PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak ( student-
centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar
mereka termotivasi untuk erus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak
merasa terbebani atau takut. ( Rusman, 2010:321). Untuk itu, maka aspek learning is fun
menjadi salah satu aspek dalam pembelajaran PAKEM, disamping upaya untuk erus
memotivasi anak agar mereka mengadakan eksplorasi, kreatif, dan bereksperimen terus
dalam pembelajaran.
Di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari pilar pendidikan yang di canangkan oleh
UNESCO:
1. Learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif dalam
pembelajaran
2. Learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman dan
pelaksanaannya.
3. Learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian dan
kesesuaian dengan diri anak ( ini juga sesuai dengan konsep multiple intelligent dari
Howard Gardner, dan
4. learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan aspek
kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana hidup toleransi dalam
keberagamaan yang ada disekeliling siswa.
Tujuan PAKEM ini adalah terdapstnya perubahan paradigm di bidang pendidikan, seperti
yang dicanangkan oleh Depdiknas, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini sudah harus
beranjak dari:
(1) schooling menjadi learning,
(2) instructive menjadi facilitative,
(3) government role menjadi community role, dan
(4) centralistic menjadi decentralitic.
Dengan demikian, perubahan paradigm pendidikan saat ini berarti bukan hanya menjadi
tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tapi sudah menjadi tanggung
jawab semua pihak. Hal ini juga senada dengan konsep tripusat yang diciptakan oleh Ki
Hajar Dewantara, yaitu:
(1) pendidikan di lembaga pendidikan (formal),
(2) pendidikan dilembaga masyarakat (nonformal), dan
(3) pendidikan di keluarga (informal).
Perubahan paradigm juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini, peran guru harus
menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya dalam belajar dan bukan
sebaliknya hanya sebagai pemberi informasi; belajar bukan hanya sekedar menyampaikan
materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang disampaikan itu sudah bias dipahami
oleh siswa atau belum. Perubahan paradigm juga berkenaan dengan pengambilan
keputusan.
B. Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322). Dengan pelaksanaan
pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari kurikulum yang
sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan
rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Brooks (Rusman, 2010;323), yaitu pembaruan dalam harus dimulai dari
bagaimana anak belajar, dan bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.
Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat
membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan supaya kompetensi
dasar dan standar kompetensi yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut
agar melakukan inovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang
disandangnya seperti inovasi dalam pembelajaran.
Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis
belajar ( multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal
maupun internal. Dalam model PAKEM menurut (Rusman, 2010;323); guru dituntut untuk
dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat ,elibatkan siswa melalui partisipatif,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat
menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan
usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
1. Pembelajaran Partisipatif
2. Pembelajaran Aktif
3. Pembelajaran Kreatif
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada
siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka
dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus
dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana
pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi
siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan
pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa harus didorong untuk
menafsirkan informasi yang di sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima
oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar
yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang
memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa, mengelola
kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber
belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses
pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru harus memerhatikan beberapa hal,
sebagai berikut:
(1) pengelolaan tempat belajar,
(2) pengelolaan siswa,
(3) pengelolaan kegiatan pembelajaran,
(4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
(5) pengelolaan media dan sumber belajar.
5. Pembelajaran Menyenangkan
a. Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak
cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen, pengamatan, penyelidikan , dan
wawancara. Aspek pengalaman ini siswa belajar banyak melalui berbuat dan dengan
melalui pengalaman langsung.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, mengemukakan pendapat,
peresentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Kegiatan ini siswa dapat
mengungkapakan gagasan, dapat mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya,
memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui
oleh guru.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab, dan saling
melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh
siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan makna yang terbangun semakin mantap,
sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d. Refleksi
Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan
oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan
gagasan/makna yangbtelah dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi
kesalahan. Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.
Dari hasil uraian model PAKEM khususnya guru, diharapkan dapat menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan,
seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi,
pengelolaan kelas serta menjadikan guru menjadi inovatif.
