Anda di halaman 1dari 4

Identifikasi bentuk, struktur, pola kota

(studi kasus : Kota Tekes, RRC)

Abstrak

Dari berbagai teoritis yang ada, secara umum perancangan kota dapat dibagi menjadi dua kelompok,
perancangan kota sebagai proses, dan perancangan kota sebagai produk. Maksud dari perancangan kota
sebagai proses adalah proses pembentukan hirarki, teoritis, perencanaan kebijakan yang akan
mempengaruhi dari hasil akhir dari sebuah perancangan kota. Maksud dari perancangan kota sebagai
produk, merupakan desain yang dibentuk dan difokuskan kepada massa dan bentuk ruang dari
perkotaan yang sedang dirancang. Pendekatan ini lebih disebut sebagai morfologi kota. Dalam
pemahaman morfologi kota, perancang kota tidak dapat melepaskan diri dari proses perancangan kota,
karena proses akan menjadi landasan untuk membentuk dan membuat sebuah morfologi kota yang
sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan pada masa itu. Dalam analisis ini morfologi kota didasarkan
pada aspek struktural, fungsional, dan visual. Untuk menganalisis suatu pola morfologi kota, dilakukan
dengan tiga analisis perancangan kota, figure ground, lingkage, dan place.

Pendahuluan

Permasalahan di kota merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Masalah tersebut terjadi pada
masalah aspek fisik hingga aspek admintrasinya. Misalnya permasalahan ketidakjelasan fungsional tata
guna lahan, penggunaan fungsi lahan yang tidak semestinya, masalah pembangunan pemukiman padat
penduduk, pelanggaran garis sempadan bangunan, ruang terbuka hijau diganti dengan perkerasan dan
bangunan tinggi, ketidakjelasan karakteristik kota, dan masih banyak lagi permasalahan yang sedang
terjadi dikarenakan faktor-faktor, antara lain sosio-ekonomi, geografis, budaya, kepentingan suatu
kelompok, perkembangan yang tidak merata, kelemahan pemerintah dalam mengawasi sebuah wilayah,
dan unsur-unsur lainnya yang menstimulasi.

Dilain sisi bentukan fisik perlu didesain dan direncanakan maupun dirancang sesuai dengan keterkaitan
dan keberlangsungan kebutuhan masyarakat. Proses inilah yang sangat penting dalam pembentukan
suatu produk dari perancangan kota. Didalam proses perancangan kota meliputi analisis dari kebutuhan
manusia saat ini, ketersediaan lahan, penggunaan lahan yang sesuai dengan aspek-aspek yang terkait,
pemanfaatan ruang terbuka hijau, dll. Sehingga produk yang dihasilkan bisa mengurangi dampak
kerusakan dari pembangunan suatu kota.

Perkembangan kota berkaitan dengan fungsi waktu, mengingat sejarah sangat penting untuk mencegah
dari permasalahan-permasalahan yang serupa terjadi kembali, sangat penting untuk membentuk sebuah
morfologi kota. Bentuk kota bukan hanya sebuah produk, tetapi merupakan sebuah akumulasi
menifestasi fisik dan kehidupan nonfisik, yang dipengaruhi oleh sistem nilai dan norma-norma yang
berlaku pada masa pembentukannya.

Kota di Indonesia mempunyai kecenderungan menghilangkan ciri karakter historis peninggalan zaman
Hindu-Budha dan memunculkan ketunggal-rupaan arsitektur kota (budiarjo,1984). Hal ini disebabkan
oleh diabaikannya aspek kesejarahan pembentukan kota sehingga kesinambungan sejarah kawasan kota
seakan terputus. Sebagai akibat pengendalian perkembangan yang kurang memperhatikan aspek
morfologi kawasan., demikian halnya dengan Kota malang. Morfollogi kota malang merupakan salah
saru hasil karya perencana kota Thomas Karsten mengadaptasi konsep garden city, dengan
mengutamakan pejalan kaki sebagai elemen terpenting dalam koridor suatu kawasan. Warisan
perencanaan pada zaman kolonial sangat terlihat pada bentukan fisik bangunan dan tata lingkungan
(Hardinoto, 1996). Beberapa kawasan yang memiliki nilai historis hingga kini adalah Jl. Ijen, alun-alun
budanr (alun-alun Kota malang) dan wilayah Kayutangan di kecamatan klojen.

Untuk mengungkapkan fenomena perkembangan kota ridak terlepas dari pembahasan elemen
pembentuk kota itu sendiri. Fenomena perkembangan kota akan mencakup perkembangan elemen
detail, elemen tata bentuk kota atau townscape serta perkembangan aspek peraturan kota atau pranata
kota. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek fisik, yang baik secara langsung maupun tidak langsung
sangat dipengaruhi oleh aspek non-fisik kota sebagai latar belakang perkembangan kota.

Unsur lingkungan alamiah kota malang sangat dominan, serta bentukan lingkungan buatan seperti
bangunan, elemen tata kota dan kehidupan masyarakatnya telah memberikan citra spesifik kota
malang. Sedangkan perkembangan bentuk fsik kota terjadi melalui dua proses, yaitu proses formal, yaitu
melalui proses perancanaan dan desain. Dan proses organis yaitu proses yang tidak direncanakan dan
berkembang dengan sendirinya, maka morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap
perubahan bentuk kawasan secara morfologi dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat
berharga bagi penanganan perkembangan suatu kawasan kota. Dengan mempelajari morfologi suatu
kawasan kota, kiranya cacat mofologis suatu kawasan kota dapat terhindari karena proses belajar dari
pengalaman kegagalan dan keberhasilan masa lampai merupakan salah satu proses pembentukan
morfologi suatu kawasan kota (Zahnd, 1999). Berangkatnya dari adanya fenomena tersebut dan
fenomena tentang perubahan fungsi, maka penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai
identifikasi pola morfologi kota terhadap kota malang melalui pola morfologi kota.

