnya lebih
merupakan keterpaduan dari beberapa program terasa dibandingkan dampak positifnya.
terkait lainnya. Ruang lingkup program Hasil studi pendahuluan yang
pelayanan kesehatan reproduksi dalam dilakukan pada bulan April 2014, diperoleh data
puskesmas diantaranya adalah kesehatan ibu dari Puskesmas Lebdosari yang menunjukkan
dan bayi baru lahir, keluarga berencana, bahwa remaja saat ini sangat rentan terkena
pencegahan dan penanggulangan Infeksi masalah kesehatan reproduksi, hal ini terlihat
Menular Seksual (IMS), kesehatan reproduksi dari jumlah kasus Infeksi Menular Seksual
remaja, pencegahan dan penanggulangan (IMS) selama tahun 2013 dari remaja umur 10-
komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan 19 tahun yaitu berjumlah 66 kasus, dimana
infertilitas, kanker pada usia lanjut serta remaja-remaja tersebut adalah remaja usia
beberapa program lain terkait kesehatan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
reproduksi seperti penanganan kanker leher Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
rahim, kanker payudara dan lain sebagainya (SMA), sedangkan pada tahun yang sama ada
(Direktorat Jenderal Kesehatan Keluarga, 2008). sebanyak 222 remaja yang mengakses layanan
Berkaitan dengan keberadaan sebuah konseling remaja dimana hal tersebut bisa
tempat lokalisasi, sudah semestinya sebuah mengindikasikan bahwa remaja pada dasarnya
puskesmas yang di wilayah kerjanya terdapat membutuhkan layanan kesehatan reproduksi
lokasi prostitusi lebih baik lagi dalam yang memadai (Puskesmas Lebdosari, 2014).
meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi Sedangkan hasil studi pendahuluan
khususnya pelayanan kesehatan reproduksi yang dilakukan di Puskesmas Manyaran,
untuk remaja yang rentan mendapat pengaruh diperoleh data dari Puskesmas Manyaran yang
besar dari keberadaan lokalisasi tersebut, karena menunjukkan jumlah kasus Infeksi Menular
perilaku remaja yang tidak sehat dapat Seksual (IMS) selama tahun 2014 dari remaja
dipengaruhi oleh lingkungan remaja yang umur 10-20 tahun yaitu berjumlah 15 kasus,
menggelitik atau merangsang seperti sarana dimana remaja-remaja tersebut adalah remaja
kebebasan mengungkapkan seksualitas yang usia Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
tersedia luas berupa lokalisasi, diskotik, motel, Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
warung remang-remang, dan panti pijat (SMA), sedangkan pada tahun yang sama ada
(Sembiring, 1992: 4). sebanyak 282 remaja yang mengakses layanan
Simpulan penelitian yang dilakukan konseling remaja (Puskesmas Manyaran, 2015).
oleh Sukri (2011) menyebutkan bahwa dampak

70
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Berdasarkan catatan dari Kementerian yang terdiri dari 2 orang yang merupakan kepala
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, Puskesmas Lebdosari dan Kepala Puskesmas
jumlah puskesmas di Indonesia yang sudah Manyaran serta 6 orang petugas Puskesmas
melaksanakan pelayanan kesehatan peduli Lebdosari dan Puskesmas Manyaran, dan 6
remaja adalah sebanyak 2.745 puskesmas, informan triangulasi dari remaja di wilayah
Jumlah tersebut mengalami penurunan kerja Puskesmas terkait serta petugas Dinas
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang Kesehatan Kota Semarang. Kriteria yang
berjumlah sebanyak 3.191 puskesmas. Data itu ditentukan peneliti untuk informan utama
menunjukkan bahwa baru sebagian kecil saja adalah berdasarkan jabatan serta tugas dan
puskesmas yang sudah menyediakan dan wewenang yang diberikan oleh Kepala
melaksanakan pelayanan kesehatan peduli Puskesmas kepada petugas yang bersangkutan,
remaja yang di dalamnya termasuk memuat yaitu tugas berupa pemegang program kesehatan
pelayanan kesehatan reproduksi remaja, padahal remaja yang termasuk bertugas menangani
sebagai pelaksana pelayanan kesehatan masalah kesehatan reproduksi remaja.
reproduksi strata satu, puskesmas diharapkan Pengumpulan data dilakukan dengan
mampu mengisi dan memenuhi kebutuhan cara wawancara mendalam. Alat bantu yang
remaja untuk memperoleh segala informasi yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
komperhensif berkaitan dengan Kesehatan panduan wawancara mendalam dan alat
Reproduksi Remaja (KRR) yang benar, perekam. Uji keabsahan data dilakukan dengan
terutama bagi remaja-remaja yang tinggal di teknik triangulasi sumber, yaitu dengan cara
wilayah yang tidak jauh dari adanya lokalisasi membandingkan hasil wawancara antara kepala
dimana remaja-remaja tersebut sangat rawan dan petugas puskesmas dengan hasil wawancara
berperilaku seksual berisiko, rawan tertular dengan remaja serta petugas Dinas Kesehatan
Penyakit Menular Seksual (PMS), dan termasuk Kota Semarang untuk mengecek kebenaran
berisiko mengalami kekerasan atau pelecehan jawaban yang diberikan oleh informan utama.
seksual (Dirjen Bina Gizi dan KIA Kementerian Teknik analisis data dalam penelitian ini
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). menggunakan teknik analisis data model Miles
dan Huberman, yaitu analisis data secara
METODE induktif. Analisis dimulai dari pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi
Penelitian ini menggunakan metode data (Sugiyono, 2010:337).
penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan
informan secara purposive sampling. Informan
utama dalam penelitian ini berjumlah 8 orang

