Anda di halaman 1dari 37

KELOMPOK VI :

1. DIDIK SUPRIYANTO
2. GRIESTANTI DEVI OKTAVIA
3. SETYO ADI WIBOWO
4. SUMARGONO
5. UMI HANIK
6. VIVI MARINA
Tubercolusis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tubercolusis ). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh
lainya.(Depkes, 2008).
Tuberculosis paru merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis tipe humanus,
sejenis kuman berbentuk batang dengan
panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm.
(M.Ardiansyah, 2012)
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah
bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut
mempunyai ukuran 0,5 4 mikron x 0,3 0,6
mikron dengan bentuk batang tipis, lurus
atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai
lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid
(terutama asam mikolat).
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat
seorang pasien tuberculosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau
berbicara saat berhadapan dengan orang
lain, basil tuberculosis tersembur dan
terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa
inkubasinya selama 3-6 bulan.
Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda
dan gejala tuberculosis Paru, yaitu :
1. Batuk berdahak atau batuk darah.
2. Demam.
3. Sesak nafas.
4. Nyeri dada.
5. Malaise.
6. Berkeringat di malam hari
Resikotertular tergantung dari tingkat
pajanan dengan percikan dahak.Pasien TB
baru dengan BTA positif memberikan
kemungkinan resiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472),
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
Laboratorium darah rutin : LED normal /
meningkat, limfositosis.
Pemeriksaan sputum BTA:untuk memastikan
diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30 70 % pasien
yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui
amplifikasi dalam, meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat
mendeteksi adanya resistensi.
Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA
dan lateral
Pada awal tahun 1990 an WHO dan IUATLD telah
mengembangkan strategi pennggulangan TB yang
dikenal sebagai strategi DOTS ( Directly
Observed Treatment Short Course) dan telah
terbukti sebagai strtegi penanggulangan yang
secara ekonomis paling efektif ( Cost- efektif ).
Stategi ini dikembangkan dari berbagai studi, uji
coba klinik (clinical trial),pengalaman
pengalaman terbaik dan hasil implementasi
program penangggulangan TB selama lebih dari
dua dekade. Penerapan straegi DOTS secara
baik, disamping secara cepat menekan
penularan, juga mencegah berkembangnya MDR-
TB.
S ( sewaktu ) dahak dikumpulkan pada saat
suspek TB datang berkunjung pertama
kali.Pada saat pulang suspek membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pagi pada hari kedua.
P ( pagi ) dahak dikumpulkan di rumah pada
pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
S ( Sewaktu ) dahak dikumpuklan pada hari
kedua saat dahak pagi.
Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid,
dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan. Sangat
efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif yaitu kuman yang sedang
berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat
badan, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan
dosis 10 mg/kg berat badan.
Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi
dormant yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis
sama untuk pengobatan harian .
maupun intermiten 3 kali seminggu.
Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis
harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat
badan.
Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat
badan, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis
yang sama.
Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri
(bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat
badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat
badan.
Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap
yaitu:
Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari.
Pengawasan berat/ketat untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti
Tuberculosis (OAT).
Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman
persistem (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan
Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan
setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE), kemudian
teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga
kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
Penderita baru TBC paru BTA positif
Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif.
Penderita TBC ekstra paru berat.
Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan,
yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid (H),
Rifampisn, Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap
hari dan injeksi steptomisin selama 2 bulan.
Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan
selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin
(R), Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam
seminggu.
Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin
diberikan setelah penderita selesai menelan
obat. Obat ini diberikan untuk penderita
kambuh, penderita gagal, penderita dengan
pengobatan setelah lalai
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) diberikan setiap
hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan
tahap lanjutan terdiri dari Isoniasid (H),
Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk :
Penderita baru BTA negatif dan roentgen positif
sakit ringan
Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar
limfe (limfadenitis), pleuritis aksudativa
unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
Bilapada akhir tahap intensif pengobatan
penderita baru BTA positif dengan kategori 1
atau penderita BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif, diberikan obat sisipan
Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan.
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi
yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis
paru stadium lanjut yaitu :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas
bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
Atelektasis (paru mengembang kurang
sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian, dan ginjal.
Oleh penderita dapat dilakukan dengan
menutup mulut sewaktu batuk, dan
membuang dahak tidak di sembatang tempat
(di dalam larutan disinfektan).
Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah
tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan
ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi
udara, dan penyinaran matahari di rumah.
Menghindari faktor predisposisi seperti
merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
Mencegah kontak langsung dengan penderita
tuberculosis paru.
a.Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan secret kental, atau
secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk
dan edema trakeal/ faringeal.
b.Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi
berhubungan dengan kerusakan jaringan/
tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan
kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan pathogen.
Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2
berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan
membrane alveolar-kapiler dan secret
kental, tebal.
d.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubah berhubungan dengan kelemahan,
sering batuk/ produksi sputum, dispnea dan
anorexia.
e.Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan kurang informasi / salah interpretasi
informasi, keterbatasan kognitif dan tak
akurat / tak lengkap informasi yang ada.
DATA UMUM
Nama : TnB
Alamat : Sentol Tembelang
Jombang.
Usia : 55 tahun
Statusperkawinan : kawin
Suku bangsa : jawa/ indonesia
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Keluhan Utama.
Px mengatakan batuk berdahak sudah 3
minggu yang lalu,tidak ada darah,dahak
berwarna putih kental.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan belum pernah menderita
panyakit ini, pasien merokok.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang
menderita penyakit TBC Paru.
Riwayatpenyakit sekarang
Pasien mengatakan batuk berdahak sudah 3
minggu,dahak berwarna putih kental,tidak
ada darah,berat badan menurun, sering
berkeringat di malam hari nafsu makan
menurun, tidak mual maupun muntah,sering
demam,berkeringat di malam hari.
TTV TD 120/80 mmHg Nadi 92x/menit
Suhu 38 Respirasi 20x/menit TB 160cm BB 45
kg BB sebelum sakit 55 kg.
Paru-Paru
Inspeksi : simetris, tidak ada luka, tidak
ada tarikan intercosta,
Auskultasi : ada suara nafas ronkhi pada paru
kanan maupun kiri,
Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada,
vokal fremitus kiri dan kanan sama.
Hasil laboratorium tanggal 12/12/2013
Darah lengkap
Hemoglobin : 12,8 mg/dl
Leukosit : 16.000
Hematokrit : 28,5
Eritrosit : 4.090.000
Trombosit : 234.000
Hitung jenis : -/-/-/66/26/8
BTA
Sewaktu :+1
Pagi:+2
Sewaktu : + 1
Thoraxs foto
KP
DS =Pasien mengatakan batuk berdahak 3
minggu.
DO = Batuk, dahak berwarna putih kental,
rokhi kiri, kanan.
DX:Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d
penumpukan sekret.
DS = Pasien mengatakan badan panas.
DO Nadi = 92 x per menit
- Penafasan = 20x per menit
- TD = 120 / 80 mmHg
- Suhu 39
-Mukosa kering, Lekosit 16.000
DX: Hipertermi b/d proses infeksi
Mycobakterium tubercolusis.
I. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan penumpukan sekret.
Rencana Tindakan:
1) Kaji fungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama,
kedalaman.
Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukan
atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi secret.
2) Catat kemampua untuk mengeluarkan dahak dan batuk
efektif.
Rasional :Pengeluaran secret sulit jika secret kental,
sputum berdarah, diakibatkan oleh kerusakan paru-paru.
3) Ajarkan pasien tekhnik napas dalam dan cara melakukan
batuk efektif.
Rasional :Batuk efektif membantu pengeluaran sputum,
napas dalam mambantu ventilasi maksimal meningkatkan
gerkan secret
4) Anjurkan pasien untuk banyak minum air
putih 2000-2500 cc.
Rasional :Pemasukan tinggi cairan membantu
untuk mengencerkan secret.
5)Berikan pasien posisi yang nyaman, posisi
semifowler.
Rasional : semifoweler membantu
memaksimalkan ekpansi paru dan
meminimalkan upaya pernapasan
6)Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
agen mucolitik, brochodialator,
kortikosteroid.
Rasional : Menurunkan kekentalan dan
merangsang pengelauran secret.
II Hipertermi b/d proses infeksi Mycobakterium
tubercolusis.
TINDAKAN KEPERAWATAN
1). Monitor suhu tubuh
R/ untuk mengetahui perubahan suhu tubuh
pasien.
2) Monitor tekanan darah, frekuensi permapasan
dan denyut nadi
R/ untuk mengetahui perubahan tanda tanda
vital pasien
3) Monitor intake dan output setiap 8 jam
R/ mengetahui jumlah nutrisi yang dibutuhkan
4) Anjurkan banyak minum bila tidak ada
kontraindikasi
R/ Untuk memperthankan asupan cairan yang
adekuat
5) Pertahankan ventilasi udara yang cukup di
ruangan
R/ untuk menciptakan ruangan yang sejuk
6) Berikan kompres hangat
R/ untuk memelihara suhu tuuh untuk tetap
normal
7) Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
R/ Mempermudah untuk penyerapan keringat
8) Anjurkan klien untuk bedrest total
R/ untuk memudahkan penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai