Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN PULPA KAKAO

1.BIJI KAKAO

Biji kakao hasil pengupasan buah kakao dilapisi oleh pulpa berwarna putih. Pulpa kakao
mengandung senyawa gula dan bisa digunakan sebagai bahan pembuat nata de kakao. Nata de
Coco adalah nama yang mula-mula dikenal di Filipina untuk menyebut produk olahan yang
dibuat dari air kelapa.

2.PEMERASAN PULPA [LENDIR] BIJI KAKAO

Lapisan pulpa dikurangi secara mekanik antara 30 40 % dari berat pulpa awal atau setara
dengan 150 kg pulpa per 1 ton biji kakao basah.

3.PULPA HASIL PERASAN

Pulpa hasil perasan yang semula warna putih akan berubah coklat akibat terfermentasi [browning
process]. Oleh karena itu, pulpa harus segera diolah menjadi nata de kakao dan jus kakao.

4.STERILISASI PULPA

Warna coklat akan hilang setelah pulpa diencerkan 20 kali dari volume awalnya dan kemudian
disaring. Larutan pulpa yang jernih kemudian direbus sampai mendidih.

5.PEMBIAKAN INOKULAN dan FERMENTASI

Biakan Acetobacter xylinum dapat diperoleh dari beberapa sumber dan banyak dijual di pasaran.
Inokulasi media dilakukan pada larutan pulpa yang telah disterilisasi di dalam bak plastik pada
suhu kamar. Kedalaman larutan di dalam bak diatur lebih kurang 3 cm. Bak kemudian ditutup
menggunakan kertas. Fermentasi dilakukan selama 8 sampai 12 hari untuk memperoleh lapisan
nata dengan tebal antara 1,50 sampai 2 cm.

6.PEMOTONGAN LEMBARAN NATA

Lembaran nata ditiriskan dan diiris menjadi potongan-potongan ukuran 2 x 2 cm. Potongan-
potongan selanjutnya direbus. Setelah dingin, potongan nata direndam selama 3 malam dengan
air untuk menghilangkan rasa asam. Air rendaman diganti dengan air yang segar setiap hari.
Setelah bersih, nata dimasukkan ke dalam larutan dalam larutan gula dengan berbagai warna dan
tambahan bahan penyedap.

7.PENGEMASAN

Nata dikemas dalam plastik atau gelas yang sebelumnya telah disterilkan dengan air panas pada
suhu 800C. Proses pengemasan harus dilakukan secara hati-hati dan cermat agar tutup kemasan
betul-betul rapat dan tidak terjadi kontaminasi. Untuk penyimpanan dalam waktu lama, kemasan
yang sudah tertutup sebaiknya disimpan di ruang berpendingin.
PENGOLAHAN KRISTAL K2O

1.KULIT BUAH KAKAO

Kulit buah merupakan limbah setelah buah kakao dibelah diambil biji kakaonya. Kurang lebih 70
% dari buah kakao adalah kulit buah. Kandungan senyawa K [kalium] dalam buah kakao basah
antara 3,50 sampai 4,50 %.

2.PENJEMURAN

Penjemuran dilakukan untuk menurunkan kadar air kulit buah yang semula awal 55 % menjadi
20 %. Jika cuaca terang, penjemuran kulit buah berlangsung selama 6 sampai 7 hari.

3.PEMBAKARAN

Kulit buah yang telah kering dibakar di dalam tungku kristalisator sampai diperoleh abu.
Kristalisator merupakan alat untuk menghasilkan senyawa oksida K2O.

4.ABU KULIT KAKAO

Setiap pembakaran 100 kg kulit buah kering akan diperoleh abu sebanyak 10 kg. Setelah air dan
senyawa organik volatil diuapkan, kandungan K2O dalam abu lebih kurang 18 %.

5.PELARUTAN

Abu dilarutkan dengan air panas dan disaring sampai diperoleh ekstrak abu yang mengandung
senyawa K2O lebih kurang 18 %.

6.PENGUAPAN

Larutan abu dimasukkan ke dalam kristalisastor dan dipanaskan pada suhu 100o C. Larutan abu
mendekati jenuh saat suhu larutan meningkat mendekati 110o C. Setelah itu, tungku dimatikan
dan larutan didinginkan dengan hembusan udara lingkungan sampai terbentuk kristal garam
kalium. Bahan bakar alat ini adalah kulit buah kering. Abu yang diperoleh kemudian dilarutkan
pada proses berikutnya.