71
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik informan utama dapat disajikan dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Karakteristik informan utama


No Informan Umur Pendidikan Keterangan
Terakhir
1 Informan 1 51 S2 Puskesmas dengan Lokalisasi
2 Informan 2 39 S1 Puskesmas dengan Lokalisasi
3 Informan 3 38 S1 Puskesmas dengan Lokalisasi
4 Informan 4 46 D3 Puskesmas dengan Lokalisasi
5 Informan 5 53 S1 Puskesmas tanpa Lokalisasi
6 Informan 6 35 S1 Puskesmas tanpa Lokalisasi
7 Informan 7 45 D3 Puskesmas tanpa Lokalisasi
8 Informan 8 40 S1 Puskesmas tanpa Lokalisasi

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa informan pelayanan yang layak kepada remaja sebagai
penelitian sebagian besar berada pada rentang salah satu kelompok masyarakat yang
umur 30-40 tahun yaitu sebanyak 4 orang, dilayaninya (Departemen Kesehatan Republik
sedangkan sisanya berada pada rentang umur Indonesia 2009).
41-50 tahun yaitu sebanyak 2 orang dan Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden dengan umur diatas 50 tahun para informan, didapatakan informasi tentang
sebanyak 2 orang. Umur informan paling muda adanya pelayanan kesehatan reproduksi remaja
adalah 35 tahun dan umur informan yang paling baik di Puskesmas Lebdosari maupun
tua adalah 53 tahun. Puskesmas Manyaran dan hal itu di dukung
Pusat Kesehatan Masyarakat oleh hasil wawancara dengan petugas Dinas
(Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan Kesehatan Kota Semarang yang menyebutkan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya bahwa di Puskesmas Lebdosari dan Puskesmas
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan Manyaran memang memberikan pelayanan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih kesehatan reproduksi untuk para remaja.
mengutamakan upaya promotif dan preventif Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat baik Puskesmas yang di wilayah kerjanya
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya, terdapat lokalisasi maupun Puskesmas yang di
sedangkan pelayanan kesehatan adalah upaya wilayah kerjanya tidak terdapat lokalisasi sama-
yang diberikan oleh Puskesmas kepada sama memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat, mencakup perencanaan, reproduksi untuk para remaja yang tergabung
pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
dan dituangkan dalam suatu sistem (Peraturan (PKPR), hanya saja berbeda dalam optimalisasi
Menteri Kesehatan Nomor 75, 2014). pelaksanaan pelayanannya di lapangan
Keberadaan Puskesmas merupakan dikarenakan adanya kendala berbeda-beda yang
sarana yang sangat strategis dalam dialami oleh masing-masing Puskesmas.
mengupayakan kesehatan reproduksi remaja Untuk meningkatkan status kesehatan
dikarenakan kebutuhan remaja serta tugas remaja yang bersekolah maupun tidak
Puskesmas sebagai barisan terdepan pemberi bersekolah, Kementrian Kesehatan RI telah
layanan kesehatan kepada masyarakat, maka mengembangkan Pelayanan Kesehatan Peduli
sudah seharusnya Puskesmas memberikan Remaja (PKPR) dimana di dalamnya termasuk

