Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa


diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit penyakit yang baru, sehingga istilah tersebut tidak
sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau penyakit
menular seksual. 1

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui


hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin. Infeksi
menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. IMS perlu
mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan bahkan kematian. Untuk
remaja perempuan, resiko untuk terkena IMS lebih besar dari pada laki-laki sebab
alat reproduksinya lebih rentan. Seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal
tidak segera dikenali, sedangkan penyakit menjadi lebih parah.2

Peningkatan insiden infeksi menular seksual (IMS) dan penyebarannya


diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Dibeberapa Negara
disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang insentif akan
menurunkan insiden IMS atau paling tidak insidennya relative tetap. Namun
demikian, disebagian besar Negara, insiden IMS relative masing tinggi, dan setiap
tahun beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya. 2

Gonore ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada
tahun 1882. Kuman Neisseria gonorrhoeae dimasukkan dalam kelompok
Neisseria. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N meningitidis dan 2
lainnya yang bersifat komensal N, catarrhalis serta N. Pharyngis sicca. Keempat
ini susah dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.3

2
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih,
leher rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian sklera. Penyakit gonore ini dapat
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya terutama pada kulit dan
persendian.4

Gonore pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an dan dengan
cepat meluas keberbagai negara didunia. Di afrika barat dan timur, tempat pertama
kali ditemukan tetap merupakan endemik dan didapatkan pada lebih sepertiga
isolat. Survei di Filipina melaporkan sebanyak 30-40%, dan terutama ditemukan
pada pekerja seks komersial. Di Jakarta mulai dilaporkan pada tahun 1980 dan
sampai sekarang. Di kota besar NGPP (N. Gonorrhoeae penghasil penisillin
terdapat sekitar 40-60% sedangkan di kota-kota kecil sampai saat ini belum
diperoleh data mengenai hal itu. 1

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, infeksi purulen ini terjadi pada permukaan membran mucosa. N.
gonorrhoeae disebarkan oleh kontak seksual atau melewati transmisi selama
melahirkan. CDC (The Center for Disease Control) merekomendasikan bahwa
pasien dengan infeksi gonorrhea juga harus diobati dengan infeksi yang menyertai
misalnya Chlamydia trachomatis.1,5
Gonore adalah penyakit infeksi yang menular secara seksual yang dapat
menginfeksi pria dan wanita. Penyakit ini dapat menginfeksi genital, rectum, dan
tenggorokan. Ini merupakan infeksi umum, terutama pada anak muda berumur 15-
24 tahun, setiap orang yang aktif seksual dapat menderita gonore. Banyak orang
yang menderita gonore tidak menyadarinya khusunya wanita yang tidak
mempunyai gejala. Gonore dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan
apabila tidak diobati maka dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius.6

2. Etiologi
Gonore disebabkan oleh bakteri Gonococcus yang intraselular, aerob dan
mempunyai 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae, N. menigitidis, N. pharyngis,dan N.
catarrhalis. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada tahun 1879 oleh Albert
Ludwig Sigismund Neisser. Gonokok termasuk golongan diplococcus berbentuk
biji kopi berukuran lebar 0,8u dan panjang 1,6u bersifat tahan asam dan
berpasangan. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat Gram negatif
terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39ºC dan tidak tahan cairan
desinfektan. 3,5
Secara morfologik gonococcus ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili
dan bersifat nonvirulen. Banyak faktor yang memediasi virulensi dan patogenitas
gonococcus. Pili akan melekat pada mukosa epitel kuboid yang akan menimbulkan

4
reaksi radang dan mencegah hancurnya oleh neutrofil. Infeksi biasanya diikuti oleh
inokulasi mukosa selama kontak seksual anal, vaginal dan oral.OPA (Opacity-
associated protein) meningkatkan ikatan antara gonokok dan fagosit,
mempromosikan invasi ke sel host dan biasanya dapat menurunkan reaksi imun. 3,5
Gonore juga dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak selama proses
kelahiran vaginal, karateristiknya akan menyebabkan infeksi mata dan inflamasi.
(ophthamia neonatorum).8

