Anda di halaman 1dari 22

Pendahuluan

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak ( student-
centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar
mereka termotivasi untuk erus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak
merasa terbebani atau takut. ( Rusman, 2010:321). Untuk itu, maka aspek learning is fun
menjadi salah satu aspek dalam pembelajaran PAKEM, disamping upaya untuk erus
memotivasi anak agar mereka mengadakan eksplorasi, kreatif, dan bereksperimen terus
dalam pembelajaran.
Di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari pilar pendidikan yang di canangkan oleh
UNESCO:
1. Learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif dalam
pembelajaran
2. Learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman dan
pelaksanaannya.
3. Learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian dan
kesesuaian dengan diri anak ( ini juga sesuai dengan konsep multiple intelligent dari
Howard Gardner, dan
4. learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan aspek
kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana hidup toleransi dalam
keberagamaan yang ada disekeliling siswa.

Tujuan PAKEM ini adalah terdapstnya perubahan paradigm di bidang pendidikan, seperti
yang dicanangkan oleh Depdiknas, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini sudah harus
beranjak dari:
(1) schooling menjadi learning,
(2) instructive menjadi facilitative,
(3) government role menjadi community role, dan
(4) centralistic menjadi decentralitic.

Dengan demikian, perubahan paradigm pendidikan saat ini berarti bukan hanya menjadi
tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tapi sudah menjadi tanggung
jawab semua pihak. Hal ini juga senada dengan konsep tripusat yang diciptakan oleh Ki
Hajar Dewantara, yaitu:
(1) pendidikan di lembaga pendidikan (formal),
(2) pendidikan dilembaga masyarakat (nonformal), dan
(3) pendidikan di keluarga (informal).

Perubahan paradigm juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini, peran guru harus
menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya dalam belajar dan bukan
sebaliknya hanya sebagai pemberi informasi; belajar bukan hanya sekedar menyampaikan
materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang disampaikan itu sudah bias dipahami
oleh siswa atau belum. Perubahan paradigm juga berkenaan dengan pengambilan
keputusan.
B. Pengertian PAKEM

PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322). Dengan pelaksanaan
pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari kurikulum yang
sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan
rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Brooks (Rusman, 2010;323), yaitu pembaruan dalam harus dimulai dari
bagaimana anak belajar, dan bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.

Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat
membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan supaya kompetensi
dasar dan standar kompetensi yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut
agar melakukan inovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang
disandangnya seperti inovasi dalam pembelajaran.

Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis
belajar ( multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal
maupun internal. Dalam model PAKEM menurut (Rusman, 2010;323); guru dituntut untuk
dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat ,elibatkan siswa melalui partisipatif,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat
menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan
usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

1. Pembelajaran Partisipatif

Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan


pembelajaran secara optimal. Pembe pembelajaranlajaran ini menitikberatkan pada
keterlibatan siswa pada kegiatan ( childcentre/student centre) bukan pada dominasi guru
dalamn materi pelajaran (teacher centre). Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila
siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan
pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa
mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di
dalam dan di luar kelas.

2. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan


aktivitas siswa dalam mengases berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang
bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of kearning) kepada siswa. Dalam
kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran,
sedamngkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur
sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

3. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk


dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja
kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreaktif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam
mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakuakan suatu tindakan. Berpikir
kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa
mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif memiliki empat tahapan
sebagi berikut ( Mulyasa, 2006: 192), yaitu:

a. Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.


b. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis
informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa
hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional
d. Tahap keempat; verifkasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah
rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah
kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam
bentuk sebuah hasil karya baru.

4. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada
siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka
dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus
dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana
pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi
siswa.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan
pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa harus didorong untuk
menafsirkan informasi yang di sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima
oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar
yang harus dikuasai siswa.

Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang
memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa, mengelola
kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber
belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses
pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

(1) melakukan appersepsi ,


(2) melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang
akan dicapai, serta menggunakan varuiasi metode,
(3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam pembentukan
kompetensi siswa dan mengaitkannya dengan kehidupan siswa,
(4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen belajar siswa
yang valid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.

Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru harus memerhatikan beberapa hal,
sebagai berikut:
(1) pengelolaan tempat belajar,
(2) pengelolaan siswa,
(3) pengelolaan kegiatan pembelajaran,
(4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
(5) pengelolaan media dan sumber belajar.

5. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran


yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada
perasaan terpaksa atau tertekan ( not under pressure) ( Mulyasa, 2006:194). Dengan kata
lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru
dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar
siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru
maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu


merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.
Ada empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman, komunikasi,
interaksi, dan refkeksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat empat aspek tesebut,
maka pembelajaran PAKEM terpenuhi.

a. Pengalaman

Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak
cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen, pengamatan, penyelidikan , dan
wawancara. Aspek pengalaman ini siswa belajar banyak melalui berbuat dan dengan
melalui pengalaman langsung.

b. Komunikasi

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, mengemukakan pendapat,
peresentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Kegiatan ini siswa dapat
mengungkapakan gagasan, dapat mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya,
memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui
oleh guru.

c. Interaksi

Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab, dan saling
melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh
siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan makna yang terbangun semakin mantap,
sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.

d. Refleksi

Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan
oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan
gagasan/makna yangbtelah dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi
kesalahan. Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.

Dari hasil uraian model PAKEM khususnya guru, diharapkan dapat menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan,
seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi,
pengelolaan kelas serta menjadikan guru menjadi inovatif.
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM menurut Udin S.Saud
( Rusman, 2010:329) antara lain:
1. Pembelajaran kuantum
2. Pembelajaran berbasis kompetensi
3. Pembelajaran kontekstual

A. Pilar-pilar PAKEM
Menurut Durori (2002:xii) metode pakem dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi siswa dan
segi guru. Adalah :
1) Dari segi guru
A = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam :
- Memantau kegiatan belajar siswa
- Memberi umpan balik
- Memberi pertanyaan yang menantang
- Mempertanyakan gagasan siswa
K = Kreatif. Hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam :
- Mengembangkan kegiatan yang beragam
- Membantu alat bantu belajar sederhana
E = Efektif, yaitu guru harus mampu mencapai tujuan pembelajaran.
M = Menyenangkan. Dalam hal ini guru menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membuat anak takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap
sepele.
2) Dari segi siswa
A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif :
1) Bertanya
2) Mengemukakan gagasan
3) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.
K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif dalam :
1) Merancang / membuat sesuatu
2) Menulis/ mengarang
E = Efektif, yaitu siswa harus menguasai ketrampilan yang diperlukan.
M = Menyenangkan. Dalam hal pembelajaran membuat anak:
1) Berani mencoba
2) Berani bertanya
3) Berani mengemukakan pendapat/gagasan
4) Berani mempertanyakan gagasan orang lain
Dalam dimensi proses belajar mengajar ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi :
1) Penyusunan program dan perangkat pembelajaran sebagai upaya persiapan pelaksanaan
proses pembelajaran
2) Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan)
3) Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model belajar mandiri yang merupakan
penilaian proses pembelajaran.
waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang :
1. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student
centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered).
Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya
kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan
berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Perbedaan
pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa Adalah Pembelajaran yang
berpusat pada Guru
Guru sebagai pengajar
Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah
Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi
yang mereka pelajari
Pembelajaran yang berpusat pada siswa
Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah
Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru
Siswa aktif belajar
Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dari
Guru
Pembelajaran bersifat interaktif Kegiatan guru pada strategi mengajar yang berpusat
pada Guru
Membacakan
Menjelaskan
Memberikan instruksi
Memberikan informasi
Berceramah
Pengarahan tugas-tugas
Membimbing dalam tanya jawab
Kegiatan siswa pada strategi
mengajar yang berpusat pada siswa
Bermain peran
Menulis dengan kata-kata sendiri
Belajar kelompok
Memecahkan masalah
Diskusi/berdebat
Mempraktikkan keterampilan
Melakukan kegiatan penyelidikan
Pengelolaan kelas diperlukan untuk membangkitkan minat belajar siswa dan
meningkatkan keaktifan siswa belajar, ruang kelas dapat dibuat menarik dengan cara
mengubah tata letak/formasi bangku
Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti : mengapa,
bagaimana, apa yang terjadi jika dan bukan pertanyaan apa, kapan.
Berikut ini hal-hal lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru kreatif
Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa.
Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan
dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa
Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan menghasilkan siswa-
siswa yang kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Mampu memotivasi diri
Berpikir kritis
Daya imaginasi tinggi (imaginative)
Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original )
Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.

2. Pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk


mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada.
Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah :
Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru
Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa
Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa
Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa

3. Pembelajaran efektif
Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh,
memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung
(seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran.
Karakteristik dari pembelajaran efektif di dalam sekolah yang efektif dinyatakan oleh
Machbeath dan Mortimor, ( 2000:7) ada 11 ( sebelas ) faktor yang penting yaitu :
1) Profesional Leardersip, 2) Shared vision and goals, 3) A Learning Environment, 4)
Concentration on learning and teahing, 5) High expectations, 6) Positive reinforcement, 7)
Monitoring progress, 8) Pupiil right and responsibiltes, 9) Purposeful teaching, 10) A
learning organisation, 11) Home scoll prtnership.

Sebelas faktor penting dalam pembelajaran yang efektif yaitu 1) Kepemimpinan


profesional, 2) Visi dan tujuan ditanggung bersama dengan jelas, 3) Sebuah lingkungan
belajar yang kondusif, 4) Pembelajaran yang menyenangkan
Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar.
Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang
mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian
yang tinggi dari seorang tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang
berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur
elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.
Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana
belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-
hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di antaranya adalah sebagai berikut :
Ciri suasana belajar yang menyenangkan
Rileks
Bebas dari tekanan
Aman
Menarik
Bangkitnya minat belajar
Adanya keterlibatan penuh
Perhatianpeserta didik tercurah
Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang,
pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)
Bersemangat
Perasaan gembira
Konsentrasi tinggi
Ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan
Tertekan
Perasaan terancam
Perasaan menakutkan
merasa tidak berdaya
tidak bersemangat
malas/tidak berminat
jenuh/bosan
suasana pembelajaran monoton
pembelajaran tidak menarik iswa
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
PAKEM adalah proses pembelajaran dimana Guru harus menciptakan suasana
pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan,
mengemukakan gagasan, kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian /konsentrasinya
secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan
bagi siswa untuk belajar. Di dalam PAKEM, Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar
untuk pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.
Secara garis besar, PAKEM sebagai berikut :
Guru
Guru sebagai fasilitator
Siswa
Siswa lebih mendominasi dan mewarnai pembelajaran Siswa terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalui berbuat (learning by doing).
Siswa giat dan dinamis mengikuti pembelajaran
Lingkungan (kelas indoor/outdoor, laboratorium)
Guru mengatur lingkungan kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan belajar
yang menarik, menyediakan pojok untuk membaca (pojok baca).
Hasil karya siswa dipajang di kelas
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat belajar.
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara
belajar kelompok
Guru menerapkan berbagai strategi/model pembelajaran
Guru memotivasi siswa melalui kegiatan yang menantang kemampuan siswa untuk
berpikir kreatif, kritis dan mampu memecahkan masalah Guru menggunakan berbagai
macam strategi mengajar termasuk pembelajaan yang lebih interaktif dalam kelompok
serta lebih banyak praktik
Kelas dibuat semenarik mungkin
secara fisik dan mental aktif ditandai dengan tercurahnya konsentrasi yang tinggi
siswa berani mengemukakan gagasan
Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
Siswa tidak malu terlibat aktif dalam kegiatan
Tata letak /formasi kelas diubah dan disesuaikan dengan kegiatan.

Kriteria Pakem
Secara garis besar kriteria PAKEM dapat dirangkum sebagai berikut :
Kriteria Aktif
Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti :

Menulis
Berdiskusi
Berdebat
Memecahkan masalah
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Menjelaskan
Menganalisis
Mensintesa
Mengevaluasi
Kriteria Efektif
Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
Siswa menguasai konsep
Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
Siswa menghasilkan produk tertentu
Siswa termotivasi untuk giat belajar
Kriteria Kreatif
Berpikir kritis
Memecahkan masalah secara konstruktif
Ide/gagasan yang berbeda
Berpikir konvergen (pemencahan masalah yang benar atau terbaik
Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah)
Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
Berpikir terbuka
Kriteria Menyenangkan
Pembelajaran berlangsung secara:
Interaktif
Dinamik
Menarik
Mengembirakan
Atraktif
Menimbulkan inspirasi

