Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Ciri-ciri manusia adalah selalu ingin mengetahui rahasia alam,


memecahkannya dan kemudian mencari teknologi untuk memanfaatkannya,
dengan tujuan memperbaiki kehidupan manusia. Kualifikasi tanaman pangan,
penangkaran ternak, dan perbaikan teknologi berburu atau mencari ikan
adalah satu manifestasi ciri manusia tersebut. Semuanya dikembangkan
dengan menggunakan akal, atau rasio, yang merupakan salah satu keunggulan
manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai sekarangpun ciri watak
manusia itu masih terus berlangsung. Satu demi satu ditemukan teknologi
baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih nyaman, lebih
menyenangkan, dan lebih memuaskan.

Tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu direkayasa agar


menghasilkan produk pangan yang lebih baik, lebih enak dan lebih banyak.
Dikembangkan teknologi kawin silang, hibrida, cangkok, dan sebagainya
untuk mencapai keinginan itu. Dengan ditemukannya alat-alat bantu yang
lebih canggih, seperti misalnya mikroskop dan media pembiakan di
laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam tingkat yang lebih kecil, sehingga
ditemukan tanaman pangan tahan lama dan ternak dengan reproduksi susu
yang lebih tinggi. Itulah awal dari pengembangan rekayasa genetika,
kemudian dunia menjadi gempar setelah munculnya publikasi tentang kloning
biri-biri Dolly, terutama menyangkut bagaimana pandangan agama
terhadap kloning manusia. Walaupun kloning manusia belum diumumkan
ada, atau tidak ada, atau minimal rencana bagi para ilmuwan. Pertanyaan
yang muncul adalah apakah boleh dilakukan atau tidak?

1
1.2 TUJUAN MAKALAH

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pandangan islam tentang kloning.

1.2.2 Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui istilah kloning dan prosesnya


2) Untuk mengetahui sejarah kloning
3) Untuk mengetahui macam-macam kloning
4) Untuk memgetahui prosedur dan mekanisme kloning manusia
5) Untuk mengetahui kajian kloning dalam hukum Islam

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ISTILAH KLONING DAN PROSESNYA

Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau
klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal
ini tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan
lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan
tanaman jantan dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat
dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat penampangan
potongan/pangkasan tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak
adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi
adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi)
secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini disebut
klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme yang
dimiliki genotipus yang identik.

Dengan demikian definisi kloning adalah pembiakkan dengan teknik


membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya. Istilah
kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau klona, yang
secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-
tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat
penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman
jantan dan betina. (http://dharwanto.blogspot.com)

Dalam perkembangannya, klonasi tidak hanya dikerjakan dengan


memanfaatkan potongan tanaman yang umumnya berbentuk batang yang
mengandung titik-titik tumbuh calon ranting dan daun, tetapi juga
memanfaatkan hampir semua jaringan tanaman untuk menghasilkan tanaman

3
sempurna. Dengan teknologi biakan jaringan, potongan daun atau sekeping
jaringan dari batang tanaman lengkap. Dari sini terlihat bahwa klonasi pada
dasarnya memanfaatkan sel-sel tanaman yang masih memiliki kemampuan
untuk memilah-milah diri menghasilkan berbagai jenis tanaman, seperti akar,
batang dan daun dengan fungsinya masing-masing. Kemampuan semacam ini
ternyata semakin menurun seiring dengan meningkatnya status organisme.
Pada organisme tinggi, misalnya mamalia, sel-sel jaringan telah kehilangan
totipotensinya, sehingga apabila tanaman hanya mampu menghasilkan sel
sejenis, tetapi tidak mampu memilah diri lagi untuk menghasilkan organ atau
sel dengan fungsi yang lain. Berbeda dengan tanaman, klonasi mamalia tidak
dapat dikerjakan, misalnya dengan menanam sel atau jaringan dari bagian
tubuh, seperti tangan, kaki, jantung, hati untuk menghasilkan individu baru.
Dengan demikian, klonasi pada organisme tingkat tinggi hanya dapat
dikerjakan lewat sel yang masih totipoten, yaitu sel pada aras embrio atau
mudghah.

Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara
umum sesuai dengan aras kehidupan organisme, maka klonasi dapat
dikerjakan pada berbagai aras, yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan
aras individu. Pada organisme sel tunggal atau unisel seperti bakteri,
perbanyakan diri untuk menghasilkan individu yang baru, berlangsung lewat
klonasi sel. Dalam hal ini klonasi sel sekaligus juga merupakan klonasi
individu pada hewan dan manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran
kembar satu telur. Masing-masing anak di sini merupakan klonus yang
memiliki susunan genetis identik.