7.KRISTAL OKSIDA KALIUM

Kristal oksida kalium berwarna putih bersih. Setiap 10 kg abu kaulit buah kakao akan diperoleh
lebih kurang 550 gr kristal oksida kalium. Kandungan oksida kalium dalam abu lebih kurang 87
%. Senyawa ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun dan biodisel.

PEMBUATAN SABUN DARI LEMAK KAKAO

1.BAHAN BAKU
Bahan baku utama sabun adalah lemak kakao [terutama yang non-edibel], minyak kelapa dan
kristal K2O.

2.PROSES PENYABUNAN [SAPONIFIKASI]

Proses dilakukan pada reaktor berpengaduk dan berpendingin. Lemak kakao yang sudah
dilelehkan atau minyak kelapa dimasukkan dalam reaktor dan kemudian ditambahkan kristal
K2O secara bertahap sambil diaduk. Selama proses ini berlangsung, larutan menjadi panas.
Untuk itu, reaktor ini perlu didinginkan dengan air melalui dindingnya [jacket].

3.PEMBENTUKAN SABUN

Proses pengadukan dihentikan jika larutan sabun sudah mulai mengental. Penambahan bahan
pewangi, pewarna dan bahan-bahan lain dilakukan sambil diaduk sebelum fase pengentalan
terjadi.

4.PENCETAKAN

Larutan sabun dituang dalam cetakan dan kemudian disimpan selama satu sampai dua hari dalam
cetakan agar sabun menjadi beku dan keras. Sabun padat dilepaskan dengan cara membalik
cetakannya.

5.PENGEMASAN dan PENYIMPANAN

Sabun padat dikemas dalam lembaran plastik tipis atau kertas. Sabun yang telah dikemas
disimpan selama 3 minggu sebelum dipakai atau dipasarkan untuk stabilisasi nilai pHnya.

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA

1.PANEN TEPAT MATANG

Buah kelapa tua [masak] ditandai oleh perubahan warna kulit buah yang semula hijau menjadi
kecoklatan.

2.PENGUPASAN SERABUT dan PEMECAHAN BUAH

Buah kelapa dikupas sabutnya secara manual dan dipecah untuk mendapatkan daging buah. Air
kelapa digunakan sebagai bahan baku nata bersama dengan lendir [pulpa] biji kakao.

3.PENGERINGAN DAGING KELAPA

Daging kelapa dikeringkan secara mekanis dengan alat pengering yang biasanya dipakai untuk
pengeringan biji kakao atau biji kopi. Sumber bahan bakar pengeringan adalah batok
[tempurung] kelapa.

4.KOPRA
Kopra adalah hasil pengeringan daging kelapa yang akan diolah manjut menjadi minyak kelapa.
Kadar air kopra lebih kurang 6 %.

5.PENGEPRESAN KOPRA

Ekstraksi minyak kelapa dari kopra dilakukan dengan alat press tipe ulir [expeller]. Hasil
pengepresan adalah minyak mentah [CCO, Crude Coconut Oil]. Setelah melalui penyaringan,
minyak ini bisa digunakan sebagai bahan baku biodisel atau dibakar langsung dalam kompor
nabati. Bungkil, sisa pengepresan, digunakan sebagai pakan ternak.

6.PEMURNIAN dan PENGEMASAN

Minyak mentah bisa diolah menjadi minyak goreng setelah melewati proses penyaringan,
pemurnian dan penetralan.

PENGOLAHAN GULA SEMUT

1.PANEN NIRA

Penyadapan umumnya dilakukan 2 kali/hari. Setiap bunga kelapa [mayang] dapat dipanen
niranya selama 40 hari. Aliran nira berkisar antara 2 3 liter/pohon/hari dan ditampung dalam
bumbung [bambu] yang telah ditambah CaO supaya pH nira terjaga pada kondisi netral.

2.PENGUMPULAN NIRA

Hasil nira dari setiap pohon dimasukkan sambil disaring ke dalam jerigan plastik [20 l]. Jerigen
harus segera dibawa ke pabrik. Nira harus diolah tidak lebih 3 jam dari saat panen.

3.KRISTALISASI

Nira yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam wajan [pan] penguapan. Proses
penguapan diatur pada suhu antara 100 110 oC sambil dilakukan pengadukan. Gumpalan
kristal gula terbentuk setelah 45 menit waktu pemanasan. Energi pemanasan yang diperoleh dari
pembakaran batok kelapa.