B. Hal-hal harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu Guru akan melaksanakan PAKEM,
yaitu sebagai berikut.
1. Memahami sikap yang dimiliki siswa, misalnya :
a. rasa ingin tahu yang besar
b. keinginan untuk belajar
c. daya imaginasi yang tinggi
2. Mengenal anak secara perorangan (karakter siswa).
Guru sebaiknya mengenal perbedaan kemampuan, harapan, pengalaman, sikap terhadap
sekolah dan latar belakang ekonomi dan sosial dari setiap siswa. Berbekal pengetahuan
tersebut, guru dapat membantu siswa apabila mendapat kesulitan sehingga anak belajar
secara optimal
3. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar.
Secara alami sebagai makhluk sosial siswa bermain secara berkelompok sehingga mereka
dapat mengerjakan tugas belajar berpasangan/berkelompok. Meski demikian, siswa perlu
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara individu agar bakat individunya
berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah.
a. Guru memberikan tugas-tugas praktik
b. Mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata mengapa, bagaimana, apa
yang terjadi jika (tipe open question)
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Hasil pekerjaan
siswa di pajang di kelas. Pajangan dapat berupa: gambar, peta, diagram, model, puisi,
karangan dan lain sebagainya.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan objek belajar. Lingkungan fisik,
sosial dan budaya dapat berperan sebagai sumber belajar sekaligus objek belajar. Siswa
dapat diberi kegiatan untuk melakukan pengamatan (dengan seluruh indera-nya),
mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan
membuat diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
a. Umpan balik yang diberikan hendaknya mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa.
b. Umpan balik diungkapkan secara santun dengan maksud agar siswa lebih percaya diri.
c. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar serta
catatan yang bermakna untuk pengembangan siswa daripada sekedar pemberian
angka/nilai.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Siswa yang aktif secara fisik memiliki
indikator : terlihat sibuk bekerja dan bergerak. Siswa yang aktif secara mental memiliki
indikator : sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengungkapkan gagasan.
Syarat berkembangnya aktifitas mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut
ditertawakan, tidak takut disepelekan atau tidak takut dimarahi jika salah. Guru hendaknya
menghilangkan rasa takut itu.

C. Contoh Kegiatan PBM dan Kemampuan Guru yang Bersesuaian dengan Kriteria PAKEM
Komponen Pembelajaran
Guru merancang dan mengelola PBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran PAKEM
Guru melaksanakan PBM dengan merancang kegiatan untuk siswa yang beragam,
misalnya :
Melakukan percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi di perpustakaan
Menulis laporan/cerita/puisi
Mengamati objek di luar kelas
Berkunjung ke luar
Sesuai dengan mata pelajaran, Guru menggunakan berbagai media/sumber belajar,
misalnya :
Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri
Gambar/film/foto
Kasus/ceritera
Nara sumber
Lingkungan sekitar
Siswa Melakukan percobaan:
menggunakan alat,
mengamati,
mengelompokkan,
mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Melakukan wawancara
Membuat produk
Siswa melakukan:
Diskusi
Mengajukan pertanyaan terbuka
Mengajukan saran/ide
Membuat karangan bebas/karya lain
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegitan sehari-hari
Kegiatan guru:
Guru memantau proses belajar/kerja siswa
Guru memberikan umpan balik
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri
secara lisan atau tulisan
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Guru menilai PBM dan
kemajuan belajar siswa secara terus menerus.

BAB III
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PAKEM
Untuk melaksanakan PAKEM, guru selain harus hakikat PAKEM, prinsip-prinsip
pembelajaran konstruktivisme, juga harus menguasai berbagai model pembelajaran.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan baik model pembelajaran yang
menekankan pada pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir ,
maupun keterampilan sosial. Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan tujuan dan target hasil belajar yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Dalam bab ini akan dipaparkan garis besar penggolongan model pembelajaran, pengertian,
karakteristik model pembelajaran, dan contoh penerapan model pembelajaran dalam RPP.
A. Penggolongan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-
model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran
tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran :
1. Rumpun model-model Pemrosesan Informasi
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari
prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana
manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa
model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar
(peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar
menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya
berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan
pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi
ini adalah :
a. Pemrosesan Informasi Pembelajaran Berpikir Induktif
Tokoh: Hilda Taba
Misi/tujuan/manfaat: Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir
induktif yang banyak diperlukan pada dalam kegiatan. Model ini akademik memiliki
meskipun diperlukan juga untuk kehidupan umumnya.
Keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang
berhubungan dengan kecakapan berpikir.
b. Latihan inkuari
Tokoh: Richard Suchman
Misi/tujuan/manfaat : Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan dalam
untuk pembentukan akademik kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan
kegiatan meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
c. Pembentukan konsep
Tokoh: Jerome Bruner, Good-now, dan Austin
Tujuan: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta
didik dilatih mempelajari konsep secara efektif.
d. Perkembangankognitif
Tokoh: Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan intelektual
berpikir pada logis, ini berpikir/pengembangan umumnya, meskipun dapat khususnya
demikian pada kemampuan diterapkan kehidupan sosial dan pengembangan moral.

e. Model Pembelajaran AdvAdvance organizer anc


Tokoh David Ausubel
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi
melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan
menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.
f. Mnemonics
Tokoh: Pressley, Levin, Delaney
Tujuan: Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi. (Sumber: Bruce
Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Beverly Showers, 1992,
1996: Models of Teaching)
2. Rumpun model-model Pribadi/individual
Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual
menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan
pada proses dalam membangun/mengkonstruksi dan mengorganisasi realita, yang
memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini
memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional.
Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan
hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.
a. Model Pengajaran NonDirektif
Tokoh: Carl Rogers
Misi/Tujuan: Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai
pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini
menekankan pada hubungan guru-peserta didik.
b. Latihan Kesadaran
Tokoh: Fritz Perls, William Schutz
Misi/Tujuan: Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri.
c. Sinektik
William Gordon
Misi/Tujuan: Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah
kreatif.
d. Sistem Konseptual David Hunt
Misi/Tujuan: Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.
e. Pertemuan kelas
William Glasser
Misi/Tujuan: Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan
kelompok sosial lainnya. (Sumberi Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching, )
3. Rumpun model-model Interaksi Sosial
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan
hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model- model ini memfokuskan
pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial.
Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses
demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif.
Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri sebagai
pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial
Model:
Kerja kelompok. (investigati-on group)
Tokoh: Herbert Thelen, John Dewey
Misi/tujuan: Mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk berperan dalam kelompok
yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah.
Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.
Inkuari Sosial
Tokoh: Byron Massialas, Benjamin Cox
Misi/tujuan: Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari ilmiah dan penalaran
logis.
Jurispru-dential
Tokoh: National Laboratory Bethel, Maine Donald Oliver, James P.Shaver
Misi/tujuan: Pengembangan dan kerja keterampilan untuk interpersonal mencapai,
Jurispru-dential Training kelompok kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didisain utama
untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan
dengan kerangka acuan atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum
manusia).
Role playing (Bermain peran)
Tokoh: Fannie Shaftel, George Shafted
Tujuan: Didisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan
sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari
penyelidikan itu
Simulasi Sosial
Tokoh: Sarene Boocock, Harold Guetzkow
Tujuan: Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan
realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses- proses sosial tersebut, juga
untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan
keputusan.
(Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching)

4. Rumpun Model-model Perilaku


Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu
pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku
terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan
belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga
terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.

B. Pengertian Model Pembelajaran


1. Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran
terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.
Dengan demikian, pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan
atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan
terjadinya belajar pada peserta didik.
2. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan
kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku
pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat
mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh
informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.
Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran dalam modul
ini sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu,
dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan
kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta
didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan
atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks.
Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari
sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu
dengan model pembelajaran yang lainnya.

C. Karakteristik Model Pembelajaran


Rangke L Tobing, dkk (1990:5) mengidentifikasi lima karakterististik suatu model
pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.
1. Prosedur Ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk
mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.