3. Epidemiologi
Gonore adalah penyakit terbanyak kedua yang ditemukan di Amerika
Serikat, penyakit ini mempunyai prevalensi yang tinggi pada negara berkembang.8
Gonore adalah penyakit yang hanya ditemukan pada manusia dan
mempunyai adaptasi paling tinggi pada ekologi setempat.9
Estimasi infeksi gonore baru di USA (United States American) dengan
kurang dari setengah dilaporkan. Pada tahun 2009, 301.174 kasus gonore yang
dilaporkan ke CDC(Center for Disease Control dan Prevention) US. Rata-rata
negara pada tahun 2009 adalah 99.1% kasus per 100.000 populasi, 10.5% menurun
pada tahun 2008 dengan variasi antar negara. Beberapa ahli mengestimasi biaya
gonore dan komplikasinya mencapai 1.1 milyar. Pada anak yang terlibat kekerasan
seksual, rata-rata penyembuhan gonore berkisar antara 1% sampai 30%. Pada
wanita remaja yang aktif seksual, asimtomatik gonore muncul 1-5%. Tapi jumlah
ini semakin menurun dengan adanya screening.5,6
Dengan estimasi 200 juta kasus baru gonore muncul. Pada tahun 1999,
jumlah kasus baru infeksi gonore yang didiagnosa di Amerika Utara adalah 1.56
juta, Eropa Barat 1.11 juta, Asia Selatan dan Tenggara adalah 27.2 juta serta
Amerika Latin dan Karibia adalah 7.27 juta.5
Walaupun data frekuensi tidak diketahui pada negara berkembang, negara
berkembang inilah yang mempunyai frekuensi tinggi infeksi gonore dan
komplikasinya. Infeksi gonore pada wanita hamil di Republik Afrika dan Afrika
Selatan adalah 3.1% dan 7.8%. Semua populasi yang aktif seksual mempunyai
resiko infeksi gonore dan level resikonya bertambah dengan jumlah patner seksual
dan adanya Infeksi menular seksual lainnya. 5

5
Walaupun ras tidak mempunyai efek intrinsik terhadap infeksi gonore,
frekuensi di Amerika Serikat bertambah pada individu dengan status sosial
ekonomi rendah, populasi yang minoritas. Ini mungkin karena kurangnya akses
dalam mendiagnosis dan terapi. Kurangnya pelayanan kesehatan yang baik, yang
membuat tingkat infeksi bertambah. Pada kelompok suku lain, jumlah rata-rata dari
2002 sampai 2006 bertambah, 22.8% di Amerika Indian/ Alaska. 17.7% pada kulit
putih dan 11.8% untuk suku Hispanik, serta Asia dengan 1.4%. 5
Pada tahun 1980, prevalansi antara pria dan wanita sudah hampir sama pada
semua kelompok umur. Namun pada saat ini, rasio antara pria dan wanita adalah
1:1.2, namun, wanita biasanya asimtomatik. Wanita dengan usia kurang dari 25
tahun mempunyai resiko paling tinggi infeksi gonore. Pria yang melakukan
hubungan seks dengan pria biasanya telah terinfeksi oleh gonore dan mempunyai
kemungkinan rata-rata yang sangat tinggi dalam resistan antibiotik terhadap
bakteri. 5,7

4. Patogenesis
Patofisiologi N. gonorrhoeae dan virulen lainnya berbeda subtipe
tergantung pada karateristik antigen pada permukaan protein masing-masing.
Beberapa subtipe dapat menghindari respon serum imun dan dapat mengarahkan ke
infeksi diseminata (sitemik). 5
Pasien yang mengalami penyakit ini biasanya mempunyai masa inkubasi 2-
7 hari, tapi bisa lebih. 9 Karateristik plasmid baik biasanya membawa gen resisten
antibiotik, yang paling banyak ditemukan adalah penicillin. Gen plasmid dan
nonplasmid ditransmisikan secara bebas diantara subtipe berbeda. Perubahan gen
protein permukaan menjadi tempat infeksi yang baik. Perubahan gen ini
mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap antibiotik golongan beta lactam.
Sedangkan resistensi terhadap Fluoroquinolone telah didokumentasikan pada
beberapa pulau di Amerika Serikat dan tersebar pada populasi di Amerika Serikat.
5

