Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria yang berusia diantara
15-35 tahun dan merupakan 1-2 % semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir ini
terdapat perbaikan usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika
dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik,
diketemukan penanda tumor, diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi, serta
teknik pembedahan yang lebih baik. Angka mortalitas menurun dari 50 % (1970)
menjadi 5 % .1,2
Insiden kanker testis memperlihatkan angka yang berbeda-beda di tiap negara,
begitu pula pada setiap ras dan tingkat sosioekonomi. Di negara skandinavia
dilaporkan 6,7 kasus baru dari 100.000 laki-laki tiap tahunnya sedangkan di Jepang
didapatkan 0,8 dari 100.000 penduduk laki-laki. Di Amerika Serikat ditemuan 6900
kasus baru kanker testis setiap tahunnya.5
Kemungkinan seorang laki-laki kulit putih untuk terkena kanker testis
sepanjang hidupnya di Amerika Serikat adalah 0,2%. Saat ini angka survival pasien
dengan tumor testis meningkat, hal ini memperlihatkan perkembangan dan perbaikan
dalam pengobatan dengan kombinasi kemoterapi yang efektif. Secara keseluruhan 5-
years survival rate mengalami peningkatan dari 78% pada 1974-1976 menjadi 91%
pada 1980 1985. Puncak insiden kasus tumor testis terjadi pada usia-usia akhir
remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada akhir usia dewasa ( Lebih dari
60 tahun ) dan pada anak ( 0-10 tahun ). Secara keseluruhan insiden tertinggi kasus
tumor testis terjadi pada pria dewasa muda, hal ini membuat tumor ini menjadi
noeplasma tersering mengenai pria usia 20-34 tahun dan tumor tersering kedua pada
pria usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan Inggris Raya.5
Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis kiri,
ini berhu-bungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis kanan
dibanding testis kiri. Pa-da tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis bilateral dan
kira-kira 50% terjadi pada pria de-ngan riwayat kriptokidsme unilateral ataupun
bilateral. Jika tumor testis sekunder disingkirkan maka insiden tumor testis primer
bilateral 1 2,8 % dari seluruh kasus tumor sel germinal testis. Tumor primer testis
bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak, tetapi cenderung memiliki
kesamaan jenis histilogisn.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TESTIS
Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal.
Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen terutama
testosteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis sel
yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah terdapat
jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada.

Gambar 1. Anatomi Testis

Testis normal berukuran rata-rata 4x3x2,5 cm. Organ ini diliputi oleh suatu
lapisan yang disebut dengan tunika albuginea, oleh suatu septa-septa jaringan ikat
testis dibagi menjadi 250 lobus. Pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh
suatu lapisan serosa yang disebut dengan tunika vaginalis yang meneruskan diri
menjadi lapisan parietal, lapisan ini langsung berhubungan dengan kulit skrotum. Di
sebelah posterolateral testis berhubungan dengan epididimis, terutama pada pool atas
dan bawahnya. Testis terdapat di dalam skrotum yang merupakan lapisan kulit yang
tidak rata dimana dibawahnya terdapat suatu lapisan yang disebut tunika dartos yang
terdiri dari serabut-serabut otot.

Perdarahan darah testis memiliki keterkaitan dengan peredarahan darah di


ginjal karena asal embriologi kedua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis
berasal dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dari
3

vasa deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Aliran darah dari
testis kembai ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di
anulus inguinalis interna akan membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan
akan masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk
ke dalam vena renalis kiri.

Gambar 2. Anatomi Testis (potongan sagital)

Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah bening
di daerah interaaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan, sedangkan
saluran limfe testis kiri mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening paraaorta kiri dan
daerah hilus ginjal kiri, paracaval kiri dan iliaka kiri.

B. ETIOLOGI TUMOR TESTIS


Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain : 1)
Maldesensus testis (Kriptorkismus), 2) Trauma testis, 3) Atrofi atau Infeksi testis, dan
4) Pengaruh hormone.1
Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan
7-10 % pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses tumorigenesis pasien
maldesensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal. Meskipun sudah dilakukan
orkidopeksi, resiko timbulnya degenerasi maligna masih tetap ada.1,3,4
Trauma local bukan merupakan faktor penyebab, tetapi trauma pada testis
yang telah mengandung tumor akan menarik perhatian terhadap keberadaan tumor.3
Berdasarkan sumber lainnya dituliskan bahwasanya faktor genetik, virus, atau
penyebab infeksi lain atau trauma testis tidak mempengaruhi terjadinya tumor ini. 2
4

Penggunaan hormone dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES, oleh ibu selama
kehamilan dini meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia
dewasa muda yang berarti karsinoma testis untuk janin laki-laki.2

C. KLASIFIKASI
Sebagian besar 95% tumor testis primer, berasal dari sel germinal sedangkan
sisanya berasal dari non germinal.1

