1. Definisi
Urethritis diartikan sebagai inflamasi yang diinduksi oleh infeksi pada urethra. Meskipun
berbagai kondisi klinis dapat mengakibatkan iritasi terhadap urethra, penggunaan istilah
urethritis khususny dipergunakan untuk inflamasi urethra yang disebabkan oleh Penyakit
Menular Seksual (PMS). Urethritis secara umum dikelompokkan kepada dua bentuk
berdasarkan penyebabnya: urethritis gonokokal (GO) dan urethritis non-gonokokal (GNO).
Urethritis Non-Gonokokal (GNO) biasa disebut sebagai Urethritis Non-Spesifik. Hal ini
adalah infeksi pada urethra, yakni sebuah saluran penyambung antara kandung kemih dengan
luar tubuh. Gejalanya mirip dengan gonorhea atau kencing nanah, namun terapi yang biasa
diberikan kepada gonorhea tidak akan dapat bekerja. Selain itu, GNO disebabkan oleh bakteri
yang disebut sebagai Chlamydia trachomatis dan beberapa jenis bakteri lainnya termasuk
ureaplasma urealyticum, mycoplasma, dan trichomonas-yang dapat mengakibatkan gejala
seperti pada GNO. GNO disebarkan secara seksual terutama kontak seksual tanpa
perlindungan, seksual per oral, atau pun seksual per anal.
2. Epidemiologi
Urethritis di seluruh dunia diperkirakan mencapai 62 jula kasus baru untuk kasus GO dan
89 juta kasus GNO baru yang dilaporkan setiap tahunnya. Sedangkan kejadian urethritis
terjadi di amerika dengan angka prevalensi 4 juta setiap tahunnya.Insidensi gonokokal
urethritis diperkirakan lebih dari 700.000 kasus baru setiap tahunnya dan kejadian dari GNO
dip[erkirakan 3 juta kasus baru setiap tahunnya. Keduanya merupakan kasus infeksi yang
seringkali tidak dilaporkan. Namun, angka kejadiaanya telah menurun secara bertahap dari
2000, sedangkan sebaliknya pada infeksi GNO kejadiannya cenderung meningkat. Kejadian
GNO meningkat terutama musim panas.
Sekitar 10-40% wanita dengan urethritis, akan berkembang menjadi penyakit inflamasi panggul
(PID) yang pada akhirnya seringkali mengakibatkan kemandulan dan kehamilan ektopik
sekunder pasca pembentukan jaringan parut oleh peradangan pada tuba folopi. PID bahkan dapat
terjadi pada wainta meski tidak menimbulkan gejala.
Anak yang terlahir oleh ibu yang memiliki infeksi Chlamydia dapat terserang konjungtivitis,
iritis, otitis media, atau pneumonia apabila terpapar dengan kuman saat lahir melewati jalan lahir.
Sehingga, penggunaan teknik bedah sesar dan prevensi tetes mata anti-chlamydia telah dapat
menurunkan angka insidensi masalah ini di negara-negara berkembang.
Sedangkan morbiditas yang diakibatkan oleh urethritis pada pria cenderung lebih rendah (1-2%),
biasanya membentuk striktur urethra atau sumbatan oleh karena jaringan parut pasca-
peradangan. Komplikasi lainnya yang dapat berpotensi terjadi akibat urethritis pada pria
termasuk prostatitis, epididimistis akut, pembentukan abses, proctitis, kemandulan, semen yang
tak normal, DGI (Disseminated Gonococcal Infection) dan arthritis reaktif.
Arthritis reaktif ditandai dengan GNO, uveitis anterior, dan arthritis, dan berkaitan sangat kuat
dengan gen HLA-B27. Jarang namun serius yakni komplikasi dari DGI, yaitu arthritis,
meningitis, dan endocarditis.
Urethritis tidak memiliki predileksi ras, walaupun, seseorang dengan kelas ekonomi sosial
menengah ke bawah terserang lebih sering apabila dibandingkan dengan kelas ekonomi sosial
yang lebih tinggi. Urethritis tidak memiliki predileksi seksual walaupun data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa wanita dengan urethritis seringkali tidak terdiagnosa. Angka kejadian
urethritis pada wanita hingga 75% pada wanita menunjukkan kondisi tanpa gejala atau datang
dengan Sistitis, vaginitis, atau servisitis. Pria homoseksual memiliki resiko lebih besar terserang
urethritis dibandingkan pria heteroseksual atau wanita pada umumnya. Secara umur, urethritis
cenderung terjadi pada seseorang yang aktif secara seksual namun memiliki tingkat insidensi
tertinggi pada usia 20-24 tahun. Angka mortalitas cenderung minimal pada pasien dengan
urethritis gonokokal atau non-gonokokal.