Gonococcus mempunyai afinitas untuk epitelium columnar. Sedangkan


Epitel berlapis dan pipih lebih resisten terhadap gonococcus. Penetrasi gonococcus
diantara sel epitelial, menyebabkan inflamasi submucosa dengan reaksi leukosit

6
polymorphonuclear (PMN) dengan pengeluaran purulen. Rantai gonococcus yang
menyebabkan infeksi diseminata biasanya menyebabkan sedikit inflamasi genital
dan biasanya sulit untuk deteksi. Kebanyakan tanda dan gejala infeksi diseminata
adalah manifestasi pembentukan kompleks imun. 10
Infeksi gonore Diseminata (DGI/IGD) diikuti sekitar 1% dari infeksi
genital. Pasien dengan DGI biasanya mengeluhkan panas, atralgia, ruam, migratory
polyarthritis, septic arthritis, tendonitis, tenosynovitis, endocarditis dan meningitis.
Selain dari endocerviks, uretra, faring atau rectum, gonore dapat mesuk melalui
kulit dan sendi, yang kemudian akan menyebar secara sistemik. Faktor predisposisi
penyebaran sistemik antara lain perubahan fisiologi host, faktor virulen organisme,
dan kegagalan pertahanan imun host. Contohnya perubahan pH vagina selama
menstruasi, kehamilan dan periode puerperium membuat lingkungan vagina lebih
mudah untuk pertumbuhan organisme dan menyediakan akses tambahan ke
pembuluh darah (3 dari 4 kasus DGI muncul pada wanita, mudahnya terinfeksi
bertambah ketika infeksi primer mukosa muncul selama menstruasi dan
kehamilan.5
Gangguan pada imun tubuh juga dapat mempengaruhi patofisiologi, yang
pada beberapa kasus dapat menjadi bakterimia. Pada beberapa penelitian
dilapotrkan bahwa dari paien yang mengalami penyebaran gonore secara sistemik,
13% diantaranya mengalami gangguan komplemen..5

5. Faktor resiko
Gonore lebih sering terjadi pada usia yang muda, aktif dalam seksual, dan
infeksi lebih umum pada laki-laki. Laporan di Ameriksa Serikat menyebutkan
bahwa insiden gonore paling banyak pada kulit hitam, terendah di asia. Di Afrika,
prevalensi gonore pada wanita hamil adalah 10%.10
Insiden tertinggi pada infeksi gonore di Amerika Serikat adalah pada umur
15-24 tahun. Ini terjadi karena beberapa hal sebagai berikut:5
 Bertambahnya jumlah pasangan seksual
 Menurunnya akses ke atau menggunakan pelayanan kesehatan
 Fisiologi ektopik pada ikatan squamocolumnar pada wanita
 Menurunnya pertahanan kontrasepsi

7
Infeksi pada anak adalah tanda bahwa anak tersebut mengalami kekerasan
seksual dan harus dilaporkan. Walaupun ada beberapa hal yang mendukung bahwa
transmisi bisa terjadi tanpa transmisi non seksual pada anak dan transmisi dari
dewasa ke anak yang berhubungan dengan tangan kotor dan higienitas. Gonore
tetap sebagai penyakit pada populasi remaja dan dewasa muda dengan angka
kejadian pada pria berumur 20-24 tahun dan pada wanita berumur 15-19 tahun. 5

6. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki 2-5 hari, terkadang lebih lama
dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan
dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita.pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya
asimtomatik.1

Gambar 1. Purulen, discharge uretra dari distal uretra7

Pada pria, presentasi paling umum adalah discharge uretra purulen, 90%
akan berkembang menjadi urethritis dalam kurun waktu 5 hari sedangkan ada

8
wanita biasanya asimtomatik, ketika gejala muncul, ini biasanya >14 hari setelah
terpapar. Jika tidak di obati maka akan menyebabkan pembentukan abses dan dapat
menjadi infeksi gonore diseminata.10

Beberapa pria dengan gonorrhoeae biasanya tidak memiliki sindrom, tapi


ada beberapa gejala contohnya:6

- Sensasi terbakar diperiksa saat buang air kecil;


- Disharge putih, kuning atau hijau dari penis.
- Rasa sakit pada testis yang membengkak (walaupun agak jarang).