72
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang kesehatan reproduksi untuk remaja, dengan
menekankan kepada petugas yang peduli programnya yaitu penyuluhan Kesehatan
remaja, menerima remaja dengan tangan Reproduksi Remaja (KRR), konseling remaja,
terbuka dan menyenangkan, lokasi pelayanan pemeriksaan IMS untuk remaja, penjaringan
yang mudah dijangkau, aman, menjaga melalui kerja sama dengan Lembaga Swadaya
kerahasiaan, kenyamanan dan privasi serta tidak Masyarakat (LSM), layanan medis kesehatan
ada stigma. Pelayanan Kesehatan Peduli reproduksi remaja, serta layanan rujukan untuk
Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan kasus-kasus masalah kesehatan reproduksi
peduli remaja yang melayani semua remaja remaja yang tidak bisa ditangani. Sedangkan
dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang layanan yang ada di Puskesmas Manyaran
berhubungan dengan kesehatan remaja. Disini adalah konseling remaja, penyuluhan KRR di
remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk sekolah, dan pemeriksaan IMS.
berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang Hasil penelitian itu didukung juga oleh
benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu pernyataan dari informan triangulasi yang
diketahui remaja termasuk berkaitan dengan menyampaikan hal yang sama terkait dengan
masalah kesehatan reproduksi (Fadhlina, 2012). jenis layanan yang diberikan oleh Puskesmas
Beberapa model pelayanan kesehatan Lebdosari maupun Puskesmas Manyaran.
remaja yang memenuhi kebutuhan dan selera Menurut Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli
remaja telah diperkenalkan dengan sebutan Remaja yang disusun oleh Departemen
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja atau Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009,
disingkat PKPR. Pelayanannya meliputi upaya bahwa jenis kegiatan dalam Pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah sesuai
sesuai dengan permasalahannya. Aspek yang dengan kondisi dan kebutuhannya, dilaksanakan
perlu ditangani lebih intensif adalah aspek di dalam atau di luar gedung, untuk sasaran
promotif dan preventif tetapi tetap dengan cara perorangan atau kelompok, yaitu berupa
peduli remaja. PKPR adalah pelayanan kegiatan:
kesehatan yang ditujukan dan dapat 1. Pemberian informasi dan edukasi,
dijangkau oleh remaja, menyenangkan, 2. Pelayanan klinis medis termasuk
menerima remaja dengan tangan terbuka,
pemeriksaan penunjang dan rujukannya,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan,
peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan 3. Konseling,
remaja, serta efektif dan efisien dalam 4. Pendidikan keterampilan hidup sehat
memenuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, (PKHS),
PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada
5. Pelatihan pendidik/konselor sebaya (peer
remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, educators/counselor), dan
efektif dan efisien (Departemen Kesehatan 6. Pelayanan rujukan sosial dan pranata
Republik Indonesia, 2009). hukum.
Jenis pelayanan kesehatan reproduksi
Berdasarkan 6 kegiatan tersebut, terlihat
remaja yang diberikan oleh Puskesmas
bahwa Puskesmas Lebdosari lebih optimal
Lebdosari dan Puskesmas Manyaran agak
dalam memberikan layanan kesehatan
sedikit berbeda, hal ini dikarenakan kendala
reproduksi remaja dengan program-program
yang dialami masing-masing petugas yang
layanan kesehatan yang sesuai dengan pedoman
menangani program pelayanan kesehatan
pelaksanaan program pelayanan kesehatan
reproduksi remaja itu sendiri. Puskesmas
reproduksi remaja yang disusun oleh
Lebdosari yang merupakan Puskesmas yang di
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
wilayah kerjanya terdapat lokalisasi terlihat
dibandingkan dengan Puskesmas Manyaran.
lebih optimal dalam pemberian layanan

73
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Pelatihan pendidik sebaya (peer reproduksi remaja. Petugas pemegang program