4.PENGHALUSAN KRISTAL GULA

Gula semut kasar dengan ukuran kristal kemudian digiling secara mekanik untuk mendapatkan
ukuran serbuk gula yang lebih halus.

5.PENGAYAKAN

Gula semut diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 10, 15 dan 20 Mesh.
6.PENGERINGAN MEKANIS

Meskipun kadar air gula semut dalam SNI adalah 8 %, beberapa konsumen meminta kadar air
gula semut lebih rendah, yaitu 3 %. Maka gula semut halus perlu dikeringkan lanjut di dalam
oven pada suhu 60 o Cselama beberapa jam.

7.PENGEMASAN dan PENGGUDANGAN

Gula semut dikemas dengan kemasan plastik polipropilen atau poliethilen dan ditutup [seal] yang
rapat dengan alat pengemas panas. Gula semut yang telah dikemas rapat disimpan dalam ruangan
bersuhu 20 o C dengan RH 50 60 %.

PENGOLAHAN GULA MERAH

1.PANEN NIRA

Penyadapan umumnya dilakukan 2 kali/hari. Setiap bunga kelapa [mayang] dapat dipanen
niranya selama 40 hari. Aliran nira berkisar antara 2 3 liter/pohon/hari dan ditampung dalam
bumbung [bambu] yang telah ditambah CaO supaya pH nira terjaga pada kondisi netral.

2.PENGUMPULAN NIRA

Hasil nira dari setiap pohon dimasukkan sambil disaring ke dalam jerigan plastik [20 l]. Jerigen
harus segera dibawa ke pabrik. Nira harus diolah tidak lebih 3 jam dari saat panen.

3.KRISTALISASI

Nira yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam wajan [pan] penguapan. Proses
penguapan diatur pada suhu antara 100 110 oC sambil dilakukan pengadukan. Larutan nira
akan mengental [jenuh] setelah 30 menit waktu pemanasan. Energi pemanasan yang diperoleh
dari pembakaran batok kelapa.

4.PENCETAKAN

Nira yang telah mengental dituang dalam cetakan. Bahan catakan yang digunakan umumnya dari
kayu atau pipa aluminium. Sebelum digunakan, cetakan dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan air kapur dan direndam dalam air bersih untuk memudahkan pelepasan antara gula
padat dengan cetakannya. Saat menuang nira, cetakan digetarkan agar diperoleh padatan gula
yang rapat [tidak berpori].

5.GULA MERAH

Setelah dingin, padatan gula merah dapat dikeluarkan dari cetakannya. Gula merah akan
mempunyai bentuk sesuai profil cetakannya.

6.PENGEMASAN dan PENGGUDANGAN


Gula merah dikemas dengan kemasan plastik polipropilen atau poliethilen dan ditutup [seal]
yang rapat dengan alat pengemas panas. Gula merah yang telah dikemas rapat disimpan dalam
ruangan bersuhu 20 o C dengan RH 50 60 %. Pada kondisi ini gula merah mampu bertahan
sampai dua tahun tanpa mengalami perubahan biologis, kimiawi dan fisis.

PENGOLAHAN SERABUT KELAPA

1.BUAH KELAPA

Bahan baku sabut kelapa merupakan limbah buah kelapa yang telah diambil daging buahnya
untuk pembuatan minyak kelapa atau kopra.

2.SORTASI BUAH SEHAT

Setelah dikupas dari batoknya, sabut tersebut kemudian direndam selama 3 hari agar seratnya
lunak dan lemas.

3.PENYERABUTAN

Sabut diurai secara mekanik untuk memisahkan bagian serat dengan gabus. Penguraian serat
dilakukan dengan pisau berputar di dalam silinder beralur.

4.ABUT KELAPA

Sekitar 35% dari total berat buah kelapa merupakan sabut kelapa. Bagian yang bersabut ini
merupakan bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok, tali dan
lain-lain. Kulit buah kelapa teridir natas 30 % serabut dan 70 % peat.

5.DEBU (SERBUK)

Debu [cocopeat] adalah serbuk sabut yang terpisah saat proses penyerabutan. Bahan ini dapat
digunakan sebagai media tanam dan bisa juga sebagai campuran kompos.