Gejala pada wanita adalah sebagai berikut:

- Rasa sakit dan sensasi terbakar ketika buang air kecil.


- Menambahkan discharge
- Perdarahan vagina diantara periode.

Infeksi Rectal biasanya tidak mermpunyai gejala dan penyebabnya.

Gejala pada pria dan wanita:

- Gatal pada wanita


- Kering teggorongan:
- perdarahan;
- pergerakan usus yang sakit.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Sediaan langsung/ Pewarnaan gram1.3
Dapat ditemukan gram negatif diplococcus intraseluler dan ekstraseluler
dalam leukosit PMN pada eksudat. Bahan duh tubuh pria diambil dari fossa
navicularis sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin.,
serviks, untuk pasien dengan anamnesis berisiko melakukan kontak seksual
anogenital dan orogenital, maka pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring dan
rektum. Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh uretra
pria sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan pada endoserviks sensitivitasnya

9
hanya berkisar antara 45-65%, dengan spesifitasnya yang tinggi yaitu 90-99%. GO
dikatakan positif bila dijumpai adanya diplokokus gram nrgatif dengan bentuk
morfologinya yang khas dan biasanya terdentifikasi di dalam sel leukosit
polimorfonuklear (intraselular) maupun dekat di sekitar sel leukosit (ekstraselular).
13

Gambar 2. Gonococcus dengan leukosit PMN 7

2. Kultur1.3
Identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). Dua
mmacam media yang dapat digunakan:
1. Media transport: Media stuart dan Transgrow
2. Media pertumbuhan: Mc Leod’s chocolate agar, Thayer Martin, dan
Modified Thayer Martin agar.
Media transgrow selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaedan N.
meningiditis;dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media
transport dan pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam kembali. Media ini

10
merupakan metode modifikasi Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim
untuk mematikan Proteus spp.
3. Tes Beta-Laktamse1.3
Pemeriksaan ini menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin akan menyebabkan perubahan warna dari
kuning menjadi merah

4. Tes Thomson1.3
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi telah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada
waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan
yaitu:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi menjadi 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni


paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai
baru menguras uretra anterior.

Hasil pembacaan:

Gelas 1 Gelas Arti


2
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Tabel 1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium

5. Tes Identifikasi presumtif dan konfirmasi1.3


1. Tes Oksidase
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% ditambahkan kepada koloni gonococcus. Semua N. gonorrhoeae

11
memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi
Tes dilanjutkan dengan memakai glukosa, sukrosa dan maltosa. N.
gonorrhoeae hanya meragikan glukosa.
8. Diagnosis
Dalam mendiagnosis penyakit ini kita membutuhkan bukti klinis dan salah
satunya dari hasil laboratorium berupa pewarnaan serta kultur. Hasil lab dapat kita
dapatkan gram-negatif diplococcus pada cairan swab urethrae.9,10

Gambar 3. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan sindrom3

12
Gambar 4. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan Mikroskop(3)

13
Gambar 5. Diagnosis pada pria dengan pendekatan mikrospkop 3

14
Gambar 6. Diagnosis pria dengan pendekatan sindrom 3

9. Diagnosis Banding
Beberapa DD untuk penyakit N. gonorrhoeae:3,12,13

1. Candidiasis

Penyakit ini akan memberikan manifestasi klinis berupa duh tubuh, gatal
digenital, panas, nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Penyakit ini disebabkan oleh
candida albicans. Tanda yang khas adalah disertai gumpalan-gumpalan sebagai
kepala susu berwarna puitih kekuningan.

2. Chlamydia

Infeksi Chlamydia merupakan infeksi paling umum yang disebabkan oleh


bakteri yang dapat disembuhkan. Manifestasi klinisnya berupa pengeluaran duh
tubuh disertai dengan urethritis pada pria dan endocervicitis pada wanita. Jika tidak
diobati maka dapat menimbulkan epididymitis dan prostatitis. Walalupun pada
wanita biasanya asimtomatik tapi biasanya koimplikasinya akan berat yaitu pelvic
inflammatory disease (PID), kemandulan dan kehamilan ectopic.