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM menurut Udin S.Saud
( Rusman, 2010:329) antara lain:
1. Pembelajaran kuantum
2. Pembelajaran berbasis kompetensi
3. Pembelajaran kontekstual
A. Pilar-pilar PAKEM
Menurut Durori (2002:xii) metode pakem dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi siswa dan
segi guru. Adalah :
1) Dari segi guru
A = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam :
- Memantau kegiatan belajar siswa
- Memberi umpan balik
- Memberi pertanyaan yang menantang
- Mempertanyakan gagasan siswa
K = Kreatif. Hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam :
- Mengembangkan kegiatan yang beragam
- Membantu alat bantu belajar sederhana
E = Efektif, yaitu guru harus mampu mencapai tujuan pembelajaran.
M = Menyenangkan. Dalam hal ini guru menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membuat anak takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap
sepele.
2) Dari segi siswa
A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif :
1) Bertanya
2) Mengemukakan gagasan
3) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.
K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif dalam :
1) Merancang / membuat sesuatu
2) Menulis/ mengarang
E = Efektif, yaitu siswa harus menguasai ketrampilan yang diperlukan.
M = Menyenangkan. Dalam hal pembelajaran membuat anak:
1) Berani mencoba
2) Berani bertanya
3) Berani mengemukakan pendapat/gagasan
4) Berani mempertanyakan gagasan orang lain
Dalam dimensi proses belajar mengajar ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi :
1) Penyusunan program dan perangkat pembelajaran sebagai upaya persiapan pelaksanaan
proses pembelajaran
2) Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan)
3) Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model belajar mandiri yang merupakan
penilaian proses pembelajaran.
waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang :
1. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student
centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered).
Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya
kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan
berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Perbedaan
pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa Adalah Pembelajaran yang
berpusat pada Guru
Guru sebagai pengajar
Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah
Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi
yang mereka pelajari
Pembelajaran yang berpusat pada siswa
Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah
Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru
Siswa aktif belajar
Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dari
Guru
Pembelajaran bersifat interaktif Kegiatan guru pada strategi mengajar yang berpusat
pada Guru
Membacakan
Menjelaskan
Memberikan instruksi
Memberikan informasi
Berceramah
Pengarahan tugas-tugas
Membimbing dalam tanya jawab
Kegiatan siswa pada strategi
mengajar yang berpusat pada siswa
Bermain peran
Menulis dengan kata-kata sendiri
Belajar kelompok
Memecahkan masalah
Diskusi/berdebat
Mempraktikkan keterampilan
Melakukan kegiatan penyelidikan
Pengelolaan kelas diperlukan untuk membangkitkan minat belajar siswa dan
meningkatkan keaktifan siswa belajar, ruang kelas dapat dibuat menarik dengan cara
mengubah tata letak/formasi bangku
Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti : mengapa,
bagaimana, apa yang terjadi jika dan bukan pertanyaan apa, kapan.
Berikut ini hal-hal lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru kreatif
Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa.
Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan
dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa
Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan menghasilkan siswa-
siswa yang kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Mampu memotivasi diri
Berpikir kritis
Daya imaginasi tinggi (imaginative)
Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original )
Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.
3. Pembelajaran efektif
Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh,
memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung
(seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran.
Karakteristik dari pembelajaran efektif di dalam sekolah yang efektif dinyatakan oleh
Machbeath dan Mortimor, ( 2000:7) ada 11 ( sebelas ) faktor yang penting yaitu :
1) Profesional Leardersip, 2) Shared vision and goals, 3) A Learning Environment, 4)
Concentration on learning and teahing, 5) High expectations, 6) Positive reinforcement, 7)
Monitoring progress, 8) Pupiil right and responsibiltes, 9) Purposeful teaching, 10) A
learning organisation, 11) Home scoll prtnership.