educators/counselor) menjadi salah satu kegiatan remaja adalah petugas yang merangkap di posisi
yang belum dilaksanakan baik di Puskesmas lain, sehingga kinerjanya kurang bisa maksimal
Lebdosari maupun di Puskesmas Manyaran, hal dan hal itu menjadi kendala terbesar dalam
ini berkaitan dengan kendala yang dialami upaya memaksimalkan pelayanan kesehatan
masing-masing Puskesmas yaitu kurangnya reproduksi remaja. Hal itu sejalan dengan hasil
petugas yang menangani program layanan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni
kesehatan reproduksi remaja sehingga Luh Kadek Alit Arsani pada tahun 2013 yang
pelaksanaan kegiatan lebih diprioritaskan pada mendapatkan hasil tentang kendala pelaksanaan
aspek yang lain yang masih bisa terjangkau program pelayanan kesehatan reproduksi remaja
dengan keterbatasan yang ada. di Puskesmas yaitu berupa keterbatasan tenaga,
Sasaran dari PKPR ini adalah semua waktu, dan biaya.
remaja dimana saja berada baik di sekolah atau Kendala yang dialami oleh petugas
di luar sekolah seperti karang taruna, remaja Puskesmas dalam pelaksanaan program
mesjid/ gereja/ vihara/ pura, pondok pesantren, pelayanan kesehatan reproduksi remaja tersebut
asrama, dan kelompok remaja lainnya. Jenis merupakan tanggung jawab pemerintah karena
kegiatan dalam PKPR adalah pemberian berkaitan dengan kebijakan tentang
informasi dan edukasi, pelayanan klinis medis kepegawaian di Puskesmas sehingga perlu
termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, adanya upaya advokasi ke pihak yang
pendidikan Keterampilan hidup sehat (PKHS), bertanggung jawab diatas lembaga Puskesmas,
penyuluhan kesehatan, pelatihan Peer dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kota
Counselor/ Konselor sebaya dan pelayanan Semarang.
rujukan sosial dan medis. Pelayanan kesehatan Tingginya perilaku berisiko pada remaja
sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan, yang ditunjukkan dalam data-data survei
pemeriksaan perkembangan kecerdasan, merupakan resultan dari sifat khas remaja,
pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai
dini yang mungkin terjadi, pengobatan moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi
sederhana, pertolongan pertama serta rujukan lingkungan yang kondusif. Faktor lingkungan
bila menemukan kasus yang tidak dapat yang menyebabkan perilaku berisiko pada
ditanggulangi di sekolah. remaja adalah kondisi lingkungan yang permisif
Menurut Kamus Besar Bahasa terhadap perilaku berisiko, ketersediaan fasilitas
Indonesia (KBBI), kendala adalah faktor atau atau sarana yang mendukung perilaku berisiko,
keadaan yg membatasi, menghalangi, atau ketiadaan penegakan hukum terkait kesehatan,
mencegah pencapaian sasaran, atau sebuah atau bahkan lingkungan yang mendorong
kekuatan yg memaksa pembatalan pelaksanaan perilaku berisiko baik melalui informasi yang
suatu rencana. Dalam hal ini, kendala yang salah, iklan yang fulgar, dan lain sebagainya
dimaksud adalah sebuah faktor atau keadaan (Astridya Paramitha, 2006).
yang membatasi, menghalangi, atau mencegah Program-program berkaitan dengan
terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang
remaja dengan baik sehingga sasaran yang ingin dicanangkan oleh Puskesmas harusnya
dicapai tidak bisa diraih dengan optimal. merupakan sebuah langkah yang diambil oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak Puskesmas dalam menyikapi adanya
kendala terbesar dalam upaya pelaksanaan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
program kesehatan reproduksi remaja adalah permasalahan kesehatan reproduksi remaja atau
kurangnya sumber daya manusia yang setidaknya merupakan upaya pencegahan
bertanggungjawab dalam memegang program terhadap permasalahan yang dimungkinkan
tersebut sehingga mengakibatkan kurang terjadi di wilayah kerja Puskesmas yang
maksimalnya pelaksanaan pelayanan kesehatan bersangkutan, hal itu mengingat Puskesmas