15
3. Vaginosis Bakterial

Merupakan sidrom klinis, yang disebabkan oleh bertambah banyaknya


organisme komensal dalam vagina (yaitu Gardnerella vaginalis, Preevotella,
Mobiluncus spp) serta berkurangnya organisme Lactobacillus yang menghasilkan
hidrogen peroksida. Pada keadaan normal bakteri ini yang mempertahankan
suasana asam dan aerob di vagina. Sebanyak 50% yang menderita penyakit ini tidak
mengalami keluhan atau asimtomatik. Bila ada keluhan, umumnya berupa duh
tubuh vagina normal, yang terjadi setelah hubungan seksual.

Pada pemeriksaan klinis duh tubuh berwarna abu-abu homogen, viskositas


rendah atau normal, berbau amis, melekat didinding vagina, seringkali terlihat di
labia dan fourchette. pH sekret vagina berkisar 4,5-5,5.

4. Trikominiasis

Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan


sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, tetapi dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang cukup berat. Pada laki-laki biasanya mengalami urethritis.
Trikomoniasis pada wanita asimtomatik. Pada kasus akut biasanya terlihat sekret
vagina seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning
kehijauan, berbau tidak enak(malodor) dan berbusa.

Trikomoniasis pada laki-laki menyerang uretra, kelenjar prostat, dan


kadang-kadang preputium, vesika seminalis dan epididimis. Pada umumnya gejala
lebih ringan daripada wanita. Bentuk akut gejalanya adalah mirip urethritis non-
gonore, misalnya disuria, poliuria, disertai sekret uretra mukoid dan mukopurulen.

16
10. Tatalaksana
Tatalaksana umum yang dapat dilakukan antara lain:
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal, dan oral dengan
orang terinfeksi;
b. Edukasi Sex
c. Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan
sama sekali risiko penularan penyakit ini;
d. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai;
e. Sarankan juga pasangan seksual agar diperiksa guna mencegah infeksi lebih
jauh dan mencegah penularan;
f. Wanita tunasusila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga
jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
g. Pemberian preparat tetes mata antimikroba pada bayi yang baru lahir.
h. Berhubungan lama secara mutual dengan seorang wanita atau hubungan
monogami pada pasangan yang telah dites dan negatif infeksi menular
seksual. 4,6,,9
Terapi khusus yaitu dengan pemberian antibiotik. Namun dengan
peningkatan insiden resistensi antibiotic terhadap rantai N. gonorrhoeaet sejak
1940, penggunaan antibiotic harus lebih rasional. 5 Pilihan antibiotic yang dapat
digunakan yaitu :
-
Dosis tunggal intramuscular Ceftriaxone 250 mg
-
Sefiksim 400 mg dosis tunggal
-
Levoflokasasin 500 mg oral dosis tunggal
-
Kanamsin 2 gram IM dosis tunggal
-
Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal
-
Tiamfenikol 3,5 gram peroral dosis tunggal

11. Prognosis
Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi mencari pengobatan karena gejala
awal yang muncul untuk mencegah masalah serius, tapi tidak mencegah penularan
ke orang lain. Kebanyakan infeksi pada wanita tidak mempunyai gejala yang
terlihat sampai komplikasi seperti PID (Pelvic Inflamation Disease), infertilitas,

17
timbulnya kehamilan ektopik, DGI lebih umum pada wanita dengan asimtomatik
cervical, endometrium, atau infeksi tuba dan homoseksual dengan asimtomatik
rectal atau gonore faring. 10
Jika seorang wanita hamil yang terinfeksi N. gonorrhoeae maka melahirkan
seorang anak akan membuat dia terinfeksi maka pengobatan yang baik akan
menurunkan resiko pada bayi. 6

12. Komplikasi
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan
anatomi genitalia pria dan wanita. 3
Komplikasi gonore pada pria dan wanita:1,3
Infeksi Simtomatik pada pria: Uretritis

Infeksi ini akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:


Lokal :
1. Tysonitis;
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang panjang dan
kebersihan yang kurang baik. diagnosis dibuat dengan ditemukannya butir
pus atau pembengkakan daerah frenulum yang nyeri tekan.
2. Litriasis;
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau
butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat maka akan terjadi abses
folikular.
3. Cowperitis;
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sedangkan infeksi
yang mengenai kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri
dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas,
nyeri pada saat defeksi dan disuria.

