Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PEMBERANTASAN KORUPSI di INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

1.PRAMUDIA YOLANDA 1410532045


2.PRATIWI DAMAYANTI 1410532046
3.LAILATURRAHMI 1410532041
4.RIKA YUNELZA 1410532035

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.1
B. Tujuan Penulisan....................1
C. Metode Penulisan ......................................... .........................................1

BAB II RUMUSAN MASALAH...................................................................2

BAB III PEMBAHASAN


A. ......................2
B. ................3

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..
B. Saran

BAB V DAFTAR PUSTAKA...


KATA PEGANTAR

Alhamdulillah atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, makalah tentang


Pemberantasan Korupsi di Indonesia telah selesai kami buat. Makalah ini
kami sajikan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Uraian
materi kami sajikan agar mengarah pada pemenuhan kopetensi mahasiswa
sehingga mampu mengenali tentang cara pemberantasan korupsi yang ada di
Indonesia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah ilmu yang berguna untuk kita semua, terutama kami sendiri. Kritik
dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 17 Oktober 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan tindak pidana korupsi di Indonesia telah
menjadi sebuah fenomena yang sejak dulu sulit dibantah dengan argumentasi apapun.
Fenomena korupsi telah menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap hukum dan sistem
peradilan pidana, dan dikhawatirkan dapat mengakibatkan disfungsionalisasi hukum pidana.
Atas dasar itu, sudah sepatutnya dilakukan revisi dan reorientasi kebijakan pemberantasan
korupsi di Indonesia.

B. Tujuan Penulisan
-

C. Metode Penulisan
Metode penulisan oleh penulis dalam penyusunan makalah ini yakni menggunakan data
referensi dan leterature yang terkait dari buku dan situs internet.
BAB III

A. Pengertian Korupsi

Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya,


kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah ditelaah secara kritis oleh banyak ilmuwan
dan filosof. Aristoteles, misalnya yang di ikuti oleh Machievelli, sejak awal telah
merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral corruption).
Korupsi moral merujuk pada bentuk konstitusi yang sudah melenceng, hingga para
penguasa rezim termasuk dalam sistem demokrasi, tidak lagi dipimpin oleh hukum,
tetapi tidak lebih hanya berupaya melayani dirinya sendiri.
Korupsi berasal dari kata Latin Corruptio atau Corruptus. Kemudian, muncul dalam
bahasa Inggris dan Prancis Corruption, dalam bahasa Indonesia dengan sebutan
Korupsi.

Menurut Syed Hussein Alatas, menandaskan asensi korupsi sebagai pencurian


melalui penipuan dan situasi yang mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan
perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode
pencurian dan penipuan. Titik penting yang ingin diletakkanya disini, juga mencakup
dua bentuk korupsi yang sulit untuk dimasukkan dalam kebanyakanperistilahan
korupsi, yaitu nepotisme dan korupsi otogenik.
Menurut Bank Dunia membatasi pengertian korupsi hanya pada, Pemnafaatan
kekuasaan untuk mendapat keuntungan pribadi. Ini merupakan definisi yang sangat
luas dan mencakup unsur korupsi yan digambarkan dalam akronim KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme ).
Menurut Asyumardi Mahzar, menandaskan istilah korupsi secara umum sebagai
berbagai tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities) untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok. Ia juga menambahkan korupsi yakni
Penyelahgunaan kekuasaan atau kedudukan publik untuk kepentingan pribadi.
Guy Benveniste memebrikan beberapa definisi mengenai korupsi dan tindak-tindak
korupsi dengan sangat rinci. Baginya korupsi dapat dibagi dalam empat definisi besar,
yaitu:
Discritionery corruption
Merupakan korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam
menentukan kebijakan, seakalipun tampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-
praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi.
Illegal corruption
Merupakan suatu jenis tindakan yang membongkar atau mengacaukan bahasa
ataupun maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu. Efektivitas
untuk jenis korupsi ini bisa diukur. Namun, ia jauh lebih mudah untuk
dikendalikan.
Mercenery corruption
Adalah sejenis korupsi dengan maksud memperoleh keuntungan
individual/pribadi. Biasanya korupsi ini banyak digunakan oleh para
kompetitor politik dalam suksei ataupun kampanye politik.
Ideological corruption
Merupakan korupsi yang dilakukan lebih karena kepentingan kelompok,
karena komitmen ideologis seseorang yang mulai tertanam di atas nama
kelompok tertentu. Biasanya korupsi jenis ini amat sulit untuk terdeteksi atau
diketahui landasannnya secara material.

Kata korupsi sudah menjadi konsumsi umum. Asumsi besar yang dapat dibangun
bahwa praktik korupsi adalah masalah terumit yang dihadapi oleh setiap pola
kenegaraan di dunia. Hal ini segera mengingatkan orang pada ungkapan Lord Acton,
Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely. Artinya korupsi
muncul bilamana terjadi penyalahgunaan kekuasaan, terlebih bila kekuasaan bersifat
absolut atau mutlak, maka korupsi semakin menjadi-jadi. Bukan hanya dalam bentuk
uang pelicin dan terjadi di kalangan biokrat kecil, tetapi sudah menjadi usaha
mengakumulasi modal, antara pejabat tinggi dengan pengusaha besar.

B. Pemicu Korupsi

Korupsi yang melanda segenap sistem yang ada dewasa ini diciptakan oleh Perang
Dunia II. Hal ini setidaknya ditandaskan oleh Alatas saat memulai analisisnya tentang
sebab-musabab korupsi di Asia.
Penelitian yang dilakukan World Bank menyebutkan faktor lainnya yang ikut
menyumbang pada berlangsungnya korupsi terutama di Indonesia adalah pemerintah
kolonial. Bahkan, korupsi tidak hanya ada pada masa pemerintahan kolonial , tetapi
terus berkembang sebagai pengaruh tidak langsung oleh hasutan kaum nasionalis
melawan pemerintah. Pemicu korupsi lainnya adalah bertambahnya jumlah pegwai
negeri secara cepat dengan akibat gaji mereka menjadi sangat kurang. Hal ini
mengakibatkan perlunya pendapatan tambahan serta bertambah luasnya kekusaan dan
kesempatan birokrasi dibarengi dengan lemahnya pengawasan dari atas dan pengaruh
partai-partai politik. Di sisi lain, faktor-faktor yang berasal dari masa silam dan masih
melekat pada suatu masyarakat, seperti solidaritas kekeluargaan dan kebiasaan saling
memberihadiah dianggap sebagai sebab korupsi, di samping perubahan-perubahan
mendadak dalam sejarah.
Kesempatan untuk korupsi dan persaingan partai pada beberapa negara juga dapat
menjadi dasar bagi meningkatnya korupsi secara menyolok.

C. Sejarah Pemberantasan Korupsi

Sejauh ini, satu hal utama yang harus ditekankan pada para pembaharu dalam setiap
upayanya memberantas tindak korupsi, adalah menyadari bahwa korupsi tidak akan
pernah dapat diberantas sampai tidak berbekas lagi. Apalagi, mengingat dalam
kaitannya dengan situasi yang nyata di masyarakt, bahwa akan terlalu mahal jika
seseorang, institusi tertentu, atau negara sekalipun untuk mencoba memberantas
korupsi sampai ke akr-akarnya. Dan satu lagi yang mesti dipahami oleh para
pembaharu anti-korupsi, bahwa korupsi bukanlah sesuatu yang sudah niscaya di
dalam budaya masyarakat.
Penyembuhan-penyembuhan korupsi di negara berkembang dapat dilihat sebagai
berikut:
Dengan berlalunya waktu, dan selama itu pula, mengingat kemajuan ekonomi
yang mantap, maka oyalitas lambat laun akan beralih dari keluarga, klan dan
suku, ke negara kebangsaan.
Perluasan pendidikan, akan memungkinkan orang memahapi apa itu korupsi,
bukannya menganggap politik sebagai suatu bentuk kegairahan kesukuan atau
partai-partai, yang akan menolong juga dalam perkembangan pendekatan
ilmiah terhadap masalah pemerintahan dan adminstrasi.
Tumbuhnya secara evolutif suatu pendapat umum, yang mengikuti penyebaran
pendidikan, akan menolak korupsi enah karena secara moral salah atau karena
secara ilmiah tidak efisien, atau kedua-duanya.
Tumbuhnya dunia perdagangan dan industri, akan memperkuat sebuah unsur
dalam elas menengah yang sekarang ini lemah, dan yang secara historis,
melawan korupsi.
Pertumbuhan lebih lanjut kelas profesional, serta niatnya untuk meningkatkan
pedoman-pedoman etisnya dengan memperkuat asosiasi.
Peyebaran kekuasaan, kekayaan dan status yang sekarang ini masih dinikmati
oleh para politikus ke seluruh masyarakat.
Pengakuan akan fakta bahwa demokrasi yang sepantasnya dimiliki itu
merupakan sebuah konsep matang, dan bahwa dinegara-negara berkembang
demokrasi lokal, menurut definisinya, belumlah matang, oleh karena itu,
memerlukan pengawasan serta kontrol terus-menerus, yang dilakukan oleh
publik.
Meningkatnya prestise serta bertambahnya jumlah auditor serta akuntan yang
terampil, dan pengakuan status mereka yanh sama dalam program-program
pembangunan bersama dengan para administrator, insinyur, industriawan, dan
pengusaha pertanian.

D. Korupsi di Indonesia

Istilah korupsi hadir pertama kali dalam khasanah hukum Indonesia dalam Peraturan
Penguasa Perang Nomor Prt/Perpu/013/1958 tentang Peraturan Pemberantas Korupsi.
Kemudian, dimasukkan juga dalam Undang-undang Nomor 24/Prp/1960 tentang
pengusutan penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi. Undang-undang ini
kemudian dicabut dan digantikan oleh Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, yang kemudian sejak tanggal 16 Agustus 1999
digantikan oleh Undang-undang No 31 Tahun 1999 dan akan mulai berlaku efektif
paling lambat dua tahun kemudian (16 Agustus 2001) dan kemudian diubah dengan
Undang-undang No 20 tahun 2001 21 November 2001.
Berbagai survei yang dilakukan lembaga asing seperti Global Corruption Indeks atau
Transparency International Index dan beberapa lembaga survei dalam negeri,
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk rangking teratas dalam peringkat
korupsinya. Bahkan, tindak pidana korupsi tidak lagi terpusat di Jakarta, tetapi
menyebar keseluruh daerah, menjadi penumpang gelap dalam proses otonomisasi dan
desentralisasi. Sejak 1992 hingga 2000 menurut International Coutry Risk Guide
Index (ICRGI), indeks korupsi di Indonesia terus meningkatkan dari sekitar tujuh
menjadi hampir sembilan pada tahun 2000.
Pada saat gerakan reformasi dikumandangkan di Indonesia, tepatnya pada tanggal 21
Juni 1998, sebuah organisasi non pemerintah (ornop ) dibentuk oleh orang
-orang seperti Adi Adjono Sutjipto, Christianto Wibisono, Eros Djarot, Daniel
Dhakidae, Masdar F.Masudi, Munir (alm), Teten Masduki T.Mulya Lubis, dan lain-
lain yang terkenal kental berjuang dengan integritas dan komitmen yang tinggi akan
pemerintahan yang demokratis, transparan, dan bersih dari KKN. Ornop ini yang
kemudian cukup terkenal dengan komitmennya memberantas korupsi dengan nama
Indonesian Corruption Watch (ICW).
ICW mengklaim bahwa pemerintahan dibawah Soeharto sebagai pimpinan, keluarga,
sahabt serta kroni-kroninya mewarisi segudang masalah korupsi yang gawat. Korupsi
tidak saja mendominasi wilayah eksekutif dan yudikatif, tetapi juga lembaga legislatif
hampir pada semua tingkatannya. Pendek kata, nyaris tidak ada ruang yang bebas dari
korupsi . realitas ini diterima sebagai bagian dari kebudayaan yang menyimpang.
Kehidupan ekonomi yang nyaris melumpuhkan kehidupan masyarakat Indonesia oada
tahun 1997, banyak yang menuding dipicu atau diperburuk oleh masalah korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN).
Aktor utama korupsi adalah pemerintah dans ektor swasta, dan rakyat banyak menjadi
korbannya yang utama. Untuk itu kenapa ICW lalu amat memepercayai bahwa
gerakan anti korupsi harus bertumpu pada pemberdayaan rakyat untuk mengimbang
kolaborasi pemerintah dan sektor swasta. Hal ini diwujudkan oleh ICW dengan
kiprahnya hingga beberapa tahun usai proses reformasi bergulir sampai seakrang.
Dalam prosesnya, ICW adalah satu diantara sekian banyak lembag independen yang
berdiri memasang jarak, memperhatikan dari kejauhan kinerja pemerintahan atau
secara langsung memebrikan advokasi dan pengajaran poitik kepada masyarakat.
E. Strategi pemberantasan korupsi
Bertambah besar vulume pembengunan bertambah besar pula kemungkinan
kebocoran. Ditambah dengan gaji pegawai negeri yang memang sangat minim di negara-
negara berkembang seperti indonesia, pegawai negeri terdorong untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang kadang-kadang menggunakan kekuasaannya untuk menambah
penghasilannya.