TUMOR GANAS TESTIS

Primer Sekunder
Linfoma
Lekemia Infiltratif

Germinal Non Germinal


Tumor Sel Leydig

Seminoma Non Seminoma Tumor Sel Sertoli


Spematositik Karsinoma Sel Embrional Gonadoblastoma
Anaplastik Korio Karsinoma
Klasik Teratoma
Tumor Yolk Sac

D. PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN TUMOR TESTIS


Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhirnya mengenai
seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis,
funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulir skrotum. Tunika albuginea merupakan
barier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga
kerusakan tunika albuginea oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk
menyebar keluar testis.1
Kecuali korio karsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe
menuju ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama,
kemudian menuju ke kelenjar limfe mediastinal dan supraklavikula (Gambar 1),
5

sedangkan korio karsinoma menyebar secara hematogen ke paru-paru, hepar, dan


otak.1

E. GAMBARAN KLINIS
Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis unilateral yang berjalan
lambat, tidak nyeri dan tidak diafan.1,2,3 Namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat
pada kantong skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang
pasien mengeluh karena merasa ada massa di perut sebelah atas (10%) karena
pembesaran kelenjar paraaorta, benjolan pada kelenjar leher, dan 5% pasien
mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya
kadar B HCG di dalam sirkulasi sistemik yang banyak terdapat pada
koriokarsinoma.1,2
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada
palpasi, tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epididimis,
dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor
pada funikulus tau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen,
benjolan kelenjar supraklavikular, ataupun ginekomasti.1,2
Gejala dan tanda lain, seperti nyeri pinggang, kembung perut oleh karena
metastasis di paraaorta, dispnea atau batuk oleh karena metastasis di paru dan
ginekomastia menunjukkan pada metastasis yang luas.2

F. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


1. Anemnesa
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada
palpasi tetapi kadang-kadang nyeri pada perabaan dan konturnya bisa sangat ireguler
atau sedikit ireguler dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi.
3. Pemeriksaan penunjang
1. USG
Seminoma biasanya muncul sebagai massa testis homogen echogenicity rendah
dibandingkan dengan jaringan testis normal. Massa biasanya oval dan
didefinisikan dengan baik tanpa adanya invasi lokal. Aliran darah Internal terlihat.
6

Daerah fibrosis dan kalsifikasi kurang umum daripada non-seminomatous tumor


sel kuman. Seminoma lebih besar dapat tampil lebih beragam.

Gambar 3. Ultrasonografi dari Testis Kanan.


Sebuah gambar melintang melalui testis kanan (Panel A) menunjukkan massa
intratesticular kompleks dengan cysticcomponent (panah) dan komponen padat
(panah). Jaringan testis normal terlihat di sepanjang aspectof anterior massa. Sebuah
gambar Doppler (Panel B) mengungkapkan minimalvascularity dalam komponen
padat (panah)
2. CT Scan
7

CT abdomen dan panggul yang penting dalam memvisualisasikan metastasis


baik sebagai bagian dari seminoma stadium primer tetapi juga dalam diagnosis utama
ketika massa testis tidak diketahui. Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening
pada tingkat pembuluh ginjal adalah situs pertama khas karena menyebar ke drainase
limfatik dari testis berhubungan dengan penurunan testis embriologi. Metastasis nodal
sering besar, kepadatan homogen dan cenderung untuk membungkus vessles
sekitarnya. Metastasis kelenjar getah inguinalis atau iliaka simpul menyarankan
limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika
vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru,
hati, tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening
para-aorta penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah
metastasis kelenjar getah terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi
beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap ada yang dapat sulit dibedakan dari
penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.
3. MRI
Biasanya muncul sebagai tumor multinodular intensitas uniformsignal 3-4.
T2: hipo intens untuk jaringan testis yang normal
C+ (Gd) : band seperti struktur mewakili fibro-vaskular septa dapat
menunjukkan enhancment

Testiskanker.Signalpoorprosesdi testiskiri,sedangkantestis kananmemiliki


sinyalhomogentinggipadagambarT2-tertimbang
8

Gambar. Campuran GCT (seminoma digabungkan dan koriokarsinoma) dari testis


pada pria 31 tahun dengan testis membesar berisi massa teraba. (A) Coronal T2-
tertimbang gambar MR menunjukkan tumor, lancar marginated bulat. Meskipun
bagian atas tumor muncul secara homogen padat, bagian bawah adalah fibrosis.
(B) Coronal kontras ditingkatkan T1-tertimbang gambar MR menunjukkan
beberapa septa fibrovascular (panah), yang adalah indikasi dari sebuah seminoma.
Pada analisis patologis dari spesimen resected, bagian atas tumor didiagnosis
sebagai sebuah seminoma. (C)