3. Manifestasi Klinis
A. Anamnesa
Dapatkan riwayat penyakit pasien secara hati hati. Hal tersebut akan dapat membantu
membedakan antara penyakit menular seksual dan sebab lainnya dari urethritis. Pernyataan dapat
bersifat profesional, dan dokter harus tampak peduli serta tidak menampakkan rasa jijik, marah,
atau menghakimi berdasarkan riwayat seksual pasien. Apabila pasien merasa tidak nyaman,
mereka mungkin tidak akan mengutarakan informasi yang penting yang dapat membantu
penatalaksanaan mereka atau penatalaksanaan bagi pasangan seksual mereka, termasuk rantai
penyakit yang mungkin dapat berhubungan dengan pasien (contoh, ketika si pasangan memiliki
pasangan lainnya).
Riwayat seksual : riwayat seksual yang lengkap akan meningkatkan atau menurunkan
kecenderungan urethritis sekunder berkaitan dengan PMS (Penyakit Menular Seksual).
Gejala : Banyak pasien, termasuk sekitar 25% dari mereka dengan GNO, tidak memiliki gejala
dan diketemukan saat skrining pasangannya. Lebih dari 75% wanita dengan infeksi C
trachomatis bersifat asimptomatis.
Waktu : Gejala, secara umum, sejak 4 hari hingga 2 minggu setelah kontak dengan
pasangan yang terinfeksi atau pasien juga dapat tidak memiliki gejala.
Duh urethra : Cairan yang dapat berwarna kekuningan, hijau, kecoklatan atau disertai
bercak bercak darah dan jumlah produksinya tidak berkaitan dengan aktifitas seksual.
Disuria : Disuria biasanya terlokalisasi pada lubang luar penis atau bagian distalnya,
memburuk saat kencing pagi hari pertama kali, dan diperburuk dengan konsumsi alkohol.
Frekuensi urinasi dan urgensi biasanya tidak disertai. Namun jika ada, pasien boleh jadi
memiliki prostatitis atau radang kandung kemih.
Gatal : sebuah sensasi dari gatal pada urethra atau iritasi dapat bertahan ketika urinasi,
dan beberaa pasien memiliki gejala gatal dibandingkan nyeri atau rasa terbakar.
Orchalgia : pria biasanya mengeluh rasa berat pada alat kelaminnya. Berkaitan dengan
nyeri pada testis yang mengarahkan kecurigaan kepada epididimitis, orchitis, atau
keduanya.
Siklus Menstruasi : Wanita biasanya mengeluh tentang perburukan gejala saat mens.
Benda asing atau instrumentasi : Pasien harus ditanyakan mengenai penggunaan kateter
urethra beberapa waktu yang lalu atau instrumentasi lainnya, baik secara medical maupun
secara mandiri. Prosedur tersebut dapat menyebabkan urethritis traumatis.
Gejala sistemik : Gejala sistematis (cth demam, mengigil, berkeringat, mual) biasanya tidak ada,
namun bila didapatkan, biasanya menandakan disseminasi gonokosemia, pyelonephritis, arthritis,
konjungtivitis, proctitis, prostatitis, epididymitis, atau orchitis, pneumonia, otitis media, nyeri
punggung bawah (cth, reaktif arthritis), iritis, atau ruam (karakteristiknya mencakup telapak
tangan atau telapak kaki). 2.2.3.2 Pemeriksaan Fisik
Kebanyakan pasien dengan urethritis tidak tampak sakit dan tidak muncul tanda tanda sepsis,
seperti demam, takikardia, takipnea, atau hipotensi. Fokus primer dari pemeriksaan adalah pada
alat kelaminnya.
Pria
Wanita
Umum
Demam, ruam pada telapak tangan, nyeri tekan sendi, dan konjungtivitis adalah indikasi
untuk penyakit secara sistematik.