Dalam perkembangan biologi molekuler, sekarang dimungkinkan


klonasi pada aras yang lebih kecil daripada sel, yaitu aras gena. Kemampuan
manusia melakukan klonasi gena memunculkan bidang ilmu baru, yang
disebut rekayasa genetika. Untuk pertama kalinya suatu gena berhasil
diklonasi dengan teknik DNA rekombinan pada tahun 1973. Hanya dalam
selang waktu tiga tahun, teknologi ini sudah dikomersialkan oleh suatu
perusahaan di California USA, yaitu Genentech. Sebetulnya klonasi gena

4
juga terjadi secara alami pada beberapa mikroorganisme. Misalnya beberapa
mikroorganisme yang semula rentan terhadap antibiotika berubah menjadi
klon mikroorganisme yang kebal antibiotika. Klona ini terjadi akibat
perbanyakan diri lebih lanjut mikroorganisme induk yang telah kemasukan
gena kebal tadi.

Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil


rekayasa manusia. Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik
secara genetis dari suatu organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari
individu tunggal. Setelah keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada
tahun 1996, para ilmuwan berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning
manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya membutuhkan
pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur
atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan
ditransfer ke dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang
sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel
(yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan
pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia
mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam
rahim seorang wanita yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang
dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika orang yang
mendonorkan sel somatis tersebut.

Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada


manusia, khususnya di bidang medis. Beberapa di antara keuntungan
terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas sebagai berikut:

- Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk


mendapatkan anak.

- Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan


sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga
dapat meminimalisir risiko penolakan.

5
- Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-
jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada
kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya
yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau
mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia
hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar
jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.

- Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk


menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini
dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah
optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat
apa yang kita pelajari dari kloning.

- Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan


penyembuhan penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning,
kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat kanker,
menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan
penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk
tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

2.2 SEJARAH KLONING

a. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford
berhasil mengkloning katak afrika selatan.
b. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning tikus
dari 1 induk.
c. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS
berhasil mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve.
d. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari Skotlandia
mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly dengan dana 2,1 juta
U$.

6
Tetapi, dari 277 usaha cloning yang dilakukan terhadap sel tubuh dan
sel telur, hanya 13 saja yang berhasil tumbuh. Itupun hanya Dolly saja yang
berhasil terus tumbuh dan lahir dengan selamat. Sedangkan sumber lain
menyebutkan bahwa dari 277 usaha cloning, embrio yang berhasil terbentuk
adalah sebanyak 30 buah. Dari embrio-embrio tersebut yang berhasil hidup
hanya satu yaitu yang dapat hidup mencapai umur 5,5 tahun.

2.3 MACAM-MACAM KLONING

Jika ditinjau dari cara kerja dan tujuan pembuatannya, kloning dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh
kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah
pembuahan terjadi, beberapa buah sel dipisahkan dari embrio hasil
pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam kondisi
tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang
selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi
individu baru yang memiliki komposisi materi genetik yang sama dengan
klonnya.
b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning
reproduktif (Reproductive Cloning)
Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa
genetis untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah
dewasa. Dalam teknologi ini, inti sel berisi materi genetik difusikan ke
dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan kejutan listrik agar
membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan ke
dalam uterus agar berkembang menjadi janin.

c. Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning).


Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel,
jaringan atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan

7
atau perbaikan kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi DNA-sel
telur, diambil sel-sel bakalnya yang disebut dengan istilah stem
cell. Stem cell adalah sel bakal yang dapat berkembang menjadi berbagai
macam jaringan atau organ sesuai dengan induktor (rangsangan). Melalui
kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai jaringan dan organ menjadi
tidak terbatas, sehingga seseorang yang memerlukan cangkokan jaringan
atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian.

2.4. PROSEDUR DAN MEKANISME KLONING MANUSIA

Secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk


hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara sistematis.
Keempat tahap itu adaah isolasi fragmen DNA, penyisipan fragmen DNA ke
dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil kloning.
Dalam tataran aplikasi, rentetan proses kloning dapat dilakukan
dengan mengikuti beberapa langkah konkrit berikut, yaitu:
1. Mempersiapkan sel stem, yaitu suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi
berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari makhluk hidup yang hendak
dikloning.

2. Sel stem diambil inti selnya yang mengandung informasi genetik


kemudian dipisahkan dari sel.

3. Mempersiapkan sel telur, yaitu sebuah sel yang diambil dari makhluk
hidup dewasa kemudian intinya dipisahkan.

4. Inti sel dari stem diimplementasikan ke sel telur.

5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah


membelah menjadi embrio.