Memang terjadi pula korupsi besar-besaran bagi mereka yang telah memperoleh pendapatan
yang memadai disebabkan karena sifatnya yang serakah, tetapi ini bukan hal yang
menyeluruh.

Penulis menerima pendapat Gunner Myrdal sepenuhnya bahwa jalan untuk memberantas
korupsi di negara-negara berkembang ialah:

1. Menaikkan gaji pegawai rendah(dan menengah)


2. Menaikkan moral pegawai tinggi
3. Legalisasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal

Sudah jelas kalangan elit kekuasaan harus memberi keteladanan bagi yang di bawah.
Untuk mencegah terjadinya korupsi besar-besaran, bagi pejabat yang menduduki jabatan
yang rawan korupsi seperti bidang pelayanan masyarakat, pendapatan negar, penegak hukum,
dan pembuat kebijaksanaan harus di daftar kekayaannya sebelum menjabat jabatannya
sehingga mudah diperiksa pertambahan kekayaannya dibandingkan dengan pendapatannya
yang resmi.

Pemberantasan korupsi harus ditunjang pula dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang


baik (good governance) dan pembangunan yang berkelanjutan(sustainable n
development)yang syaratnnya sebagai berikut.

Ada cek terhadap kekuasaan eksekutif, perundang-undangan.


Yang efektif, ada garis jelas akutabilitas antara pemimpin politik, birokrasi dan
rakyat.
Sistem politik yang terbuka yang melibatakan masyarakat sipil yang aktif.
Sistem hukum yang tidak memihak, peradilan pidana dan ketertiban umum yang
menjunjung hak-hak politik dan sipil yang fundamental, melindungi keamanan
pribadi dan menyediakan aturan yang konsisten, transparan untuk transaksi yang
diperlukan dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang modern.
Pelayanan publik ang profesional kompeten, kapabel dan jujur yang bekerja dalam
kerangka yang akuntabel dan memerintahdengan aturan dan dalam prinsip merit dan
kepentingan publik yang paling utama.
Kpasitas untuk melaksanakan rencana fiskal, pengeluaran manajemen ekonomi sistem
akuntabilitas finansial dan evaluasi aktivitas sektor publik.
Perhatian bukan saja kepada lembaga-lembaga dan proses pemerintah pusat tetapi
juga kepada atribut dan kapasitas subnasional dan penguasa pemerintah lokal dan
soal-soal transfer politik dan desentralisasi administratif, dan
Setiap strategi antinkorupsi yang efektif harus mengakui hubungan antara korupsi,
etika, pemerintah yang baik dan pembangunan berkesinambungan.