4. Diferensial Diagnosa
5. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Urethritis dapat didiagnosa berdasarkan adanya satu atau lebih dari hal berikut : 1) Duh
urethra purulen atau mukopurulen, 2) hapusan duh urethra yang menunjukkan adanya, paling
tidak, 5 leukosit pe lapang minyak imersi secara mikrospkopis, dan 3) spesimen urine miksi
pertama yang menunjukkan leukosit esterase pada pemeriksaan dipstik atau paling tidak 10 sel
darah putih lapang pandang mikroskop.
Seluruh pasien dengan urethritis harus diuji untuk N Gonorrhoeae dan C trachomatis.
Pewarnaan Gram
Kultur endourethra (Diperoleh dengan cara memasukkn secara perlahan alat pengusap
yang fleksibel dengan ujung kapas berukuran 1 2 cm ke dalam urethra) diperlukan
untuk pengujian infeksi C trachomatis. Kultur endoservikal harus pula didapatkan bagi
wanita.
Kultur ini kemungkinan berguna sebagai alat skrining untuk N gonorrhoeae yang
memproduksi penicillinase atau secara kromosom dapat memediasi ketahanan terhadap
berbagai antibiotik. Dan melakukan skrining ini bersifat tidak efektif biaya.
Urin
Urinalisis adalah tes yang tidak berguna bagi pasien dengan urethritis kecuali dapat
membantu menyingkirkan adanya sistitis atau pyelonefritis, yang mana diperlukan pada
kasus kasus disuria tanpa disertai duh urethra. Pasien dengan urethritis non gonokokal,
pada lebih dari 30% pasien, tidak memiliki leukosit pada spesimen urin.
Preparat Basah : Sekresi akan menunjukkan adanya pergerakan dari organisme trichomonas,
apabila ada.
Pengujian PMS : Pasien dengan urethritis harus dikonsultasikan untuk resiko penyakit menular
seksual yang lebih serius, seperti uji serologi sifillis (Venereal Disease Research Laboratory Test
atau Rapid Plasma Reagin Test) dan Serologi HIV.
Swab nasofaring dan/atau rektal : Pria yang memiliki aktifitas seksual dengan pria harus
melakukan skrining gonorrhoeae dengan swab nasofaring dan/atau rektal.
Uji kehamilan : Wanita yang melakukan hubungan tanpa alat proteksi harus ditawarkan untuk uji
kehamilan.
Tes lainnya : Pasien dengan arthritis reaktif didiagnosa berdasarkan adanya GNO dan temuan
klinis dari uveitis dan arthritis. Uji HLA-B27 memiliki nilai yang terbatas. Lebih tersedia
perangkat-pernagkat seperti peningkatan laju endap darah (LED) pada faktor rheumatoid,
mungkin dapat berguna.
B. Pemeriksaan Pencitraan
6. Penatalaksanaan
A. Umum
Gejala dari urethritis seringkali hilang secara spontan dengan berjalannya waktu, tanpa
memerlukan terapi. Pemberian antibiotik bertujuan mencegah morbiditas dan mengurangi
transmisi penyakit kepada orang lainnya. Pengobatan terhadap pasangan kontak pasien dapat
mencegah terjadinya reinfeksi pada pasien itu sendiri.
Terapi antibiotik harus dapat mencakup kedua penyakit yakni urethritis gonokokal dan
urethritis non gonokokal. Apabil terapi gabungan keduanya tidak tersedia, resiko terjadinya
urethritis pasca gonokokal kurang lebih 50%. Pemilihan antibiotik haruslah berdasarkan
pembiayaan, efek yang tidak diinginkan, efektifitas, dan kepatuhan. Pada kebanyakan keadaan,
penatalaksanaan yang optimal dengan terapi dosis tunggal yang dimasukkan di bagian Instalasi
Rawat Darurat atau tempat praktek dokter.
B. Aktifitas
1. Antibiotik
Terapi antibiotik empirik harus secara komprehensif dan dapat mencakup keseleuruhan
patogen yang kemungkinan terlibat pada konteks klinis.