6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan


diri dan siap diimplementasikan ke dalam rahim.

7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik persis
sama dengan sel stem donor.

8
9
2.5 KAJIAN KLONING DALAM HUKUM ISLAM

Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer


(kekinian). Dalam kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning
dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan
berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut beberapa pandangan
ulama kontemporer.

Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula


dari ayat berikut:



)5 : (.

Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki (QS.
22/al-Hajj: 5).

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas,


bahwa ayat tersebut menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptan
manusia mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari
awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan.
Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.

Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya


prestasi ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada
Allah SWT sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan tidak, berdasarkan
pada pernyataan al-Quran bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam
As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:

10


)59 :( .

Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti


(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia (QS.
3/Ali Imran: 59(.

Pada surat yang sama juga dikemukakan:




.
.


)59 :( .

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah


menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-
orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-
orang yang saleh. Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-
lakipun. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak
menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
Jadilah, lalu jadilah dia )QS. 3/Ali Imran: 45-47).

Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa
segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah
menciptakan sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa
bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem
umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan Isa As. Jika

11
kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas
kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil
dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada
Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan,
yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan
Allah SWT.

Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai


landasan bagi pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan
Tuhan. Anak-anak yang lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-
komponen genetis dari kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah
yang memberi mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam
hal ini adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif
pada hubungan suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung
pada kehancuran institusi keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan
merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta merusak aturan
hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.

Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia),


Abdul Aziz Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga
mengharamkan, dengan alasan mengandung ancaman bagi kemanusiaan,
meruntuhkan institusi perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga
keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang Tuhan, dengan bermain
tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.

M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga


berpendapat teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi:
menghancurkan institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh suburnya
lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan
menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang sesuai
dengan environment-nya yang dapat hidup).

Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang


menyangkut masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila

12
diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja,
sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA
yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan
anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis
bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara
sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik
dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah
kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan
lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang
mengandung bukan ibunya.

Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning


mengemukakan alasan sebagai berikut:

1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam


memahami agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan
bahkan sampai ke negri Cina sekalipun).
3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang
belum ia ketahui (lihat QS. 96/al-Alaq(.
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa
seizin Allah (lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).

Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari


bahwa penemuan teknologi bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian
kloning adalah juga bagian dari takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia
dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap kemajuan teknologi itu justru
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.

Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru


mengharamkan ataupun membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi
kemanfaatan dan kemudharatan di dalamnya. Argumentasi yang
dikemukakan sebagai berikut:

13
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya
masih bersifat tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak
aplikasi kloning pada manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi
implikasi praktis atau sisi applied science dari teknik kloning. Wilayah
applied science yang mempunyai implikasi sosial praktis sudah barang tentu
mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure science
(ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan terus di
laboratorium baik ada larangan maupun tidak. Wilayah pure science juga
punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.

Dalam mencari batas keseimbangan antara kemajuan IPTEK dan


Doktrin Agama, pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejauh mana para
ilmuan, budayawan dan agamawan dapat berlaku adil dalam melihat kedua
fenomena yang berbeda misi dan orientasi tersebut? Menekankan satu sisi
dengan melupakan atau menganggap tidak adanya sisi yang lain, cepat atau
lambat, akan membuat orang tertipu dan kecewa. Dari situ barangkali
perlu dipikirkan format kajian dan telaah yang lebih seimbang, arif, hati-hati
untuk menyikapi dan memahami kedua sisi tersebut sekaligus. Sudah tidak
zamannya sekarang, jika seseorang ingin menelaah persoalan kloning secara
utuh, tetapi tidak memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.

Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa


tujuan agama menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada
lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena
itulah maka kloning itu kita uji dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan
agama. Bila sesuai, maka tidak ada keberatannya kloning itu kita restui, tetapi
bila bertentangan dengan tujuan-tujuan syara tentulah kita cegah agar tidak
menimbulkan bencana. Kesimpulan yang diberikan klonasi ovum manusia itu
tidak sejalan dengan tujuan agama, memelihara jiwa, akal, keturunan maupun
harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.

Untuk menentukan apakah syariat membenarkan pengambilan


manfaat terapeutik dari kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis

14
a vis mudharat dari praktek ini. Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini,
maka manfaat dan mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat diuraikan
sebagai berikut:

- Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu


manusia dalam menentukan obat kanker, menghentikan serangan
jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung atau tulang
rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah
penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset kloning
manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-
misteri penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan
adalah boleh, bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset
seperti ini karena ada sebuah hadits yang menyebutkan: Untuk setiap
penyakit ada obatnya. Namun, perlu ditegaskan bahwa pengujian
tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil kloning
guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung penyakit
tesebut dapat melanggar hak hidup manusia.

- Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem


ketidaksuburan, tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian
Wilmut, A.E. Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell
harus melakukan 277 kali percobaan sebelum akhirnya berhasil
mengkloning Dolly. Kloning manusia tentu akan melewati prosedur
yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk menghasilkan
sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali
keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang
dihasilkan hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita
pengandung sehingga embrio-embrio lainnya akan dibuang atau
dihancurkan. Hal ini tentu akan menimbulkan problem serius, karena
nenurut syariat pengancuran embrio adalah sebuah kejahatan. Selain
itu, teknologi kloning melanggar sunnatullah dalam proses normal
penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks, dan hal
ini akan meruntuhkan institusi perkawinan. Produksi manusia-manusia

15
kloning juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak
negatif pada hukum waris Islam (al-mirts).

- Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak


manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit
dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ
tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning.
Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia hasil
kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal
itu merupakan pelanggaran terhadap hidup manusia Namun, jika
penumbuhan kembali organ tubuh manusia benar-benar dapat
dilakukan, maka syariat tidak dapat menolak pelaksanaan prosedur ini
dalam rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang dari tubuh
seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan
atau kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan
mengenai kebolehan menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang
yang dipotong akibat kejahatan yang pernah dilakukan.

- Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak


kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari
dari kloning. Namun hal ini bertentangan dengan hadits yang
menceritakan peristiwa berikut:

Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: Hai


Rasulallah, haruskah kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW
menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah, kalian harus mengobati
(diri kalian sendiri) karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan
suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya, kecuali satu macam
penyakit. Mereka bertanya: Apa itu? Nabi SAW menjawab:
Penuaan.

- Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk
memperjual-belikan embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-

16
transaksi semacam ini dianggap bthil (tidak sah) berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan


miliknya.

2. Sebuah hadits menyatakan: Di antara orang-orang yang akan


dimintai pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang
menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya.

Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam


teknologi kloning manusia jauh lebih besar daripada kebaikan yang bisa
diperoleh darinya, dan karenanya umat Islam tidak dibenarkan mengambil
manfaat terapeutik dari kloning manusia.

17
BAB III

PENUTUP

Dari uraian di atas, penulis sekedar membuat rumusan sebagai berikut:

1. Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran


manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup
manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.

2. Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran
tersebut didasarkan pada sistem dan metode pemikiran yang benar, dan
agama digali dengan daya ijtihad yang benar pula. Keduanya saling kuat-
menguatkan.

3. Klonasi ditinjau dari segi aspek teologis memperluas wawasan pengenalan


terhadap kodrat iradat Ilahi, bahkan klonasi itu sebagai bukti kecanggihan
sunnah Allah yang tertuang dalam ciptaan-Nya dan membuktikan ke Maha
Kuasaan-Nya.

4. Klonasi terhadap manusia dengan tujuan untuk dijadikan cadangan


transplantasi organ tubuh manusia dapat dibenarkan sepanjang tidak
bertentangan dengan tujuan syara.

5. Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh ilmu
pengetahuan dan sesuai dengan tujuan syara dipandang sangat membantu
bagi penyembuhan dengan jalan transplantasi.

6. Implementasi klonasi terhadap manusia dipandang bertentangan dengan nilai-


nilai ketinggian martabat manusia dan bertentangan pula dengan tujuan
syara, karena dipandang kemungkinan terjadinya kekacauan hukum keluarga
dan hubungan nasab, serta ketidakpastian eksistensinya.

18
7. Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan
implementasi klonasi manusia, karena tidak ada yang merasa terancam, baik
dari segi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta karena tidak melaksanakan
klonasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mansoer, HamdanPendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi.Jakarta:


Departemen Agama RI.2004.

Daulay, Saleh Partaonan dkk. Kloning Dalam Perspektif Islam. Bandung: Teraju.
2005
Ligninger, A.L. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1994
Ulwan, Taufiq. Ketika Allah Swt. Memperlihatkan Kuasa-Nya. Jakarta Timur:
Penerbit Almahira. 2009
http://rudyct.tripod.com/sem1_021/ardi_kapahang.Htm. diakses pada tanggal 11
Desember 2011
http://www.syariahonline.com/artikel/data/0000000f.htm diakses pada tanggal 11
Desember 2011
http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68880-This%20is%20Me-
Kloning%20dalam%20Agama%20Islam.html

http://abraham4544.wordpress.com/umum/hukum-kloning-dalam-perspektif-
agama-islam/

20

Anda mungkin juga menyukai