18
4. Parauretritis;
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka dan
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua
muara uretre.
Ascendens :
1. Prostatitis,
Ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum dan suprapubis,
malaise, demam, nyeri saat berkemih, hematuri, spasme otot uretra hingga
terjadi retensi uri, tenesmus ani, sulit buang air besar, serta obstipasi.
2. Trigonitis,
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan
hematuria.
3. Vesikulitis,
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut.
Gejala subjektif menyerupai prostatitit akut yaitu demam,polakisuria,
hematuria terminal, nyeri pada saat ereksi atau ejakulasi
4. Epididimitisdan Vas Deferentitis/ Funikulitits
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah sisi yang sama dengan
terjadinya infeksi.
5. Orkitis
Reaksi inflamasi akut yang terjadi pada testis yang diakibatkan oleh bakteri
dan merupakan infeksi sekunder. Hal ini dapat menyebabkan strerilitas. Apabila
dilihat maka terlihat testis membesar, dan akan terasa nyeri ketika duduk.
Infeksi Simtomatik pada wanita: Uretritis dan servisitis

Infeksi ini akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:


Lokal :
1. Bartholinitis
Labium minor sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan.
Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila berjalan dan pasien sukar

19
duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat maka akan terjadi abses atau dapat pecah
melalui mukosa dan kulit.
2. Parauretritis
Kelenjar dapat terkena tapi biasanya jarang terjadi abses.
Ascendens : Salpingitis, Penyakit radang pinggul (PRP) dan Pelvic
Inflammatory Disease (PID)
Peradangan bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu:
- Masa puerperium
- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Cara infeksi dari serviks melalui tuba fallopi sampai pada daerah salping dan
ovarium, sehingga dapat menimbulkan Penyakit radang pinggul (PRP). Infeksi ini
dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. 10% wanita dengan gonore
akan mengalami PRP. Gejala subjektif berupa nyeri pada daerah abdomen bawah,
keluarnya duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau
abnormal.
Kira-kira 1% penyakit gonore akan berlanjut pada komplikasi gonore
diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan gonore asimtomatik
sebelumnya, terutama pada perempuan. Gejala yang timbul bisa berupa: artritis
(terutama monoartritis), miocarditis, endocarditis, pericarditis dan meningitis.

20
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Usia : 33 tahun

Pekerjaan : Buruh Angkut di Pelabuhan Teluk Bayur

Pendidikan : SMP

Alamat : Jl. Sutan Syahrir no 189 Padang

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Suku Minang

No Hp : 085274659876

Anamnesis

Keluhan Utama

Kencing bernanah sejak 2 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

 Kencing bernanah sejak 2 hari yang lalu, tidak disertai dengan


gatal, rasa panas, maupun nyeri
 Riwayat berhubungan badan dengan istri (+), 1 minggu yang lalu,
secara genitor-genito (+), orogenital (-), Anogenito (-) tanpa mengunakan kondom.
Tanda-tanda keputihan tidak ada
 Riwayat berhubungan badan dengan teman wanita, 5 hari yang lalu
dengan genito-genito (+), oro genitor (-), anogenito (-), tanpa menggunakan
kondom. Tanda-tanda keputihan tidak ada
 Riwayat berhubungan badan dengan teman wanita, 2 minggu yang
lalu dengan genito-genito (+), oro genitor (-), anogenito (-), tanpa menggunakan
kondom. Tanda-tanda keputihan tidak ada
 Riwayat Demam tidak ada
 Nyeri pada saat berkemih tidak ada
 Nyeri pada perut bawah tidak ada
 Nyeri pada saat berhubungan badan tidak ada
 Sakit pada tenggorokan tidak ada

21
 Nyeri pada sendi tidak ada
 Riwayat penggunaan jarum suntik bersama tidak ada
 Riwayat transfusi darah tidak ada
 Riwayat tukak pada penis tidak ada
 Riwayat muncul gelembung di penis tidak ada
 Riwayat muncul kutil di penis tidak ada

Riwayat pengobatan

 Pasien pernah datang ke apotek dan mendapat obat tablet, namun


pasien lupa namanya, masih dikonsumsi hingga hari ini, tidak ada perbaikan.

