Anda di halaman 1dari 15

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi fosil atau bahan bakar fosil disebut juga bahan bakar mineral
merupakan sumber daya alam yang mengandung senyawa hidrokarbon. Penggunaan
bahan bakar fosil telah mampu menggerakkan pengembangan industri serta
menggantikan tenaga air, angin serta pembakaran kayu. Umumnya, pembakaran dari
bahan bakar fosil menyebabkan efek rumah kaca karena karbon yang sisa
pembakaran akan naik meyebabkan pemanasan global.
Salah satu bahan bakar fosil yang populer adalah minyak tanah. Minyak
memiliki prinsip kerja yaitu akan berubah menjadi energi panas dan cahaya ketika
dibakar. Minyak tanah berasal dari sisa fosil yang berusia jutaan tahun. Minyak tanah
merupakan salah satu energi terbesar dibumi. Walaupun merupakan energi terbesar,
minyka bumi yang tersisa hampir habis dikarekan penggunaannya yang tinggi. Untuk
memperbaharui minyak dibutuhkan waktu juataan tahun.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum energi fosil yaitu:
1. Mampu memahami adanya konversi energi minyak menjadi energi panas.
2. Mampu mengidentifikasi kompor dan sistemasi pembakaran.
1.2.2 Manfaat
Manfaa dari praktikum energi fosil yaitu:
1. Mengetahui konversi dari energi minyak menjadi energi panas.
2. Mengetahui mengidentifikasi kompor dan sistemasi pembakaran.
2

BAB 2. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum acara 1 (energi fosil) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 April
2018 pukul 08.30 WIB – selesai di gedung Workshop, Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat yang digunakan pada praktikum energi fosil adalah :
1. Sebuah kompor masak
2. Tangki bahan bakar
3. Meteran dan penggaris
4. Panci untuk menjerang air
5. Termometer
6. Stopwatch
7. Alat tulis
8. Kamera HP
2.2.2 Bahan yang digunakan pada praktikum energi fosil adalah :
1. Air
2.Minyak tanah

2.3 Prosedur Praktikum

Mulai

Persiapan alat dan bahan

A
3

Pengisian air ke dalam panci dengan volume1 L

tangki bahan bakar diletakkan pada ketinggian 1 meter

Temperature air dan volume minyak dalam tangki diukur


sebelum kompor dihidupkan

Kompor dihidupkan

Panci berisi air diletakkan di atas kompor

Temperature air dalam panci dan volume minyak dalam


tangki diukur sebanyak 6 kali dengan interval waktu 1
menit

Volume air dalam panci diukur setelah proses diatas


dilakukan

tangki bahan bakar


diletakkan pada
ketinggian 1,5 meter

B
4

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 2.1 Flowchart Prosedur Kerja Praktikum Energi Fosil (Minyak)


5

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan dan Pembahasan


Data hasil pengamatan pada energi fosil sebagai berikut.
3.1.1 Data Pengamatan
a) Pada percobaan 1, ketinggian permukaan minyak dari kompor = 100 cm
Volume air = 1030 ml
Volume air setelah proses = 1000 ml
Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengamatan Energi Fosil pada Percobaan 1

Volume Minyak Volume Minyak


Temperatur
Pengamatan Waktu (t) dalam Tangki yang Terbakar
Air (˚C)
(cm3) (cm3)

1 0 28 1417,5 0
2 1 36 1344,6 72,9
3 2 49 1304,1 40,5
4 3 58 1287,9 16,2
5 4 64 1279,8 8,1
6 5 73 1255,5 24,3

b) Pada percobaan 2, ketinggian permukaan minyak dari kompor = 150 cm


Volume air = 1000 ml
Vo,ume air setelah proses = 610 ml
Tabel 3.2 Tabel Hasil Pengamatan Energi Fosil pada Percobaan 2
Waktu Temperatur Air Volume minyak Volume minyak
Pengamatan
(menit) (°C) tangki (cm3) terbakar(cm3)
1 0 29 1255,5 0
2 1 32 1239,3 16,2
3 2 53 1215,0 24,3
4 3 87 1166,4 48,6
5 4 93 1158,3 8,1
6 5 100 1117,8 40,5
6

3.1.2 Data Hasil Perhitungan


Dari data pada tabel diatas, didapat data hasil perhitungan energi fosil tentang
hubungan suhu terhadap waktu, laju pemanasan (panas yang diserap oleh air), dan
perbandingan efisiensi termal pada tungku dan kompor.
a) Hubungan Suhu Terhadap Waktu