74
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

adalah sarana kesehatan yang punya kapasitas diantaranya kesehatan reproduksi remaja adalah
dan wewenang dalam melakukan upaya program yang mendapat perhatian dari
pencegahan (preventif). pemerintah yaitu melalui Program Kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan di Peduli Remaja (PKPR) yang dalam
Puskesmas Lebdosari dan Puskesmas Manyaran pelaksanaannya dilakukan oleh
menunjukkan adanya temuan kejadian-kejadian Puskesmas.Pelaksanaan program pelayanan
permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang kesehatan reproduksi remaja berbeda-beda di
diantaranya adalah temuan kasus kehamilan setiap Puskesmas, termasuk antara Puskesmas
diluar nikah (KTD), serta temuan remaja yang Lebdosari dan Puskesmas Manyaran yang
terkena Infeksi Menular Seksual (IMS), sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber
fenomena pacaran remaja saat ini yang sudah daya manusia (SDM) di masing-masing
melampaui batas, dan beberapa remaja putri Puskesmas. Mengacu pada 6 kegiatan dalam
yang bermasalah dengan siklus menstruasinya. pelayanan kesehatan remaja yang ada dalam
Adanya kejadian kasus-kasus yang buku pedoman PKPR di Puskesmas, maka
berkaitan dengan permasalahan kesehatan Puskesmas Lebdosari lebih optimal dalam
reproduksi di kalangan remaja seharusnya pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi
menjadi acuan pihak Puskesmas dalam remaja dengan program-programnya yang lebih
mengupayakan program-program kesehatan lengkap dan adanya kerjasama dengan Lembaga
reproduksi untuk para remaja tersebut. Kejadian Swadaya Masyarakat (LSM) Griya Asa dalam
kasus-kasus yang berkaitan dengan upaya penjaringan remaja, sedangkan
permasalahan kesehatan reproduksi pada Puskesmas Manyaran kurang maksimal dalam
kalangan remaja biasanya menjadi sebuah pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi
fenomena gunung es dimana kejadian yang remajanya karena meskipun banyak layanan
sebenarnya terjadi di lapangan jauh lebih banyak yang diprogramkan namun dalam
jika dibandingkan dengan kasus kejadian yang pelaksanaannya hanya layanan untuk remaja di
tercantum dalam data, hal ini dikarenakan sekolah saja yang menjadi perhatian utama, dan
permasalahan kesehatan reproduksi masih itupun tidak optimal.Tidak ada perbedaan
dianggap sebagai hal yang tabu sehingga remaja tanggung jawab antara Puskesmas yang di
cenderung menyembunyikan informasi tentang wilayah kerjanya terdapat lokalisasi dan
masalah-masalah yang dialaminya. Adanya Puskesmas yang di wilayah kerjanya tidak
kejadian kasus-kasus yang berkaitan dengan terdapat lokalisasi dalam hal pemberian layanan
permasalahan kesehatan reproduksi di kalangan kesehatan reproduksi untuk para remaja, artinya
remaja ini seharusnya menjadi acuan pihak tanggung jawabnya adalah sama dalam
Puskesmas dalam mengupayakan program- memberikan layanan kesehatan reproduksi
program kesehatan reproduksi untuk para remaja.
remaja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
BKKBN, 2014, Evaluasi Komunikasi Informasi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja,
perbandingan program pelayanan kesehatan http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceri
reproduksi remaja antara puskesmas yang di a.html.
wilayah kerjanya terdapat lokalisasi dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
puskesmas yang di wilayah kerjanya tidak 2010, Pedoman Operasional Pelayanan
terdapat lokalisasi (Studi di Kecamatan Terpadu di Puskesmas.
Semarang Barat Kota Semarang), maka dapat Dinas Kesehatan Kota, 2013, Profil Kesehatan
diambil kesimpulan sebagai berikut: Program Kota Semarang tahun 2013.
pelayanan kesehatan remaja yang termasuk

75
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Remaja di Kecamatan Buleleng, Jurnal Ilmu
dan Anak Kementerian Kesehatan Sosial dan Humaniora. Volume 1, No. 1,
Republik Indonesia, 2013. April 2013, 129-137.
Direktorat Kesehatan Keluarga, Dirjen Bina Paramita, Astridya, 2006, Pelayanan Kesehatan
Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. 2013. Reproduksi Remaja oleh Puskesmas yang di
Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Wilayah Kerjanya Terdapat Lokalisasi,
Remaja di Puskesmas. Jakarta. Volume 9 No. 3, Juli 2006, 156-163.
Direktorat Kesehatan Keluarga, Dirjen Bina Puskesmas Lebdosari, 2014, Laporan Bulanan
Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. 2008. Infeksi Menular Seksual Puskesmas Lebdosari
Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Tahun 2013-2014.Puskesmas Manyaran,
Remaja di Puskesmas. Jakarta. 2015, Laporan Bulanan Infeksi Menular
Fadhlina, 2012, Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Seksual Puskesmas Manyaran Tahun 2014.
Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas Tahun Sembiring, Ratur, Baren, 1992, Ciri, Kausa dan
2012. Alternatif Solusi Perilaku Seks Bebas, Pusat
Kemenkes, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan dan Informasi Kesehatan Remaja.
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Sukri, 2011, Dampak Sosial Keberadaan Lokalisasi
Kesehatan Masyarakat. Klubuk Bagi Masyarakat Desa Sukodadi
Ni Luh Kadek Alit A, dkk, 2013, Peranan Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang.
Program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif,
Remaja) Terhadap Kesehatan Reproduksi Bandung, Alfabeta.

76
Lalan Falatansah & Sofwan Indarjo./ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

77

Anda mungkin juga menyukai