Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS DATA

Praktikum dilakukan untuk mengetahui kadar asam suatu bahan makanan dengan
metode bilangan asam. Penelitian ini dilakukan kepada 5 bahan yaitu minyak kelapa,
susu segar, minyak zaitun, minyak wijen, dan santan kelapa. Dari kelima bahan yang
telah diuji, maka didapatkan bilangan asam berturut-turut yaitu 0.0095, 1.32, 1.03, 1.593,
dan 0.564.
Dari kelima bahan yang telah diuji, bilangan asam tertinggi dimilikinoleh bahan
minyak wijen dan bilangan asam terendah dimiliki oleh minyak kelapa. Dari kelima
sampel awal memiliki berat yang sama yaitu 20 gram.
Dari kelima sampel ini, saat penambahan 3 tetep indicator PP dan dititrasi maka
akan terjadi perubahan warna yang mirip dengan merah muda. Dari kelima bahan tidak
semuanya mirip, tetapi rata-rata berwarna merah muda/ mendekati merah muda.
PEMBAHASAN
Penentuan asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA yang
merupakan singkatan dari Free Fatty Acid sangat penting kaitannya dengan kualitas
lemak. Karena bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam lemak. Semakin besar angka ini berarti kandungan
asam lemak bebas semakin tinggi, sementara asam lemak bebas yang terkandung
dalam sampel dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Karena proses hidrolisis dapat berlangsung dengan
penambahan asam dan dibantu oleh panas. Menurut (Sudarmadji, 1989) angka
asam dapat menunjukan asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak
ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam
maka makin rendah kualitasnya.
Sampel yang digunakan pada pengujian kali ini adalah minyask zaitun yang
memiliki molaritas 282 dari asam oleat karena diambil dari biji-bijian. Sampel
kemudian ditimbang dengan berat 20 gram. Kemudian ditambahkan pelarut alkohol
yang kondisi alkoholnya harus netral. Digunakan alkohol netral agar data akhir yang
diperoleh benar-benar tepat. Karena bila kondisi tidak netral, titrasi asam-basa akan
berakhir dengan diperoleh data yang salah. Sesuai dengan definisi bilangan asam
itu sendiri yaitu jumlah miligram KOH atau basa-basa lainnya yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam lemak. Kemudian pada kedua sampel ditambahkan
indikator fenolftalein (PP). Indikator ini merupakan indikator yang sering
dipergunakan untuk titrasi asam-basa. Indikator ini akan berubah menjadi merah
muda bila suasana basa dan tetap bening jika dalam suasana asam. Karena pada
sampel alkohol yang dipergunakan tidaklah netral, maka ketika ditetesi fenolftalein,
berubah warna menjadi merah muda. Hal ini berakibat pada penentuan titik akhir
yang keliru pula. Setelah itu dititrasi menggunakan KOH 0,1 N yang telah
distandarisasi menggunakan asam oksalat sampai timbul warna pink yang tidak
hilang setelah 30 detik. Saat itulah titik akhir tercapai. Titik akhir adalah waktu ketika
prosestitrasi dihentikan karena suasana telah menjadi netral yang ditunjukkan oleh
perubahan warna oleh indikator. Penentuan titik akhir dengan tepat pun tidak
menunjukkan suasana yang netral karena warna indikator berubah. Oleh karena itu
ada yang disebut titik ekuivalen yaitu waktu ketika jumlah titran dengan
titratekuivalen sehingga suasana benar-benar netral. Nilai kadar asam dari minyak
wijen tergolong paling tinggi dibandingkan keempat bahan yang lain, hal ini berarti
rendah kualitasnya. Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang
baik (Andry, 2008). Hal ini juga terjadi pada minyak zaitun yang memiliki urutan
ketiga dari kelima bahan yaitu kadar asamnya 1.03, sehingga memiliki kadar asam
yang lumayan lebih tinggi.
Fungsi penambahan alkohol netral adalah untuk melarutkan lemak atau
minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang
digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang
digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 %
merupakan pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan saat percobaan adalah
agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga
pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya. Pemberian tiga tetes
indikator fenolftalein (pp) pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian
bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi
dengan KOH, larutan alkohol dan minyak kelapa yang telah ditetesi indikator
fenolftalein (pp) berubah warna menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa
larutan tersebut bersifat basa. Penggunaan KOH saat proses titrasi adalah untuk
menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa.
Jumlah volume yang digunakan untuk mentitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol
digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas.

Anda mungkin juga menyukai