Ada beberapa sebab orang melakukan perbuatan korupsi di Indonesia yang di himpun
dari berbagai pendapat masyarakat, yaitu:

1. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan


yang makin hari makin meningkat
Kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling
menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia. Patut diingat
bahwa kurangnya gaji pegawai negeri di bandingkan dengan kebutuhannya
semakin meningkat dengan kemajuan teknologi. Contoh: fenomena televisi dan
handphone yang dijadikan sebagai kebutuhan pokok bai di kota maupun di
pelosok-pelosok desa sekalipun.

2. Ada latar belakang kebudayaan atau Kultur indonesia yang merupakan sumber
atau sebab meluasnya korupsi
B.soedarso membahas tentang sejarah kultur indonesia dari zaman
Multatuli(douwes dekker), waktu penyalahgunaan jabatan merupakan suatu
sistem. Dowwes dekker melaporkan kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan
oleh bupati lebak dan wedana parangkujang(banten selatan) kepada atasannya dan
meminta supaya dilakukan pengusutan. Menurut douwes dekker, bupatitersebut
telah menggunakan kekuasaannya melebihi apa yang di perbolehkan peraturan,
untuk memperkaya diri. Dalam keadaan sosial tentang hubungan penguasa dengan
rakyat, kejahatan yang timbul di antara penguasa dengan sendirinya adalah
penyalahgunaan untuk memperkaya diri dengan memanfaatkan kebodohan rakyat.
Yang di maksud dengan penyalahgunaan adalah menurut ukuran modern, ukuran
kultur yang telah menelurkan KUHP sebab dalam rangka pandangan kuno tidak
ada penyalahgunaan kekuasaan.

3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien
Terkenal ucapan Prof.Soemitro Alm. Yang di kutip oleh media cetak bahwa
kebocoran mencapai 30% dari anggaran. Ternyata usaha pendidikan dan pelatihan
seperti P4 dan SESPA tidak mempan bukan saja untuk menguranginya. Korupsi
semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga sekarang.

4. Penyebab korupsi adalah modernisasi


Perkembangan korupsi berkaitan dengan modernisasi sosial dan ekonomi yang
cepat.
Menurut Huntington, penyebab modernisasi dapat mengembangbiakkan korupsi
ialah:
a. Modernisasi membawa perubahan-perubahan pada nilai dasar masyarakat.
b. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena membuka sumber-
sumber kekayaan dan kekuasaan baru.
c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang di
akibatkannya dalam bidang kegiatan sistem politik.

F. Pemberantasan korupsi di Indonesia


Memberantas korupsi dan semangat gambaru

Upaya memberantas korupsi yang saat ini marajalela di seluruh daerah, kalau tidak
diberantas dengan benar dan sunguh-sungguh , maka bencana korupsi di indonesia ini bisa
menimbulkan penderitaan yang yang lebih parah dari bencana alam. Bencana itu akan
menimpa seluruh rakyat indonesia, kalau segala kekayaan alam yang berlimpah,hutan yang
lebat , bumi yang subur, laut yang kaya, dan ribuan pulau diseluruh nusantara ini tidak
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Melainkan semuanya akan
dikuasai,dikelola, dan dihabiskan untuk dapat dinikmati para koruptor dan kroni-kroninya.
Dengan mempelajari dan mengambil semangat bangsa jepang dalam menghadapi dan
mengatasi bencana, kiranya tidak ada salahnya kalau bangsa indonesia mau mengatasi
bencana , kiranya tidak ada salahnya kalau bangsa indonesia mau mengatasi bencana korupsi
dengat semangat gambaru. Lalu apa dan bagaimana seharusnya mewujudkan gambaru
tersebut di indonesia?

