REFLEKSI KASUS
OLEH :
KADEK AGUS ARSANA
N 111 14 049
PEMBIMBING
dr. Patmawati, M.Kes.,Sp.KJ
Nama : An. H
Umur : 12 tahun
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
I. DESKRIPSI KASUS
Pasien anak laki-laki masuk dengan keluhan mengamuk yang dialami 1 hari
SMRS. Pasien mengamuk karena ibu pasien tidak memenuhi janjinya kepada pasien.
Pasien dijanjikan akan dibelikan sepeda oleh ibunya tapi karena alasan ekonomi ibu
pasien tidak bisa memenuhi janjinya. Pasien mengamuk dengan berteriak dan
Pasien memiliki riwayat kejang sejak umur 6 tahun yang ditandai dengan mata
tinggi, tidak sadar dan kaku seluruh badan. Kejang terjadi selama 10 menit. Setelah
kejang pasien tertidur pulas. Pada umur 8 tahun pasien mulai konsultsai ke bagian saraf
RSD MADANI dan diberikan obat anti epilepsi.. Pasien mengalami putus obat anti
epilepsi sejak 3 bulan yang lalu karena pasien tidak mau minum obatnya. Kejang terakhir
kali dialami 1 minggu yang lalu. Sebelum kejang, pasien merasa kepalanya sakit
kemudian tiba-tiba ia terjatuh, mata pasien mendelik ke atas dan kekakuan pada seluruh
badan. Pasien sering mengalami serangan kejang saat sedang bermain bersama temanya
dan saat pulang bermain tapi baru kali ini pasien mengamuk. Pasien juga memiliki
riwayat trauma kepala yang dialami hampir setiap pasien terjatuh akibat kejangnya.
Kasus ini sangat menarik untuk dibahas karena pasien mengalami serangan
epilepsi sejak umur 6 tahun tapi baru kali ini pasien mengamuk.
Aksis I : F06.8 Gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan disfungsi
sejati pada masa dewasa, klinisi harus segera mencurigai suatu cedera otak. Tidak ada
satupun tipe prilaku tertentu dan perubahan dalam ciri keperibadian yang bersifat
diagnostik. Penyakit yang istimewa menyerang lobus frontlis atau struktur subkortikal
cenderung bermanifesstasi dengan perubahan kepribadian yang menonjol. Trauma
yang mendasari. Litium karbonat, karbamazepim dan asam valproat digunakan untuk
medis umum:
b. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa
medis umum
c. Gangguan tersebut tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan mental lain
hendaya dalam fungsi sosial, okupasional atau area fungsi lain yang penting
Epilepsi adalah penyakit neurologis kronik yang palung sering pada populasi
umum dan menyerang kurang lebih satu persen populasi di Amerika Serikat. Gejala
a. Gejala praiktal
Kejadian praiktal pada epilepsi partial kompleks meliputi sensasi otonom (pipi
kembung, pipi memerah, dan perubahan napas), sensasi kognitif (seperti deja vu,
jamais vu, pikiran yang dibuat-buat) dan keadaa afektif seperti takut, panik,
depresi dan elasi seta keadaan klasik (sensasi menampar bibir, menggosok-gosok
dan mengunyah.
b. Gejala iktal
c. Gejala interiktal
1. Gangguan kepribadian
Gangguan ini cenderung terjadi pada pasien dengan epilepsi yang berasal dari
2. Gejala psikotik
Awitan gejala psikotik pada epilepsi bervariasi. Sangat klasik, gejala psikotik
tampak pada pasien yang mengalami epilepsi pada waktu yang lama dan
3. Kekerasan
epilepsi yang berasal dari lobus frontal dan temporal. Sebagian besar bukti
Kejadian ini lebih sering pada gejala lir-epilepsi . gangguan mood pada
epilepsi bersifat episodik dan sering muncul pada fokus epilepsi menyerang
Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukan adanya
yang bertujuan, terutama yang memakan waktu lebih lama dan penundaan
kepuasan
4. Gangguan proses pikir dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid dan/atau
5. Kecepatan adan arus pikir berubah dengan nyata dengan gambaran seperti
PENATALAKSANAAN
NON PSIKOFARMAKA
Ventilasi: memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keluhannya sehingga pasien merasa lega.
Konseling: memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memberikan saran-saran yang dapat membantu dalam
menyelesaikan masalah
Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang keadaan
pasien dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk menyembuhkan pasien.
PSIKOFARMAKA
Pada kasus ini ganggua mental disebabkan oleh epilepsi maka harus diberikanobat
anti epilepsi untuk mencegah kejang berulang dan kerusakan otak lebih parah. Obar
anti epilepsi untuk lini pertama grand mall seizure adalah asam valproat 2 x 120 mg
V. KESIMPULAN
1. Pasien mengalami kejang sejak umur 6 tahun dan diidagnosis sebagai grand mall
seizure sehingga diberikan obat anti epilepsi namun sempat mengalami putus obat
dan terjadi kejang lagi dan akhirnya masuk ke bagian jiwa RSD MADANI dengan
keluhan mengamuk dan tidak mau berbicara
2. Untuk kasus ganggun mental organik harus deterapi penyakit yang mendasari
gangguan mental.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FK UI, Jakarta.
2. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
3. Kaplan & Shadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2, EGC, Jakarta.
4. Tim Skill Lab FK UGM, 2012, Skill Laboratory Manual: Manual Block 8, FK UGM,
Yogyakarta.
5. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan klinis obat psikotropik. Bagian ilmu kedokteran
jiwa fakultas Unika atmajaya; Jakarta.