Kriteria Pakem
Secara garis besar kriteria PAKEM dapat dirangkum sebagai berikut :
Kriteria Aktif
Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti :
Menulis
Berdiskusi
Berdebat
Memecahkan masalah
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Menjelaskan
Menganalisis
Mensintesa
Mengevaluasi
Kriteria Efektif
Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
Siswa menguasai konsep
Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
Siswa menghasilkan produk tertentu
Siswa termotivasi untuk giat belajar
Kriteria Kreatif
Berpikir kritis
Memecahkan masalah secara konstruktif
Ide/gagasan yang berbeda
Berpikir konvergen (pemencahan masalah yang benar atau terbaik
Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah)
Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
Berpikir terbuka
Kriteria Menyenangkan
Pembelajaran berlangsung secara:
Interaktif
Dinamik
Menarik
Mengembirakan
Atraktif
Menimbulkan inspirasi
C. Contoh Kegiatan PBM dan Kemampuan Guru yang Bersesuaian dengan Kriteria PAKEM
Komponen Pembelajaran
Guru merancang dan mengelola PBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran PAKEM
Guru melaksanakan PBM dengan merancang kegiatan untuk siswa yang beragam,
misalnya :
Melakukan percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi di perpustakaan
Menulis laporan/cerita/puisi
Mengamati objek di luar kelas
Berkunjung ke luar
Sesuai dengan mata pelajaran, Guru menggunakan berbagai media/sumber belajar,
misalnya :
Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri
Gambar/film/foto
Kasus/ceritera
Nara sumber
Lingkungan sekitar
Siswa Melakukan percobaan:
menggunakan alat,
mengamati,
mengelompokkan,
mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Melakukan wawancara
Membuat produk
Siswa melakukan:
Diskusi
Mengajukan pertanyaan terbuka
Mengajukan saran/ide
Membuat karangan bebas/karya lain
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegitan sehari-hari
Kegiatan guru:
Guru memantau proses belajar/kerja siswa
Guru memberikan umpan balik
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri
secara lisan atau tulisan
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Guru menilai PBM dan
kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
BAB III
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PAKEM
Untuk melaksanakan PAKEM, guru selain harus hakikat PAKEM, prinsip-prinsip
pembelajaran konstruktivisme, juga harus menguasai berbagai model pembelajaran.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan baik model pembelajaran yang
menekankan pada pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir ,
maupun keterampilan sosial. Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan tujuan dan target hasil belajar yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Dalam bab ini akan dipaparkan garis besar penggolongan model pembelajaran, pengertian,
karakteristik model pembelajaran, dan contoh penerapan model pembelajaran dalam RPP.
A. Penggolongan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-
model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran
tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran :
1. Rumpun model-model Pemrosesan Informasi
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari
prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana
manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa
model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar
(peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar
menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya
berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan
pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi
ini adalah :
a. Pemrosesan Informasi Pembelajaran Berpikir Induktif
Tokoh: Hilda Taba
Misi/tujuan/manfaat: Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir
induktif yang banyak diperlukan pada dalam kegiatan. Model ini akademik memiliki
meskipun diperlukan juga untuk kehidupan umumnya.
Keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang
berhubungan dengan kecakapan berpikir.
b. Latihan inkuari
Tokoh: Richard Suchman
Misi/tujuan/manfaat : Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan dalam
untuk pembentukan akademik kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan
kegiatan meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
c. Pembentukan konsep
Tokoh: Jerome Bruner, Good-now, dan Austin
Tujuan: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta
didik dilatih mempelajari konsep secara efektif.
d. Perkembangankognitif
Tokoh: Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan intelektual
berpikir pada logis, ini berpikir/pengembangan umumnya, meskipun dapat khususnya
demikian pada kemampuan diterapkan kehidupan sosial dan pengembangan moral.
b. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model latihan inkuari diharapkan bersifat kooperatif. Meskipun model
ini dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial yang dikendalikan Guru, lingkungan
intelektual terbuka bagi seluruh gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik
berpartisipasi setara selama menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong
peserta didik berinkuari sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip- prinsip
inkuari, struktur dapat meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog
dengan peserta didik lain, melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru.
c. Prinsip reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada fase kedua dan ketiga.
Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik melakukan inkuari, tetapi bukan
melakukan inkuari sendiri untuk keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta
didik yang tidak bisa dijawab ya atau tidak, Guru harus meminta peserta didik menata
ulang pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru ya atau tidak
untuk menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada
fase terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuari tetap terarah pada proses penyelidikan itu
sendiri.
d. Sistem Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan inkuari adalah
adanya bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru menghadapkan peserta didik
dengan masalah. Guru harus memahami betul proses intelektual , strategi inkuari, dan
sumber-sumber belajar yang ada dalam sebuah masalah.