Penatalaksanaan Terkini
Krisis Hipertensi Preoperatif
MD Luthfy Lubis
Dokter Umum di Rumah Sakit Umum Daerah Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat
ABSTRAK
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Salah satu masalah yang timbul adalah krisis hipertensi yang mungkin
terjadi pada periode perioperatif dan turut meningkatkan morbiditas kardiovaskuler intraoperatif dan pascaoperatif. Morbiditas kardiovaskuler
dapat mencakup iskemia dan infark miokard, stroke, serta perdarahan pascaoperasi. Maka, prinsip penatalaksanaan krisis hipertensi preoperatif
yang tepat penting diketahui. Secara umum melingkupi evaluasi perioperatif menyeluruh tentang riwayat hipertensi, riwayat pengobatan,
respons pasien terhadap terapi, serta penentuan obat antihipertensi bila tindakan operasi harus dilakukan. Keputusan pemilihan obat
dipengaruhi situasi klinis namun harus mempertimbangkan beberapa aspek terkait karakteristik obat seperti onset kerja yang cepat, kemudahan
titrasi, serta kenyamanan pasien.
Kata kunci: krisis hipertensi preoperatif, morbiditas kardiovaskuler perioperatif, obat antihipertensi parenteral
ABSTRACT
Hypertension is still a serious problem in public health. Hypertensive crises in perioperative setting will increase intraoperative and postoperative
cardiovascular morbidity. Such morbidities include myocardial ischemia, myocardial infarction, stroke, and postoperative bleeding. Hence,
appropriate measures to manage preoperative hypertensive crises should be performed. In general, they consist of a thorough perioperative
evaluation regarding history of hypertension, therapy, individual response towards therapy, and physicians decision on antihypertensive agents
that will be used in preoperative period to reach the desired blood pressure. The decision should account for certain characteristics of drugs
and is influenced by, but not limited to, clinical settings in which hypertensive crises take place. MD Luthfy Lubis. Recent Management of
Perioperative Hypertensive Crisis.
Key words: preoperative hypertensive crises, perioperative cardiovascular morbidity, parenteral antihypertensive agents
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan masalah medis
yang menimbulkan dampak bermakna
pada kesehatan masyarakat umum.
Meskipun studi NHANES di Amerika Serikat
menunjukkan kecenderungan peningkatan
angka deteksi kasus hipertensi selama
satu dekade terakhir (68% vs 70%) namun
angka pengendalian penyakit hipertensi
pada periode yang sama tidak berbeda
bermakna (27% vs 34%).1 Selain itu,
prevalensi dan angka perawatan pasien
gagal jantung serta penyakit ginjal stadium
akhir sebagai komplikasi terminal hipertensi
tetap meningkat. Apabila kesenjangan
antara rendahnya angka deteksi kasus
hipertensi dan tingginya angka komplikasi
jangka panjang hipertensi semacam ini
terus dibiarkan, maka hipertensi akan
selalu menjadi masalah medis dan masalah
kesehatan masyarakat yang serius.