2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan


Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai
penampilan peserta didik.
3. Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana respon
peserta didik diobservasi.
4. Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang
diharapkan dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang
diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah
mengajar tertentu.
5. Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta
didik dan interaksinya dengan lingkungan.
Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik model
pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.
1. Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar
yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut bekerja
dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran, bagaimana memfasilitasi
peserta didik dalam menggunakan sumber belajar..
2. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama antara guru-peserta didik dalam
pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain
serta jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam
satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru
bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang
terstruktur tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru
dan peserta didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan
peserta didik.
3. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta
didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh,
dalam suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan
peserta didik atau mengambil sikap netral.
4. Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung
keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan
bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.
5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara
mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan
adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat
terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh peserta didik.

D. Penerapan Model Pembelajaran dalam RPP


Pembelajaran yang dirancang, selain berorientasi pada pilar-pilar PAKEM, juga harus
memperhatikan kegiatan-kegiatan minimal yang harus ada dalam proses pembelajaran
sesuai dengan pesan standar proses (Permendiknas RI no 41, tahun 2007, tentang Standar
Proses), yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan eksplorasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan peserta didik dalam
mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari berbagai sumber
belajar baik yang ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, misalnya melalui lembar
kerja peserta didik, buku teks, media masa (koran, majalah), internet, praktikum, atau
musium. Metode pembelajaran yang dapat digunakan guru juga bervariasi, yaitu metode
diskusi, eksperimen dan penugasan; demikian pula pendekatan pembelajaran yang
digunakan dapat bervariasi, misalnya pendekatan lingkungan, pendekatan proses, atau
pendekatan kontekstual.
Kegiatan elaborasi dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan arti pada informasi baru dengan
menghubungkannya dengan pengetahuan-pengetahuan (informasi yang sudah dimiliki).
Kemampuan peserta didik dalam mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang
sedang dipelajari lebih rinci dan lebih lengkap. Kegiatan yang dapat dirancang misalnya
melalui kegiatan membaca berbagai sumber menganalisis bacaan, penyelesaian masalah,
penyusunan laporan, diskusi kelompok , pameran produk, dan lain-lain.
Kegiatan konfirmasi dapat dimaknai sebagai kegiatan guru untuk meminta penegasan atau
pembenaran dari hasil eksplorasi, elaborasi, atau eksplanasi (penjelasan) yang diberikan
peserta didik. Kegiatan konfirmasi juga dapat berfungsi sebagai pemberian umpan balik
dan kesempatan untuk memberikan penguatan baik dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat.
Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa tanya jawab, laporan lisan, seminar, dan lain-
lain. Kegiatan konfirmasi juga dapat digunakan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
merefleksikan hasil belajarnya dari berbagai sumber belajar.
Kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dipaparkan di atas, bukanlah sebagai
nama dari urutan atau tahapan atau sintaks model pembelajaran. Penulis lebih memaknai
ketiga kegiatan tersebut sebagai kegiatan-kegiatan kunci dalam pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dan sebagai upaya menerapkan konstruktivisme. Guru dalam
upaya menerapkan PAKEM dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik konsep yang akan dipelajari dan sesuai dengan tuntutan konstruktivisme.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dan sintaksnya memuat kegiatan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1. Model Pembelajaran Latihan Inkuari
Latihan inkuari berasal dari suatu keyakinan bahwa peserta didik memiliki kebebasan
dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partisipasi aktif peserta didik dalam
inkuari (penyelidikan) ilmiah. Peserta didik memiliki keingintahuan dan ingin berkembang.
Latihan inkuari menekankan pada sifat-sifat peserta didik ini, yaitu memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik
sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik.
Tujuan umum dari model latihan inkuari adalah membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan
pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka.
Model pembelajaran latihan inkuari dikemukakan oleh Richard Suchman, ia menginginkan
peserta didik untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik
melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya
peserta didik mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan
untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi.
Karakteristik Model Pembelajaran Latihan Inkuari
a. Sintaks
Model pembelajaran latihan inkuari ini memiliki lima fase sebagai sintaks
pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut.
Fase 1 : Berhadapan dengan masalah
Guru menjelaskan prosedur inkuari dan menyajikan peristiwa yang membingungkan.
Fase 2: Pengumpulan data untuk verifikasi
Menemukan sifat obyek dan kondisi. Menemukan terjadinya masalah.
Fase 3: Pengumpulan data dalam eksperimen
Mengenali variabel-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya.
Merumuskan penjelasan
Merumuskan penjelasan, aturan-aturan atau penjelasan
Fase 5 : Mengalisis proses inkuari
Menganalisis strategi inkuari dan mengembangkannya menjadi lebih efektif.
Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi peserta didik, fase 4
adalah kegiatan elaborasi, dan pada fase 5, guru dapat melakukan konfirmasi.

b. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model latihan inkuari diharapkan bersifat kooperatif. Meskipun model
ini dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial yang dikendalikan Guru, lingkungan
intelektual terbuka bagi seluruh gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik
berpartisipasi setara selama menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong
peserta didik berinkuari sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip- prinsip
inkuari, struktur dapat meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog
dengan peserta didik lain, melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru.

c. Prinsip reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada fase kedua dan ketiga.
Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik melakukan inkuari, tetapi bukan
melakukan inkuari sendiri untuk keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta
didik yang tidak bisa dijawab ya atau tidak, Guru harus meminta peserta didik menata
ulang pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru ya atau tidak
untuk menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada
fase terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuari tetap terarah pada proses penyelidikan itu
sendiri.

d. Sistem Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan inkuari adalah
adanya bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru menghadapkan peserta didik
dengan masalah. Guru harus memahami betul proses intelektual , strategi inkuari, dan
sumber-sumber belajar yang ada dalam sebuah masalah.

e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan


Di dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran langsung dan iringan
sebagai berikut.
Model latihan Inkuari:
Keterampilan proses IPA
Strtegi untuk penyelidikan kreatif
Semangat untuk berkreativitas
Kebebasan atau otonomi dalam belajar
Toleran terhadap pendapat yang berbeda
Menyadari bahwa pengetahuan itu
bersifat sementara

2. Model Pembelajaran Siklus Belajar


Model siklus belajar merupakan satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
kerangka umum untuk melaksanakan kegiatan kontruktivis. Ada berbagai macam jenis
model siklus belajar, antara lain seperti berikut ini.
Lawson, Anton E. merancang pembelajaran (1995: 153) mengemukakan bahwa dalam
konsep-konsep mengembangkan (pengetahuan) maupun keterampilan berpikir, ada
beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
b. Peserta didik harus menggali fenomena baru yang didasarkan pada keyakinan yang telah
dimiliki peserta didik (konsep-konsep dan sistem konseptual), atau didasarkan pada
prosedur maupun keterampilan berpikir yang telah dikenalnya pula.
c. Penggalian fenomena harus didahului oleh hal-hal yang membuat mereka bingung atau
hal-hal yang dan kontradiktif sehingga menghasilkan yang akan bentuk ketidakseimbangan
meningkatkan berpikir pertanyaan-pertanyaan dan berpikir provokasi argumentasi dalam
jikadan, maka Dengan cara ini peserta didik diharapkan berusaha merefleksikan
keyakian atau prosedur yang telah dimilikinya untuk mencari pemecahan terhadap
fenomena baru tersebut.
d. Guru mengakomodasi berbagai jawaban sementara, baik yang diajukan oleh peserta
didik maupun sebagai hasil intervensi yang dilakukan Guru.
e. Jawaban sementara peserta didik digunakan untuk membangkitkan argumen-argumen,
prediksi-prediksi atau data baru yang memungkinkan dapat mengubah keyakinan atau
konstruksi pengetahuan lama peserta didik terhadap konsep baru yang diperkenalkan.
f. Untuk dapat memungkinkan terjadinya pengaturan-sendiri sebagai upaya untuk
mencapai kemantapan keseimbangan baru, berbagai pengalaman baru haruslah disediakan
bagi peserta didik untuk menguji dan mengembangkan konsep-konsep atau prosedur-
prosedur baru dan dapat diaplikasikan pada berbagai macam konteks yang terkait.
Di samping langkah-langkah di atas, agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih
efektif, maka ada 3 fase yang harus diperhatikan yang oleh Karlplus dan Thier (1967)
dinamai fase Eksplorasi (Exploration), fase Penelusuran (Invention), dan fase Penemuan
(Discovery). Tetapi belakangan oleh Lawson (1988) fase-fase tersebut dinamai fase
Eksplorasi (Exploration), fase Pengenalan Istilah (Term introduction), dan fase Penerapan
Konsep (Concept application).
Fase Eksplorasi
Fase pertama adalah fase eksplorasi. Pada fase ini peserta didik belajar melalui tindakan-
tindakan dan reaksi-reaksi yang telah mereka miliki terhadap situasi baru. Mereka
menggali materi-materi baru dan ide-ide baru dengan bimbingan yang minimal dari guru.
Pengalaman baru mereka akan membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dan menimbulkan
kerumitan-kerumitan yang pada suatu ketika tidak dapat mereka pecahkan dengan cara
berpikir mereka. Jadi melalui fase ini, guru memberikan kesempatan dan pengalaman baru
kepada peserta didik yang dapat menimbulkan konflik-konflik berpikir serta menimbulkan
pertentangan dan analisis terhadap ide dan pemikiran mereka sendiri. Pada akhirnya
analisis tersebut dapat memunculkan pembahasan-pembahasan untuk menguji ide-ide
alternatif melalui prediksi-prediksi. Proses ini akan memunculkan beberapa ide sekaligus
menghilangkan ide-ide lainnya yang tidak relevan dalam pola siklus dari pengaturan-
sendiri.
Dan hal ini juga akan menimbulkan kehati-hatian dalam menguji prosedur dalam siklus ini.
Eksplorasi harus didahului oleh identifikasi terhadap pola keteraturan dari suatu
fenomena. Fase Eksplorasi juga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan
fenomena melalui cara mereka masing-masing yang dapat menguji baik keterampilan
observasi maupun dalam berhipotesis.