6.SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN ISOLATOR PANAS

Pada kerapatan 85 kg/m3 dan tebal lapisan serabut 60 mm, konduktivitas panas serabut pada
suhu 40C adalah 0.058 W/oK. Jadi matras sabut kelapa sangat baik sebagai bahan isolasi untuk
alat-alat pemanas suhu medium seperti oven dan dinding pengering.

PENGOLAHAN KOMPOS

1.BAHAN BAKU

Bahan baku kompos merupakan campran beberapa jenis biomassa yang tersedia di kebun seperti
daun, kulit kakao dan kulit kopi. Bahan baku dikelompokkan atas dasar jenis, ukuran dan nilai
perbandingan kandungan senyawa karbon dan nitrogennya [C/N ratio].
2.PENCACAHAN dan PENCAMPURAN

Biomassa yang berukuran fisik besar [umumnya dari bahan dengan nilai C/N tinggi] harus
dicacah terlebih bahulu secara mekanis sampai diperoleh ukuran serpihan antara 3 5 mm.
Bahan dengan nilai C/N rendah [kotoran hewan] umumnya mempunyai ukuran fisik yang kecil
dan langsung bisa dipakai sebagai bahan baku kompos. Serpihan dari dua atau tiga jenis
biomassa dicampur dengan proporsi tertentu [sesuai nilai C/N yang dimiliknya] sehingga
campuran bahan baku kompos mempunyai nilai C/N antara 30 35

3.PENGOMPOSAN

Proses pengomposan dapat dilakukan dengan metoda gundukan. Dimensi gundukan adalah lebar
1.25 1,50 m, panjang 8 10 m dan tinggi puncak gundukan antara 0,80 1 m. Bambu
ditancapkan tegak lurus ke dalam gundukan pada setiap 1 m sepanjang alur gundukan untuk
pemasukan udara. Bahan kompos disangga oleh beberapa lonjor bambu yang berfungsi selain
untuk masukan udara, juga untuk lubang pengeluaran [drainase] air. Gundukan biomassa yang
sudah terbentuk kemudian disiram dengan larutan kotoran sapi 5 % sampai kadar airnya
mencapai 50 60 %. Gundukan ditutup dengan plastik atau terpal untuk pelindung saat air hujan
dan penahan kehilangan panas. Proses pengomposan dapat juga dilakukan dalam bak permanen
terbuat dari tembok semen. Pada bagian dasar bak disusun papan kayu berlubang tebal 30-50
mm untuk aerasi udara. Diameter lubang pada papan adalah 10 mm dengan jarak antar lubang
100 mm.

4.PENGEMASAN

Sebelum dikemas atau diaplikasikan ke tanaman, hasil kompos perlu dianginkan terlebih dahulu
selama 1 2 minggu untuk penurunan suhu dan stabilisasi nilai pHnya. Jika ingin dijual, kompos
perlu dijemur sampai kadar airnya turun menjadi 25 %. Hasil kompos dikemas dalam karung
plastik yang telah dilengkapi dengan label nama produk dan kandungan haranya.

PENGOLAHAN PELET SAPI

1.BAHAN BAKU

Bahan baku pelet merupakan campuran daun hasil pangkasan tanaman penaung [lamtoro],
gulma, bungkil kopra, limbah kulit kopi dan limbah kulit kakao. Sedangkan bahan baku yang
diperoleh dari luar adalah molases dan bubuk ikan kering.

2.PENCAMPURAN dan FORMULASI

Berbagai bahan baku tersebut dicampur secara mekanik. Proporsi masing-masing bahan baku
ditentukaan atas dasar jenis pakan yang akan dibuat mengikuti kaidah kandungan nutrisi yang
lengkap dan seimbang yang meliputi mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.

3.PEMBUATAN PELET
Pelet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan dari campuran bahan baku untuk
mengurangi sifat keambaan pakan, meningkatkan kadar energi metabolis pakan, membunuh
bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama penyimpanan,
menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin. Pelet hasil proses
bisa langsung diberikan sebagai pakan sapi.

4.PENGERINGAN

Jika akan disimpan lama, pelet dikeringkan dalam pengering tipe rak sampai kadar airnya
menjadi 10 12 %. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu dari hasil pangkasan pohon
pelindung.

5.PENGEMASAN

Pelet dikemas dalam karung plastik dan disimpan dalam gudang yang bersih.

Anda mungkin juga menyukai