Alamat korespondensi
< 120
dan < 80
Prehipertensi
120-139
atau 80-89
Hipertensi Stadium 1
140-159
atau 90-99
Hipertensi Stadium 2
> 160
> 100
Normal
email: luthfymd@hotmail
733
TINJAUAN PUSTAKA
734
150
CEREBRAL BLOOD FLOW (ml/100 gm per min)
Normotensive
Hypertensive
100
50
0
0
50
100
150
200
Gambar 1 Kurva ideal aliran darah otak pada berbagai level tekanan darah sistemik pada individu normotensif dan hipertensif7
TINJAUAN PUSTAKA
vaskuler dan aktivasi platelet. Temuan klinis
krisis hipertensi dapat terlihat melalui
pemeriksaan fisis umum berupa pengukuran
tekanan darah serta pemeriksaan khusus yang
mencakup berbagai fungsi organ seperti mata,
jantung, ginjal, saluran cerna, serta darah.6,7
Sebelum era terapi hipertensi saat ini,
persentase harapan hidup pasien hipertensi
maligna pada tahun pertama tidak sampai 25%
dari total seluruh pasien hipertensi maligna
dan hanya 1% pasien yang dapat bertahan
hidup hingga 5 tahun. Namun, seiring
dengan perkembangan terapi mutakhir, 90%
pasien dapat bertahan hidup melewati tahun
pertama pasca episode hipertensi maligna
dan 80% dari pasien tersebut dapat bertahan
hidup hingga 5 tahun.7
Diagnosis banding
Ensefalopati hipertensif dan hipertensi
maligna merupakan indikasi terapi penurunan
tekanan darah yang agresif pada krisis
hipertensi meskipun penyebabnya sering
tidak diketahui. Ada beberapa penyakit medis
dan psikiatrik lain yang dapat menyerupai
krisis hipertensi (Tabel 3).6
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya, evaluasi perioperatif harus
senantiasa dilakukan untuk mengidentifikasi
pasien dengan hipertensi dan memberikan
terapi yang sesuai. Hipertensi merupakan
suatu markas klinis yang berkaitan erat
dengan penyakit jantung koroner. Selain itu,
beberapa studi menunjukkan bahwa fluktuasi
tekanan darah intraoperatif yang hebat
berhubungan dengan iskemia miokard pada
pasien yang mengalami hipertensi preoperatif.
Mengingat iskemia intraoperatif berkorelasi
dengan morbiditas jantung pascaoperasi,
maka penurunan tekanan darah preoperatif
dapat mengurangi kecenderungan terhadap
iskemia perioperatif.9
Evaluasi perioperatif dilakukan dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang bila perlu. Jika pasien
telah mendapat terapi hipertensi sebelumnya,
kajian mendalam tentang pengobatan
hipertensi yang kini digunakan (jenis obat
dan dosisnya) serta riwayat intoleransi
terhadap jenis obat lain penting dilakukan.
Pada pemeriksaan fisis, harus ditelusuri adanya
kerusakan organ sasaran dan gangguan fungsi
jantung yang berkaitan.9,10
Enalaprilat
Studi pemberian enalaprilat intravena, suatu
penghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE inhibitor), sebagai obat antihipertensi
perioperatif menunjukkan efikasi yang baik
dalam mengatasi hipertensi yang berkaitan
dengan gagal jantung, hipertensi esensial,
735
TINJAUAN PUSTAKA
Labetalol
Labetalol adalah kombinasi senyawa
penghambat reseptor 1-adrenergik secara
selektif dan reseptor -adrenergik secara
nonselektif yang diberikan secara bolus
intravena atau melalui infus terus-menerus.