Pertama, gambaru adalah kepedulian dan partisipasi masyarakat indonesia yang anti
korupsi,masyarakat yang tidak bersikap permisif terhadap koruptor. Masyarakat yang
berupaya mencegah dan menolak terjadinya korupsi,serta menolak keberadaan koruptor
dengan memberikan saksi sosial kepadanya. Masyarakat yang berperan serta dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan memberikan sanksi tidak langsung terhadap
koruptor, sehingga koruptormenjadi malu dan jera untuk melakukan korupsi.

Kedua, gambaru adalah etos kerja aparat penegak hukum yang jujur dan adil, yang
benar dan bertanggungjawab. Aparat yang sungguh-sungguh menegakkan hukum demi
tegaknya keadilan bagi semuanya tanpa pilih-pilih. Penegak hukum harus bisa
mengendalikan hukum dengan jujur dan adil, bukan penegak hukum yang dikendalikan oleh
mafia hukum untuk mempermainkan keadilan. Penegak hukum yang sungguh membela
kepentingan para pencari keadilan, bukan pembela kepentingan koruptor yang mampu
menyuap dan membayar.
Ketiga, gambaru adalah kejujuran dan kebersihan para penyelidik,penyidik,penuntut
umum, hakim dan pelaksana eksekusi yang bersih,jujur,adil,bertanggung jawab , tabu
melakukan rekayasa dan suap menyuap.tidak ada upaya rekayasa dalam proses penyelidikkan
dan penyidikan, sehingga tidak akan terjadi pemutar balikkan faktadan bukti , dan tidak ada
rekayasa status seorang saksi bisa bernasib menjadi tersangka atau status seorang tersangka
direkayasa menjadi saksi.

Keempat, gambaru adalah konsistensi dan independensikomisi pemberantasan


korupsi( KPK) yang mendapat kepercayaan dan dukungan sepenuhnya dari masyarakat
,karena sesungguhnya ,konsistensi dan keberaniannya membongkar semua kasus korupsi
tanpa tebang pilih.

Kelima, gambaru adalah moralitasdan disiplin semua penguasa,pejabat dan


penyelanggara negara, yang menjaga martabat dan kehormatan, yang tabu dan malu
melakukan korupsi. Penguasa yang tidak mau menyalah gunakan kekuasaan dan kewenangan
untuk menguntungkan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan bangsa dan negara.

Keenam, gambaru adalah kepedulian parlemen yang dekat dengan rakyat dan yang
sungguh bertanggung jawab dalam melaksanakan amanat rakyat , serta bersih dari korupsi
dalam segala bentuknya.Para anggota parlemen dipusat maupun di daerah yang senantiasa
megutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi,golongan dan partainya.
Anggota parlemen yang sungguh mempedulikan dan memperjuangkan nasib rakyat untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik.

Ketujuh, yang terutama untuk saat ini,gambaru adalah keteguhan dan ketegasan
tokoh pemimpin bangsa yang dipercaya dan di dukung sepenuhnya oleh rakyat. Pemimpin
yang percaya diri , mau dan berani tampil paling terdepan memimpin langsung memberantas
korupsi. Korupsi adalah musuh rakyat , oleh karenanya seluruh rakyat mengharapkan
pemimpinnya dapat membinasakan musuh itu dan rakyat bisa hidup sejahtera.

Kalau indonesia mau mensukseskan upaya pemberantasan korupsi yang sudah


terlajur marajelela dan melanda negeri ini, maka masyarakat, penegak hukum, KPK,
penguasa,pejabat, penyelenggara negara, anggota parlemen, tidak terkecuali pemimpin
bangsa,kesemuannya harus punya semangat gambaru.