Terapi empiris lebih murah apabila dibandingkan dengan kultur pada populasi dengan angka
koinfeksi nya minimal 10%. Terapi dosis tunggal empiris menawarjan keuntungan pada pasien
yang tidak patuh atau yang cenderung tidak kembali untuk evaluasi pengobatan. Regimen dosis
tunggal termasuk azithromisin untuk C trachomatis dan dosis tunggal dari metronidazole
ditambah 7 hari tambahan eritromisin direkomendasikan untuk GNO berulang. Terapi antibiotik
direkomendasikan untuk individu yang terserang dan pasangan seksual dari individu tersebut
yang terdokumentasi infeksi trichomonal, meski tanpa gejala.
2. Azithromycin
Suspensi oral ( 100 mg/5 ml & 200mg/5ml ), serbuk injeksi (500mg), serbuk untuk suspensi oral
( 1g), dan tablet (250 mg, 500mg, dan 600 mg).
Dosis :
Aturan pakai :
1. Minum obat tidak bergantung kepada makanan namun makanan dapat meningkatkan
tingkat toleransi terhadap obat.
2. Oral suspensi konvensional dapat bertahan hingga 10 pasca rekonstitusi dan diminum
tanpa menggunakan makanan.
Kontraindikasi :
1. Diare (52,8%)
2. Mual (32,6%)
3. Nyeri perut (27%)
4. Konsistensi feses lunak (19,1%)
5. Perut terasa nyengkeram ( 2-10%)
6. Dyspepsia (9%)
Cara kerja : bekerja secara berikatan dengan 50S subunit ribosomal dan mikroorganisme yang
rentan dam menghambat disosiasi dari peptydil tRNA dari ribosom, mengakibatkan berhentinya
sintesis protein dependent-tRNA. Sintesis asam nukleat tidak terpengaruh. Metabolisme : Hepar;
Ekskresi : Feses 50% sebagai obat yang tidak terubah dan urin 5 12%; Absorbsi : cepat; Waktu
puncak plasma 2.3 4 hr; Waktu paruh : 68 hari.
3. Doxycycline
Sediaan : Kapsul ( 40 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg, dan 150 mg); serbuk injeksi (100mg &
200mg); sirup (50 mg/ml); tablet (20 mg, 75 mg, 100 mg, 150 mg); tablet lepas lambat (75 mg &
100 mg).
Dosis : Awal : 200 mg/hari terbagi 2 kali sehari PO/IV atau IV diberikan 1x/hari,
Lanjut : dosis rumatan : 100 200 mg/ hari terbagi tiap 12 jam PO/IV
Interaksi obat : Dapat mengurangi efek : amoxicillin, Vaksin BCG, sulfas ferrous.
Perhatian : Bukan merupakan obat pilihan bagi infeksi stafilokokal; Berisiko thrombophlebitis
dengan pemberian IV; Riwayat pertumbuhan berlebih candidiasis; Gangguan hepar; Fotosesitif
dapat terjadi pada pemaparan sinar matahari berlebih; Hindari penggunaan tetrasiklin pada
trimester akhir kehamilan hingga usia 8 tahun oleh karena perubahan warna permanen pada gigi;
Gejala yang menyerupai sindromfanconi pada tetrasiklin yang kadaluarsa.
4. Evaluasi
Pasien yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut adalah pasien dengan gejala menetap sehingga
memerlukan kultur evaluasi untuk memastikan eradikasi dari kuman. Jika gejala menetap setelah
pemberian terapi yang adekuat, penyakitnya terutama adalah non-gonokokal urethritis (GNO).
Kebanyakan kasus berulangnya urethritis non gonokokal disebabkan oleh persistensi dari
chlamydia, ureaplasmal, atau infeksi mikoplasma. Pasien tersebut akan mendapatkan manfaat
dari perpanjangan terapi erithromycin (14-28 hari). Pertimbangkan juga resistensi terhadap
urethritis gonokokoal berdasar data epidemiologis.
Infeksi setelah pengobatan kebanyakan dikarenakan reinfeksi olehpasangan yang sama ataupun
yang baru, sehingga tekankan kepada pentingnya edukasi dan penanganan terhadap rekan pasien.
Semua pasien dengan urethritis tanpa komplikasi dapat sembuh secara spontan dengan atau tanpa
pengobatan.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi : Striktur, stenosis, abse ( bersifat sangat jarang).
Epididimitis atau prostatitis yang terjadi bersamaan sangatlah jarang.Sedangkan pada wanita hal
tersebut dapat menjadi penyakit radang panggul atau abses tubo ovarial yang dapat menjadi
penyebab infertilitas.