Perbandingan Suhu terhadap


Waktu
150
100
Suhu

50 Ketinggian 1 m

0 Ketinggian 1.5 m
0 2 4 6 8
Waktu (menit)

Gambar 3.1. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu

Gambar grafik diatas, menunjukkan hubungan suhu terhadap waktu


pembakaran. Pembakaran dilakukan dengan waktu 0, 1, 2, 3, 4, 5 menit. Pengukuran
suhu air yang didapat pada pengukuran dengan ketinggian 1 meter sebesar 28°C,
36°C, 49°C, 58°C, 68°C, 73°C. Pada pengukuran dengan ketinggian 1,5 meter
didapat suhu air sebesar 29°C, 32°C, 53°C, 87°C, 93°C, 100°C. Data diatas
menunjukkan bahwa waktu pembakaran berbanding lurus dengan perubahan suhu.
Semakin lama pembakaran maka semakin tinggi pula suhunya.
b) Laju Pemanasan (Panas yang Diserap Air)
1. Pembakaran dengan ketinggian bahan bakar 1 meter
Air yang digunakan untuk praktikum energi fosil volumenya 1,03 L dan
setelah dilakukan pembakaran, volumenya berkurang menjadi 1000 ml. Jadi untuk
kalor yang diserap air adalah sebagai berikut.
7

Massa air = ρ x V air (V2+V3)


= 1 gr/ cm3 x (1030 cm3)
= 1030 gram= 1,03 Kg
Q serap air = m.c. ΔT
= 1,03 Kg x 4200 J/kg°C. (58-49)
= 1,03 x 4200 x 9
= 38.934 J
2. Pembakaran dengan ketinggian bahan bakar 1,5 meter
Air yang digunakan untuk praktikum energi fosil volumenya 1 L dan setelah
dilakukan pembakaran, volumenya berkurang menjadi 900 ml. Jadi untuk kalor yang
diserap air adalah sebagai berikut.
Massa air = ρ x V air (V2+V3)
= 1 gr/ cm3 x (1000 cm3)
= 1000 gram= 1 Kg
Q serap air = m.c. ΔT
= 1 Kg x 4200 J/kg°C. (53-32)
= 1 x 4200 x 21
= 88.200 J
c) Perbedaan Efisiensi Termal pada Tungku dan Kompor
1. Pembakaran dengan ketinggian bahan bakar 1 meter
Efisiensi termal tungku pada pembakaran dengan ketinggian bahan bakar 1
meter dihitung berdasarkan pengamatan kedua dan ketiga atau menit 1 dan menit 2.
Perhitungan efisiensi termal tungku pada saat tangki minyak dengan ketinggian 1 m
di atas kompor. Diketahui tinggi minyak awal pada menit 1 adalah 21,1 cm.
Kemudian pada menit ke 2 pembakaran tinggi minyak mengalami penurunan menjadi
20,5 cm. selisih tinggi minyak didapat nilai 0,6 cm. Kemudian pada menit ke-1
suhunya 49°C dan suhu akhir pengamatan sebesar 58°C dengan hasil perubahan
suhunya sebesar 9°C.
8

Vtotal minyak terbakar = π . r2 . t


= 3,14 . (4,5 cm)2 . 0,6 cm
= 38,15 cm3
Massa minyak total = ρ x V total
= 0,8 gr/cm3 x 38,15 cm3
= 30,52 gram = 0,0305 kg
Qminyak total = m. c. ΔT
= 0,00305 kg . 220 J/kg°C . (58-49)°C
= 0,0281 kg . 220 J/kg°C . 9°C
= 60,4 Joule
Jadi besar panas minyak total yang didapat dari pembakaran minyak pada
menit 1 dan 2 pada percobaan 1 sebesar 60,4 Joule.

2. Pembakaran dengan ketinggian bahan bakar 1,5 meter


Efisiensi termal tungku pada pembakaran dengan ketinggian bahan bakar 1
meter dihitung berdasarkan pengamatan kedua dan ketiga atau menit 1 dan menit 2.
Perhitungan efisiensi termal tungku pada saat tangki minyak dengan ketinggian 1,5 m
di atas kompor. Diketahui tinggi minyak awal pada menit 1 adalah 19,4 cm.
Kemudian pada menit ke 2 pembakaran tinggi minyak mengalami penurunan menjadi
19,1 cm. selisih tinggi minyak didapat nilai 0,3 cm. Kemudian pada menit ke-1
suhunya °32C dan suhu akhir pengamatan sebesar 53°C dengan hasil perubahan
suhunya sebesar 21°C.

Vtotal minyak terbakar = π . r2 . t


=3,14. (4,5 cm)2 . 0,4 cm
= 25,4 cm3
Massa minyak total = ρ x V total
= 0,8 g/cm3 x 25,4 cm3
9

= 20,35gram = 0,0203 kg
Qminyak total = m. c. ΔT
= 0,0203 kg . 220 J/kg°C . (53-32)°C
= 0,0203 kg . 220 J/kg°C . 21°C
= 94,0 Joule
Jadi besarnya panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak pada pada
percobaan 2 adalah sebesar 94,0 Joule.

3.2 Identifikasi Kompor

Gambar 3.2 Struktur Kompor

Keterangan:
1) Badan kompor: digunakan sebagai penyangga maupun menggambarkan struktur
ataupun susunan pada kompor tersebut.
2) Kompor: digunakan sebagai media untuk proses pembakaran.
3) Tangki bahan bakar: digunakan untuk menampung bahan bakar berupa minyak.
4) Selang bahan bakar: digunakan untuk menyalurkan bahan bakar minyak ke
kompor.