Melawan serangan balik

Bahwa korupsi sedang melanda seluruh negeri ini dengan hebatnya, baik yang
melibatkan jajaran pejabat eksekutif dengan tingkat pusat dan daerah,maupun anggota
legislatif pusat dan daerah. Korupsi juga sudah melibatkan banyak aparat di
kepolisian,kejaksaan dan lain lainnya. Tetapi diindonesia saat ini , justru ada langkah-langkah
di sengaja atau tidak, namum dapat dinilai akan memperlemah pemberantasan korupsi ini
disebut sebagai serangan balik dari koruptor dan barisan pro-korupsi atau dari pihak yang
merasa terancam dan terganngu dengan adanya pemberantasan korupsi. Serangan balik itu
harus di lawan oleh semua pihak yang anti korupsi dan oleh semua komponen masyarakat
yang menyadari perlunya mewujudkan indonesia yang bebas korupsi.
Yang menjadi sasaran serangan balik adalah Undang-Undang tentang pemberantasan
tentang komisi pemberantas korupsi (KPK) dan Undang-undang tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi (TIPIKOR) , termasuk antara lain menurunkan tingkat kualifikasi
tindak pidana korupsi bukan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang
penanganannya juga harus luar biasa ,meringankan ancaman hukuman, serta menghilangkan
ancaman hukuman mati bagi koruptor.

Menegakkan kejujuran menyingkirkan korupsi

Untuk memberantas dan menghilangkan korupsi tidak cukup hanya dengan tindakan
hukum semata.Tidak cukup dengan menangkap,menahan,mengadili, dan memasukan pelaku
korupsi dalam penjara,tanpa melakukan tindakan yang konkrit guna menghilangkan
penyebabnya. Salah satunya merajalelanya korupsi adalah subur nya praktek ketidakjujuran
di semua bidang kehidupan masyarakat. Sejalan dengan tekad pemerintah untuk
memberantas habis korupsi, maka sudah seharusnya kalau pemerintah menjadikan kejujuran
sebagai gerakan nasional di negeri ini. Bilamana gerakan nasional kejujuran ini bisa di
realisir dan di organisir dengan baik, maka bangsa indonesia nantinya akan dikenal sebagai
bangsa yang berbudaya jujur dan sekaligus indonesia tidak akan dikenal lagi sebagai negara
yang terkorup di dunia.

G. Pemberantasan korupsi dalam penyelenggaraan otonomi daerah


Pada mulanya banyak orang berharap, agar penyelenggaraan otonomi daerah dapat
dijadikan sebagai sebuah momentum untuk mengeliminasi tingkat pertumbuhan dan
perkembangan perilaku korup yang telah berlangsung dalam penyusunan anggaran belanja
DPRD.

Ada dua pendekatan hukum yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu :

1. Pendekatan Preventive administrative


Pendekatan ini disalurkan melalui bekerjanya ketentuan-ketentuan hukum tata usaha
negara.

2. Pendekatan Repressive judical


Pendekatan represif yudisial disalurkan melalui bekerjanya ketentuan-ketentuan
hukum pidana.

Dalam hubungan kedua pendekatan itu, hukum pidana akan berfungsi sebagai
penangkal tahap kedua setelah bekerjanya hukum tata usaha negara. Ketentuan perundang-
undangan dalam ruang lingkup hukum tata usaha negara akan berfungsi mengatur dan
mengarahkan mekanisme tata usaha negara agar dapat mengurangi dan mencegah berbagai
bentuk penyelewengan. Sedangkan ketentuan-ketentuan hukum pidana akan menjadi tanggul-
tanggul yang defensif aktif dalam mengiringi bekerjanya hukum tata usaha negara.
Selain itu, masyarakat juga berperan aktif dalam pemberantasan korupsi, hal itu
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 telah meletakkan dasar yang kuat
bagi masyarakat untuk berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
Ada tiga tujuan strategi yang dapat dikembangan untuk memberdayakan peran serta
masyarakat lokal dalam pemberantasan korupsi, yaitu:
a. lembaga pemerintah harus memberikan peluang bagi pengawasan masyarakat
terhadap kegiatan-kegiatan pemerintah
b. menciptakan dan mendukung banyak organisasi pengawasan dari masyarakat tentang
pemberantasan korupsi
c. menyelesaikan kasus-kasus KKN di daerah
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Danil, Elwi, Korupsi: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasanny, Padang: Raja Grafindo
Persada, 2011

Anda mungkin juga menyukai