Riwayat penyakit dahulu

 Tidak pernah menderita penyakit kencing bernanah sebelumnya

Riwayat alergi

 Riwayat alergi Obat-obatan tidak ada

Riwayat keluarga

 Tidak ada keluarga/istri yang menderita kencing bernanah

Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : tidak tampak sakit

Kesadaran : CMC

TD : 120/80 mmHg

Suhu : 37,2 C

Nadi : 89 x/menit

Nafas : 18 x/menit

Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-

Toraks :

Paru : Inspeksi : normochest, simetris statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

22
Perkusi : Sonor

Auskultasi : vesikuler, Rhongki -/- Whezing -/-

Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada

Abdomen : Inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : Supel, hepar lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Status dermatologikus :-

Status venerologikus

Pubis : Edema (-), eritema (-), vegetasi (-), vesikel (-), duh (-)

Oue : Edema (+), eritema (+), vegetasi (-), vesikel (-), duh (+) purulen

Penis : Edema (-), eritema (-), vegetasi (-), vesikel (-), duh (-)

Perineal : Edema (-), eritema (-), vegetasi (-), vesikel (-), duh (-)

Perianal : Edema (-), eritema (-), vegetasi (-), vesikel (-), duh (-)

Palpasi KGB inguinal medial tidak teraba pembesaran

23
Resume

Pasien laki-laki, 33 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama


kencing bernanah sejak 2 hari yang lalu. Gatal, rasa terbakar, dan nyeri tidak ada.
Pasien berhubungan badan dengan istri 1 minggu yang lalu secara genito-genital
tanpa menggunakan kondom, dan 5 hari yang lalu berhubungan badan dengan rekan
pasien secara genito-genital tanpa menggunakan kondom. Tidak ada riwayat
demam, tidak ada nyeri saat berhubungan dan berkemih, tidak ada gangguan pada
tenggorokan, dan tidak ditemukan nyeri sendi. Tidak ditemukan riwayat
penggunaan jarum suntik dan transfusi darah. Riwayat penis pernah muncul
gelembung, tukak, atau tumbuh kutil tidak ada.

Pasien pernah mendapat obat dari apotek berupa tablet, namun pasien lupa
namanya, namun masih belum ada perbaikan.

24
Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema, eritema, dan duh mukoporulen di
OUE. Pembesaran KGB inguinal medial tidak ada. Pemeriksaan fisik lain tidak
ditemukan kelainan.

Diagnosa kerja

 Uretritis Go tanpa komplikasi

Diagnosa banding

 Uretritis non spesifik

Pemeriksaan Rutin

 Pewarnaan Gram didapatkan diplokokus gram negatif intrasel dan


ekstrasel

Pemeriksaan penunjang

 Kultur dengan agar Thayer Martin

Diagnosa

 Uretritis GO tanpa komplikasi

25
Tatalaksana

 Umum
o Edukasi pasien untuk mengajak pasangan tetapnya untuk diperiksa
dan lakukan pengobatan
o Anjurkan untuk tidak berhubungan badan dahulu sampai dinyatakan
sembuh, bila tidak memungkinkan disarankan menggunakan
kondom.
o Sarankan untuk tidak berganti-ganti pasangan
o Kunjungan ulang pada hari ke 7
 Khusus
o Ceftriakson 250 mg IM dosis tunggal

Prognosis

 quo et vitam : Bonam


 Quo et fungsionam : Bonam
 Quo et sanationam : Bonam
 Quo et kosmetikum : Bonam

26
Diskusi

Pasien laki-laki, 33 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama


kencing bernanah sejak 2 hari yang lalu. Gatal, rasa terbakar, dan nyeri tidak ada.
Pasien berhubungan badan dengan istri 1 minggu yang lalu secara genito-genital
tanpa menggunakan kondom, dan 5 hari yang lalu berhubungan badan dengan rekan
pasien secara genito-genital tanpa menggunakan kondom. Tidak ada riwayat
demam, tidak ada nyeri saat berhubungan dan berkemih, tidak ada gangguan pada
tenggorokan, dan tidak ditemukan nyeri sendi. Tidak ditemukan riwayat
penggunaan jarum suntik dan transfusi darah. Riwayat penis pernah muncul
gelembung, tukak, atau tumbuh kutil tidak ada. Pasien pernah mendapat obat dari
apotek berupa tablet, namun pasien lupa namanya, namun masih belum ada
perbaikan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema, eritema, dan duh
mukoporulen di OUE. Pembesaran KGB inguinal medial tidak ada. Pemeriksaan
fisik lain tidak ditemukan kelainan. Sedangkan pada pemeriksaan Gram, ditemukan
gambaran diplokokus gram negatif baik intrasel maupun ektrasel.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan dapat