Gambar. Tumor Testis Sel Leydig (nonseminoma) (a) belum berkembang (b)
stagetumor T1 dengan lokasi perifer di parenkim testis (c) stage tumor T2 di area
sentral bekas luka dengan sinyal yang tinggi (d) Gambaran patologi menunjukkan
tumor berbentuk lobus dengan ukuran 2 cm. Jaringan parut terlihat.
4. Pemeriksaan darah atau penanda tumor7
Untuk menandai tumor seminoma atau non seminoma
Yang dilihat adalah jumlah AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin)
9

aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh
karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak
diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor
ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada
keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini
meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40% - 60% pasien
karsinoma embrional, dan 5% - 10% pasien seminoma murni. HCG
mempunyai waktu paruh 24-36 jam

G. Stadium Tumor Testis4

Berdasarkan sistem klasifikasi TNM, penentuan T dilakukan setelah


orkidektomi berdasarkan atas pemeriksaan histopatologik. Beberapa cara penentuan
stadium klinis yang lebih sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu :

1. Stadium A atau I :

Untuk tumor testis yang masih terbatas pada testis.

2. Stadium B atau II :

Untuk tomur yang telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta).
Stadium B atau II dibagi menjadi 2 :

Stadium IIA (untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba)
Stadium IIB (untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba > 10 cm)

3. Stadium C atau III :

Untuk tumor yang telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.
10

Tabel Stadium dan Tingkat Penyebaran Tumor Testis

H. Diagnosa Banding7
Diagnosis banding meliputi setiap benjolan di dalam skrotum yang berhubungan
dengan testis seperti hidrokel, epididimitis, torsio testis.
1. Torsio testis
Dopplerultrasonografiadalah pemeriksaanyang paling tepat untukmelakukan
ketikatorsi testisdiduga.Demonstrasialiran darah padamediastinumtestishampir
selalumengesampingkantorsi testis, karena torsiyang paling seringterjadidi
11

sumsumspermatehanyaproksimalke tingkat ini. AtauMRI atauskintigrafidapat


dilakukan, yang terakhir akan menunjukkandaerahkekuranganfotondi
lokasitestistorsed.
2. Hidrokel

Gambar. Hidrokel(panah), spematocele(panah) dan


varikokel(panahterbuka)padaultrasonografiskrotum.

3. Epididimitis

I. PENANDA TUMOR
12

Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk membantu


diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respon pengobatan, dan sebagai
indikator prognosis tumor testis.1
Produk tumor ini juga dapat bertindak sebagai indikasi awal adanya
kekambuhan tumor. Hal ini memungkinkan untuk menetapkan lamanya pemberian
seri pengobatan selanjutnya, dan memungkinkan melakukan deteksi awal
kekambuhan ketika beban tumor masih minimal, karena itu kemoterapi akan lebih
efektif.3

Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah :1
1. FP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh
karsinoma embrional, keratokarsinoma atau tumor yolk sac, tetapi tidak
diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor
ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
2. HCG (Human Chorionic Gnadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada
keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini
meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40%-60% pasien
karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien seminoma murni. HCG mempunyai
waktu paruh 24-36 jam.

Secara ringkas nilai penanda tumor pada berbagai macam jenis tumor dapat dilihat
pada tabel 2.1
Tumor Marker Seminoma Non Seminoma
Non Chorio Ca Chorio Ca
FP - Meningkat 40-70% -
HCG Menigkat 7 % Meningkat 25-60% Meningkat 100%

Protokol yang ideal untuk mengukur kandungan marker di dalam serum yaitu
dilakukan pada waktu sebelum operasi yang kemudian diikuti secara teratur setelah
dilakukan orkidektomi. Kandungan marker perlu diukur dua kali setiap minggu
selama dua bulan pertama setelah operasi, atau sampai tercapainya kadar awal, yang
kemudian diperiksa sekali setiap minggu untuk jangka waktu enam bulan. Apabila
terdeteksi adanya kekambuhan tumor, diperlukan pengukuran yang lebih sering.
Penanda tumor secara biologis mempunyai waktu hidup empat hari untuk Alfa Feto
Protein dan sehari untuk HCG.3,4
13

