PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN MAKALAH
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau
klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal
ini tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan
lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan
tanaman jantan dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat
dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat penampangan
potongan/pangkasan tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak
adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi
adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi)
secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini disebut
klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme yang
dimiliki genotipus yang identik.
3
sempurna. Dengan teknologi biakan jaringan, potongan daun atau sekeping
jaringan dari batang tanaman lengkap. Dari sini terlihat bahwa klonasi pada
dasarnya memanfaatkan sel-sel tanaman yang masih memiliki kemampuan
untuk memilah-milah diri menghasilkan berbagai jenis tanaman, seperti akar,
batang dan daun dengan fungsinya masing-masing. Kemampuan semacam ini
ternyata semakin menurun seiring dengan meningkatnya status organisme.
Pada organisme tinggi, misalnya mamalia, sel-sel jaringan telah kehilangan
totipotensinya, sehingga apabila tanaman hanya mampu menghasilkan sel
sejenis, tetapi tidak mampu memilah diri lagi untuk menghasilkan organ atau
sel dengan fungsi yang lain. Berbeda dengan tanaman, klonasi mamalia tidak
dapat dikerjakan, misalnya dengan menanam sel atau jaringan dari bagian
tubuh, seperti tangan, kaki, jantung, hati untuk menghasilkan individu baru.
Dengan demikian, klonasi pada organisme tingkat tinggi hanya dapat
dikerjakan lewat sel yang masih totipoten, yaitu sel pada aras embrio atau
mudghah.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara
umum sesuai dengan aras kehidupan organisme, maka klonasi dapat
dikerjakan pada berbagai aras, yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan
aras individu. Pada organisme sel tunggal atau unisel seperti bakteri,
perbanyakan diri untuk menghasilkan individu yang baru, berlangsung lewat
klonasi sel. Dalam hal ini klonasi sel sekaligus juga merupakan klonasi
individu pada hewan dan manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran
kembar satu telur. Masing-masing anak di sini merupakan klonus yang
memiliki susunan genetis identik.
4
juga terjadi secara alami pada beberapa mikroorganisme. Misalnya beberapa
mikroorganisme yang semula rentan terhadap antibiotika berubah menjadi
klon mikroorganisme yang kebal antibiotika. Klona ini terjadi akibat
perbanyakan diri lebih lanjut mikroorganisme induk yang telah kemasukan
gena kebal tadi.
5
- Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-
jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada
kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya
yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau
mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia
hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar
jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
a. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford
berhasil mengkloning katak afrika selatan.
b. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning tikus
dari 1 induk.
c. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS
berhasil mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve.
d. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari Skotlandia
mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly dengan dana 2,1 juta
U$.
6
Tetapi, dari 277 usaha cloning yang dilakukan terhadap sel tubuh dan
sel telur, hanya 13 saja yang berhasil tumbuh. Itupun hanya Dolly saja yang
berhasil terus tumbuh dan lahir dengan selamat. Sedangkan sumber lain
menyebutkan bahwa dari 277 usaha cloning, embrio yang berhasil terbentuk
adalah sebanyak 30 buah. Dari embrio-embrio tersebut yang berhasil hidup
hanya satu yaitu yang dapat hidup mencapai umur 5,5 tahun.
Jika ditinjau dari cara kerja dan tujuan pembuatannya, kloning dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh
kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah
pembuahan terjadi, beberapa buah sel dipisahkan dari embrio hasil
pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam kondisi
tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang
selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi
individu baru yang memiliki komposisi materi genetik yang sama dengan
klonnya.
b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning
reproduktif (Reproductive Cloning)
Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa
genetis untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah
dewasa. Dalam teknologi ini, inti sel berisi materi genetik difusikan ke
dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan kejutan listrik agar
membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan ke
dalam uterus agar berkembang menjadi janin.
7
atau perbaikan kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi DNA-sel
telur, diambil sel-sel bakalnya yang disebut dengan istilah stem
cell. Stem cell adalah sel bakal yang dapat berkembang menjadi berbagai
macam jaringan atau organ sesuai dengan induktor (rangsangan). Melalui
kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai jaringan dan organ menjadi
tidak terbatas, sehingga seseorang yang memerlukan cangkokan jaringan
atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian.
3. Mempersiapkan sel telur, yaitu sebuah sel yang diambil dari makhluk
hidup dewasa kemudian intinya dipisahkan.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik persis
sama dengan sel stem donor.
8
9
2.5 KAJIAN KLONING DALAM HUKUM ISLAM
)5 : (.
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki (QS.
22/al-Hajj: 5).
10
)59 :( .
.
.
)59 :( .
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa
segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah
menciptakan sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa
bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem
umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan Isa As. Jika
11
kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas
kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil
dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada
Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan,
yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan
Allah SWT.
12
diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja,
sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA
yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan
anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis
bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara
sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik
dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah
kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan
lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang
mengandung bukan ibunya.
13
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya
masih bersifat tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak
aplikasi kloning pada manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi
implikasi praktis atau sisi applied science dari teknik kloning. Wilayah
applied science yang mempunyai implikasi sosial praktis sudah barang tentu
mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure science
(ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan terus di
laboratorium baik ada larangan maupun tidak. Wilayah pure science juga
punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.
14
a vis mudharat dari praktek ini. Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini,
maka manfaat dan mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat diuraikan
sebagai berikut:
15
kloning juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak
negatif pada hukum waris Islam (al-mirts).
- Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk
memperjual-belikan embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-
16
transaksi semacam ini dianggap bthil (tidak sah) berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
17
BAB III
PENUTUP
2. Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran
tersebut didasarkan pada sistem dan metode pemikiran yang benar, dan
agama digali dengan daya ijtihad yang benar pula. Keduanya saling kuat-
menguatkan.
5. Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh ilmu
pengetahuan dan sesuai dengan tujuan syara dipandang sangat membantu
bagi penyembuhan dengan jalan transplantasi.
18
7. Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan
implementasi klonasi manusia, karena tidak ada yang merasa terancam, baik
dari segi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta karena tidak melaksanakan
klonasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Saleh Partaonan dkk. Kloning Dalam Perspektif Islam. Bandung: Teraju.
2005
Ligninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1994
Ulwan, Taufiq. Ketika Allah Swt. Memperlihatkan Kuasa-Nya. Jakarta Timur:
Penerbit Almahira. 2009
http://rudyct.tripod.com/sem1_021/ardi_kapahang.Htm. diakses pada tanggal 11
Desember 2011
http://www.syariahonline.com/artikel/data/0000000f.htm diakses pada tanggal 11
Desember 2011
http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68880-This%20is%20Me-
Kloning%20dalam%20Agama%20Islam.html
http://abraham4544.wordpress.com/umum/hukum-kloning-dalam-perspektif-
agama-islam/
20