3.3 Prosedur Pembuatan Biogas

1.2 Bahan Penghasil Biogas


Biogas dapat diproduksi dari bahan organik dengan bantuan bakteri untuk
proses fermentasi anaerobnya. Pada umumnya hampir semua jenis bahan organik
10

dapat diolah menjadi biogas. Untuk biogas sederhana, bahan organik yang paling
banyak digunakan di Indonesia adalah dari kotoran dan urine hewan. Beberapa bahan
lain yang digunakan adalah dari kotoran manusia, sampah bio (organik), dan sisa
proses pembuatan tahu. Proses biokonversi seperti ini dikenal pula sebagai
proses pencernaan anaerob. Perlu ditekankan disini bahwa proses fermentasi dalam
biodigester sendiri berlangsung secara alami. Mikroba (bakteri) yang berfungsi untuk
menguraikan bahan organik juga dapat terbentuk secara alami asalkan kondisi
biodigester terpenuhi untuk tumbuhnya bakteri tersebut. Ciri fisik yang terlihat dari
terjadinya proses fermentasi alami adalah terbentuknya gelembung pada permukaan
air.. Proses pembuatan biogas melalui tahapan seperti:

1) Membuat pembangkit atau starter dengan cara mencampurkan 2 liter kotoran


sapi dan dua liter air ke dalam ember, mengaduk hingga merata. Setelah itu,
menambahkan ke dalam campuran tadi cacahan rumput secukupnya dan
mengaduk kembali hingga merata. Lalu, memasukkan campuran bahan-bahan
tadi ke dalam jerigen yang bervolume 5 liter. membiarkan jerigen tersebut
terbuka. Kemudian menyimpan jerigen yang telah berisi campuran bahan-
bahan tadi pada tempat yang aman dan terlindung selama 2 bulan dan
melakukan pengguncangan pada jerigen 3-4 kli dalam seminggu.
2) Menyiapkan limbah yang akan digunakan. Setelah itu, mengumpulkan kotoran
sapi atau hewan ternak lainnya. Mengumpulkan bahan-bahan organik berupa
limbah pertanian, limbah pasar, limbah ternak, atau limbah-limbah organik
lainnya. Lalu, bila bahan-bahan organik yang akan digunakan telah kering,
menghancurkan terlebih dahulu dengan cara mencacahnya hingga halus. Bila
bahan-bahan organik yang akan digunakan masih basah (masih segar),
melakukan pencabikan untuk memudahkan pembusukan, kemudian
menyimpan ditempat terbuka selama sekitar 10 hari agar mengalami
pembusukan.
11

3) Menempatkan limbah dalam unit biogas. Memasukkan 3 ember bahan-bahan


organik yang telah disiapkan di atas bersama-sama dengan 3 ember air
kedalam drum yang bervolume 200 liter, kemudian mengaduk hingga merata.
Melakukan hal yang sama hingga mencapai volume sekitar 2/3 volume drum 200
liter atau hingga setinggi volume drum 120 liter. Setelah itu, memasukkan starter
yang telah disiapkan di atas ke dalam drum 200 liter yang telah diisi bahan-bahan
organik. Memasukkan drum yang bervolume 120 liter dengan kran dalam
keadaan terbuka. Menambahkan kembali bahan-bahan organik dan air ke
dalam drum bervolume 200 liter sampai mencukupi untuk membenamkan
drum bervolume 120 liter. Menutup keran yang terdapat pada drum bervolume
120 liter tadi (lihat gambar). Kemudian membiarkan drum-drum tadi selama 3 -
4 minggu. Selama waktu ini proses fermentasi akan berlangsung dan gas yang
dihasilkan akan terjebak di dalam drum bervolume 120 liter. Gas ini akan
menyebabkan drum bervolume 120 liter terdorong ke atas. Setelah diketahui
drum bervolume 120 liter berisi gas, periksalah gas tersebut untuk
meyakinkan bahwa gas yang terbentuk merupakan gas yang dapat digunakan
untuk bahan bakar. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membuka kran dan
menyalakan api di atas pipa penyalur gas (Suyitno, 2010).
12

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1) Suhu berbanding lurus dengan waktu pembakaran
2) untuk laju pemanasan, nilai Qserap air percobaan 1 sebesar 38.934 Joule dan
percobaan 2 sebesar 88.200 Joule.
3) Efiiensi termal didapat nilai Qminyak total percobaan 1 sebesar 60,4 Joule dan
percobaan 2 sebesar 94,0 Joule.
4) Biogas terbentun secara alami melaului proses anaero.
4.2 Saran
Pada saat melakukan prantikum energi fosil, praktikan harus fokus saat
melakukan proses pembakaran agar tidak terjadi sesuatu yang tiadak diharapkan
serta.
13

DAFTAR PUSTAKA

Suyitno, et al. 2010. Teknologi Biogas(Pembuatan, Operasional, dan pemanfaatan).


Graha Ilmu: Yogyakarta
14

LAMPIRAN
15

Anda mungkin juga menyukai