J. PENATALAKSANAAN
Apabila pada waktu pemeriksaan klinik dicurigai adanya neoplasma testis,
diperlukan eksplorasi pembedahan sebagai tindak lanjutnya dengan dilakukan
orkidektomi. Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi
terbuka , potong beku atau biopsi jarum pada testis. Tindakan tersebut akan
membawa resiko terjadinya implantasi tumor dan dapat memberikan kesalahan
diagnosis sebagai tumor yang heterogen.1,3
Karena itu untuk penegakan diagnosis patologi anatomi, bahan jaringan harus
diambil dari orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui pendekatan inguinal setelah
mengankat testis dan funikulus spermatikus sampai anulus inguinalis internus. Biopsi
atau pendekatan trans-skrotal tidak diperbolehkan karena ditakutkan akan membuka
peluang sel-sel tumor mengadakan penyebaran.1 Insisi skrotum beresiko terjadinya
kekambuhan apabila tunika albuginea tersayat.3
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikatagorikan antara seminoma dan non
seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang cukup baik terhadap radiasi
sedangkan jenis non seminoma tidak sensitif. Oleh karena itu radiasi eksterna dipakai
sebagai adjuvan terapi pada seminoma testis. Pada seminoma yang belum melewati
stadium III dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal
lymphnode disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran aorta
yang sangat besar didahului dengan pemberian sitostatika terlebih dahulu dengan
harapan akan terjadi downstaging dan ukuran tumor akan mengecil. Sitostatika yang
diberikan di berbagai klinik tidak sama. Di beberapa klinik diberikan kombinasi
regimen (Sisplatimun, Vinblastin, dan Bleomisin).1

Bagan Penatalaksanaa Tumor Testis1

TUMOR TESTIS

Orkidektomi
14

Patologi Anatomi (+)


Staging

Stad Seminoma Stad Non Seminoma

I-IIA IIB-III I-IIA IIIB-III

Radiasi PVBRadiasi RPLNDPVBRPLND

K. PROGNOSIS
Pada beberapa tahun terakhir ini terlihat adanya peningkatan yang nyata dari
prognosis penderita tumor testis. Seminoma merupakan tumor yang radiosensitif yang
mempunyai prognosis sangat baik. Peningkatan utama, terdapat pada penderita tumor
sel benih yang non seminoma yang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu perkembangan
teknik imaging yang lebih tepat yang memperbaiki ketepatan penilaian stadium;
peningkatan teknik pemeriksaan petanda tumor; dan peningkatan mutu obat
kemoterapi yang digunakan. Akibatnya, sekarang ditemukan angka kesembuhan yang
sama dengan angka kesembuhan pada seminoma. 3
Sampai saat ini, pengelolaan biasanya berupa orkidektomi yang kemudian
diikuti radioterapi profilaktik pada kelenjar limfe para aorta. Cara ini menghasilkan
angka kesembuhan sebesar 90-95% pada seminoma.3
Kekambuhan yang terjadi kemudian diobati dengan pemberian kemoterapi.
Apabila penderita tetap hidup dalam jangka waktu sua tahun setelah pemberian
kemoterapi tanpa adanya proses kekambuhan, penderita dinyatakan sembuh.3
15

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan Dan Saran

Tumor testis merupakan tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan

stroma testis. Tumor testis cukup penting, banyak mengenai pria dewasa muda dan
16

merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada kelompok ini. Dalam

diagnosa penyakit diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan

radiologi.

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain : CT Scan, MRI, dan

USG. CT-Scan berguna untuk menentukan stadium pada tumor testis. Ultrasonografi

pada testis digunakan untuk menentukan penempatan suatu massa yang dapat teraba

ketika dicurigai adanya tumor pada testis. Biasanya, lesi ekstratestikular yang dapat

diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa intratestikular, terutama jika teraba, bersifat

ganas dan harus segera dioperasi. Sedangkan MRIdapat melihat gambaran jaringan

dari tumor testis tersebut.

Ketiga macam pemeriksaan radiologi tersebut penting dalam menegakkan

diagnosis tumor testis.

Saran dari penulis adalah pemeriksaan radiologi dalam mendiagnosa suatu

penyakit agar lebih ditingkatkan. Dan sebagai tenaga kesehatan ilmu radiologi harus

dipelajari dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo Basuki. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke 2. Cetakan ke V. Jakarta.


Sagung Seto. 2009.
2. De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. Jakarta. EGC. 2004
3. Underwood J. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2, Volume 2. EGC.
Jakarta. 2000.
4. Robbin and Kumar. Buku Ajar Patologi II. Edisi ke 4. EGC. Jakarta. 1995.
17

5. Lembar Fakta Statistik Kanker. http://seer.cancer.gov. Di akses tanggal 15


Januari 2011.

Kpd Yth :
Kepala Komite Pendidikan Pelatihan Pengembangan
Teknologi Kesehatan (KOPPPETEKES)
RSUD.Dr.R.M Djoelham kota Binjai

Saya menyatakan bahwa :


1. Intan purnama sari 7111081523
2. Stevie alfionita 7111081683
18

3. Muhammad benni 7112080179

Universitas islam sumatera utara

Benar bahwa Co-Assistant diatas telah selesai mengikuti stase radiologi dari tanggal
15 agustus 2016 10 september 2016 dan telah menyelesaikan tugas-tugasnya dengan
baik.

Binjai, 10 september 2016

Mengetahui
SMF Radiologi

dr.Juliamor Sinulingga Sp.Rad

Anda mungkin juga menyukai