Fase Pengenalan konsep/istilah


Fase kedua pengenalan istilah (term instroduction), yang dimulai dengan memperkenalkan
istilah baru yang merujuk pada pola yang sudah ditemukan pada fase eksplorasi. Istilah
atau nama konsep ini dapat diinformasikan oleh guru atau diperoleh peserta didik melalui
buku, film atau media lainnya. Tahap ini harus selalu diikuti eksplorasi dan dihubungkan
dengan pola-pola yang mereka temukan dalam setiap kegiatan eksplorasi.

Fase Aplikasi Konsep


Fase ketiga yaitu penerapan konsep (concept application). Di sini peserta didik mencoba
mengaplikasikan konsep atau istilah (term) atau pola pikir baru pada situasi permasalahan
baru. Penerapan diusahakan dengan banyak variasi agar pengertian baru yang telah
mereka peroleh lebih mantap dan permanen. Perlu diperhatikan di sini bahwa konsep
adalah pola mental yang direpresentasikan melalui label verbal (dalam hal ini berarti
istilah). Jadi, konsep tiada lain adalah pola plus istilah. Guru dapat memperkenalkan istilah,
tetapi yang lebih penting peserta didik harus dapat mempersepsi istilah tersebut dengan
kemampuan mereka sendiri. eksplorasi (exploration) memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan pola-pola. Pengenalan Istilah (term introduction)
memungkinkan Guru dengan kesempatannya dapat memperkenalkan istilah, dilain pihak
peserta didik dengan kesempatannya dapat menghubungkan pola-pola dengan istilah yang
merupakan pembentukan konsep.
Akhirnya, dengan Penerapan Konsep (concept aplication) memungkinkan peserta didik
untuk menemukan penerapannya (juga non aplications) dari konsep-konsep tersebut pada
konteks-konteks baru.
3. Model Pembelajaran P.O.E (Predict- Observe- Explain)
P.O.E adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain . P.O.E ini sering juga disebut suatu
strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara
meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu predik, observasi,dan
memberikan penjelasan (explain).
Ketiga tugas siswa dalam model pembelajaran POE yaitu:
Predict : pada tahap ini, mintalah pada peserta didik untuk mengamati apa yang akan Anda
demonstrasikan. Mintalah mereka mengamati fenomena yang didemonstrasikan, kemudian
mereka memprediksi hasilnya dan mempertimbangkan hasil prediksinya.
Observe: pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses atau
demonstrasi dan mintalah peserta didik untuk mencatat apa yang terjadi.
Explain: pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan hipotesis mengenai
mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan dan menjelaskan perbedaan antara prediksi
yang dibuatnya dengan hasil observasinya.

Anda mungkin juga menyukai