Obat ini biasa digunakan pada pasien krisis
hipertensi imbas kehamilan sebab ekskresi
obat ini melalui plasenta amat minimal.12,13
Efek obat ini terhadap tekanan darah mulai
muncul dalam 2-5 menit setelah pemberian
intravena, memuncak dalam 5-15 menit,
kemudian menetap hingga 2-4 jam. Masa
paruh labelatol diperkirakan 5,5 jam. Adanya
variabilitas ini membuat labetalol amat sulit
dititrasi saat diberikan melalui infus.13
Labetalol dapat diberikan dengan dosis awal
20 mg, diikuti peningkatan dosis 20-80 mg tiap
selang waktu 10 menit hingga target tekanan
darah tercapai. Cara lain adalah dengan
memberikan dosis awal 20 mg dilanjutkan
infus kontinu 1-2 mg/menit yang dititrasi
hingga target tekanan darah tercapai.2,14
Labetalol menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan tahanan vaskuler sistemik tanpa
mengurangi aliran darah perifer total. Selain
itu, perfusi otak, ginjal, dan koroner tetap
terjaga. Adanya efek penghambat reseptor
membuat denyut jantung relatif tetap
atau sedikit turun. Penggunaan obat ini
memerlukan pengawasan ketat pada pasien
dengan gagal jantung dan harus dihindari
pada pasien dengan sinus bradikardia berat,
hambatan atrioventrikuler > derajat 1, dan
asma.13
Nikardipin
Nikardipin termasuk jenis penghambat
kanal kalsium dihidropiridin yang memiliki
awitan kerja cepat dan tersedia untuk
penggunaan intravena serta oral. Obat ini
diduga meningkatkan aliran darah koroner
dan memiliki kemampuan vasodilator
yang lebih selektif pada arteri koroner
dibandingkan arteri perifer sehingga
penggunaannya secara intravena terbukti
menurunkan angka kejadian iskemia
jantung dan serebral.13,14
Dosis nikardipin tidak tergantung berat
badan, dapat dimulai dengan kecepatan infus
5 mg/jam, boleh dititrasi 2,5 mg/jam tiap 5
menit hingga dosis maksimum 15 mg/jam
736
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. The seventh report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high
blood pressure: The JNC 7 report. JAMA. 2003;289(19):2560-72.
2.
3.
Marik PE, Varon J. Perioperative Hypertension: A review of current and emerging therapeutic agents. J Clin Anesth. 2009;21:10.
Rutter TW, Tremper KK. Anesthesiology and pain management. In: Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upchurch GR, editors. Greenfields surgery: Scientific principles
and practice. 4th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 277.
4.
Wallace MC, Haddadin AS. Systemic and pulmonary arterial hypertension: Management of anesthesia in patients with essential hypertension. In: Hines RL, Marschall KE, editors. Stoeltings
anesthesia and co-existing disease. 5th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2008.
5.
Samson R. Periprocedural hypertension: Current concepts in management for the vascular surgeon. Vasc Endovascular Surg. 2004;38:6.
6.
Atlee J. Hypertensive Urgencies and Emergencies. In: Atlee JL, Sinagra G, Gullo A, Vincent J-L, editors. Perioperative critical care cardiology. 2nd ed. Milan: Springer; 2007. p. 70-84.
7.
Kaplan N. Systemic hypertension: mechanisms and diagnosis. In: Zipes D, Libby P, Bonow R, Braunwald E, editors. Braunwalds heart disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.
8.
Strandgaard S, Olesen J, Skinhtoi E, Lassen N. Autoregulation of brain circulation in severe arterial hypertension. Br Med J. 1973;1.
p. 95987.
9.
Fleisher LA, Beckman JA, Brown KA. ACC/AHA 2007 guidelines on perioperative cardiovascular evaluation and care for noncardiac surgery: A report of the American College of Cardiology/
American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Writing Committee to revise the 2002 guidelines on perioperative cardiovascular evaluation for noncardiac surgery).
Circulation. 2007;116:83.
10. Ivanovic B, Tadic M, Markovic D, Bradic Z, Jankovic R, Kalezic N. Preoperative preparation of patients with arterial or pulmonary hypertension in noncardiac surgery. ACI;58:6.
11. Howell S, Sear J, Foex P. Hypertension, hypertensive heart disease, and perioperative cardiac risk. British Journal of Anaesthesia. 2004;92(4):14.
12. Ahuja K, Charap MH. Management of perioperative hypertensive urgencies with parenteral medications. Journal of Hospital Medicine. 2010;5:6.
13. Varon J, Marik PE. Perioperative hypertension management. Vasc Health Risk Manag. 2008;4(3):13.
14. Soto-Ruiz K, Peacock W, Varon J. Perioperative hypertension: Diagnosis and treatment. Netherlands Journal of Critical Care. 2011;15(3):6.
15. Lorentz MN, Santos AX. Systemic hypertension and anesthesia. Revista Brasileira de Anestesiologia. 2005;55(5):9.
737