Tinjauan Pustaka

Morfologi sebagai formasi sebuah objek bentuk kota dalam skala yang lebih luas, morfologi perkotaan
adalah penataan atau formasi keadaan kota yang sebagai objek dan sistem yang dapat diselidiki secara
struktural, fungsional, dan visual (Zahnd, 1955). Tiga Unsur morfologi kota yaitu unsur-unsur
penggunaan lahan, pola-pola jalan dan tipe-tipe bangunan, dari sinilah pertama kali muncul istilah
Townscape(Smailes, 1955). Dari pengertian-pengertian tersebut, morfologi kota secara sederhana
dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk fisik kota dengan diketahui secara struktural, fungsional, dan
visual. Morfologi kota dengan kota lain berbeda-beda, sehingga morfologi kota ini menjadi pembentuk
karakteristik atau ciri khas suatu kota.

Ada 3 faktor yang berperan penting dalam perkembangan suatu kota, yaitu ekologi, teknologi, dan
organisasi sosial. Perkembangan kota tersebut saling berkesinambungan dengan pertubahan ekonomi
sosial budaya masyarakat. Keberadaan suatu kota tidak terlepas dari sejarah awal perkembangan,
kondisi masa kini, dan kondisi yang akan datang.

Waktu menjadi faktor penting dalam proses perkembangan kota, mengingat pada masa lampau
membentuk dari morfologi kota. (Mmumford, 1967). Bentuk kota bukan hanya sebagatas fisik, tetapi
juga menyangkut aspek nonfisik, norma-norma, kebudayaan, dll yang berkaitan dengan kehidupan pada
masa itu. Kota dapat dikatakan sebagai urban artefak, kota dalam perjalananya menjadi bagian dari
sejarah perubahan kultur, sosial budaya masyarakat yang membentuknya. Selanjutnya ketika berbicara
tentang [erkembangan dan bentuk kota menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di dalam
melihat suatu kondisi perkotaan dalam hal ini ditinjau dari pola morfologi kota.
Kota memerlukan rancangan bentukan fisik yang baik meliputi (1) Singularity, yaitu adanya batasan yang
jelas antar suatu kawasan dan pedesaan lainnya, (2) Continiuity, yaitu kaitan fungsional antara satu
sama lain dalam efektifitas dan efisiensi, (3) simplicity yaitu kejelasan keterpaduan morfologi dan
tipologinya, (4) merupakan bagian kota yang mempunyai karakter penting, (5) Clarity of joint, yaitu
bagian strategis yang mampu berhungan satu sama lain, (6) directional differentation, yaitu beragam
bentukan yang diatur secara harmonis, (7) motion awareness, yaitu kemampuan menggerakkan
emosional atau perasaan nyaman dan dinamis.

Pembahasan

Kebutuhan mempelajari morfologi kota

Ada beberapa hal yang mendorong kita haru mengetahui pola morfologi suatu kota, yaitu karena pada
zaman sekarang, pola morfologi kota ini menjadi semrawut, tidak adanya kejelasan dalam mengatur
kebijakan kota, mulai berkurangnya kualitas dari aspek visual maupun aspek fungsional tidak diterapkan
sebagai mana telah direncanakan. Menurut conzen dan birkhamshaw, alex dan whitewand (2012),
morfologi kota berdasarkan tiga komponen, ground plan, bentuk bangunan, dan utilitas lahan.

Analisa bentuk kota meliputi :

1. Bentuk-bentuk kompak

Terdiri dari bentuk bujur sangkar, empat persegi panjang, kipas, bulat, pita, gurita atau bintang, bentuk
berpola

2. bentuk-bentuk tidak kompak

Terdiri atas bentuk terpecah, bentuk berantai, bentuk terbelah, bentuk stellar.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi bentukan kota antara lain geografis kawasan, transportasi, sosial,
ekonomi, dan regulasi. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi morfogi kota dapat dilihat
berdasarkan tipe morfologi kota, diklasifikasikan atas penggunaan lahan utama. Tipe morfologi kota ini
sering di kenal sebagai penggunaan lahan, teori tipe morfologi kota in sering dikenal sebagai fungsi
bangunan. Kajian morfologi kota secara struktural, fungsional dan visual serta perancangan kota
dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Kajian morfologi kota secara struktural,

Yaitu adanya tingkatan penggunaan lahan yang dibagi, dikaitkan dengan aspek taste, preference, dan
lifestyles. Sebagai dijelaskan oleh alnoso yang menggunakan pembagian zona konsentris dari burgess
untuk menjelaskan spatial distribution-residential mobility.

Kajian morfologi kota secara fungisional

Pada tahun 1748, Giambattista Nolli, seorang arsitek italia menemukan suatu cara analisa suatu tekstur
perkotaan dari segi fungsi massa dan ruang serta bagaimana mestinya hubungannya dengan aspek
fungsional. Adapun cara yang harus dilakukan yaitu membuat suatu figur dari ruang perkotaan yang
bersifat publik (dan semipublik). Cara analisis ini dikenal dengan sebutan Nolliplan, yaitu semua massa
yang bersifat publik atau semi publik tidak lagi diekspresikan dsebagai massa (dengan warna hitam),
melainkan digolongkan bersama tekstur warna putih.

Anda mungkin juga menyukai