diambil diagnose kerja urethritis gonore tanpa komplikasi. Hal ini sesuai dengan
alur diagnosa dari pedoman penatalaksanaan infeksi menular depkes tahun 2011.
Pada algoritma tersebut apabila datang pasien laki-laki dengan keluhan duh tubuh
uretra dana tau dysuria maka dianamnesis ditanyakan tentang faktor resiko infeksi
menular seksual. Faktor-faktor resiko yang ditanyakan yaitu bila dalam 1 bualn
terakhir memiliki pasangan seksual lebih dari 1, berhubungan dengan PSK, episode
IMS lebih dari 1, dan prilaku pasangan seksual beresiko tinggi. Pada pasien ini
terdapat 1 faktor resiko yaitu pasangan seksual lebih dari satu. Maka dapat dicurigai
ini IMS.

Pada pemeriksan gram ditujukan untuk menntukan bakteri apa yang


menyerang. Pada pemeriksaan gram ditemukan gambaran diplokokus gram
negative yang berada intra dan ekstra sel. Maka pasien ini menderita infeksi gonore.
Sehingga pengobatan yang tepat yaitu dengan memberikan antibiotic ceftriakson
250 mg IM dosis tunggal kemudian di follow up 7 hari lagi. Tatalaksana umum
yang dapat diberikan pada pasien antara lain yaitu Edukasi pasien untuk mengajak

27
pasangan tetapnya untuk diperiksa dan lakukan pengobatan, Anjurkan untuk tidak
berhubungan badan dahulu sampai dinyatakan sembuh, bila tidak memungkinkan
disarankan menggunakan kondom, Sarankan untuk tidak berganti-ganti pasangan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Fahmi DS. Gonore In: Zubier Farida(editor). Infeksi menular Seksual edisi
keempat. FKUI. Jakarta: 2015. Pp:65
2. Nyoman K, Ni. Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. Diskes
Bali. Bali: 2011.
3. Fahmi, DS. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. FKUI. Jakarta:
2015.
4. Clevere S,R dan Ari M, GA Made. Penyakit kulit dan kelamin. Nuha medika.
Yogyakarta:2013. Pp:131
5. Wong B. 2017. Drug & Disease Gonorrhoeae. Medscape (Online). Diakses
pada tanggal 6 Maret 2018 dari
https://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#showall)
6. Division of STD prevention. 2017. STD Gonorrhoeae. CDC (online). Diakses
pada tanggal 6 Maret 2018 dari (http:// www. cdc. gov/ std/
gonorrhea/stats.htm)
7. Goldsmith L. A. dkk. 2012. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine
Eighth Edition. New York: McGraw Hill.
8. Costa-Lourenço APR da, Barros dos Santos KT, Moreira BM, Fracalanzza SEL, Bonelli
RR. Antimicrobial resistance in Neisseria gonorrhoeae: history, molecular mechanisms
and epidemiological aspects of an emerging global threat. Brazilian Journal of
Microbiology. 2017;48(4):617-628. doi:10.1016/j.bjm.2017.06.001.
9. Chandra B. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. EGC. Jakarta: 2013.
Pp:42
10. Wolff K, Johnson R.A, Saavedra A.P. 2013. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical dermatologys Seventh Edition. New Yoark: Mc Graw Hill.
11. Malik SR, et al. Gonore In: Amiruddin, MD(editor). Penyakit Menular Seksual.
Makassar: Universitas Hasanuddin. 2004.
12. Malhotra M, Sood S, Mukherjee A, Muralidhar S, Bala M. Genital Chlamydia
trachomatis: An update. The Indian Journal of Medical Research.
2013;138(3):303-316.
13. Afriana N. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
infeksi gonore pada wanita penjaja sex komersial. Thesis

29

Anda mungkin juga menyukai