Anda di halaman 1dari 6

2.

4 Pigmen Fotosintesis
Umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih
pigmen klorofil yang berwarna hijau. Berbagai sel fotosintesis
lainnya seperti pada ganggang dan bakteria, berwarna coklat, merah
atau ungu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen lain
disamping klorofil, yaitu pigmen pelengkap seperti karotenoid yang
berwarna kuning, merah atau ungu serta pigmen fikobilin yang
berwarna biru atau merah. Begitu cahaya bertemu atau mengenai
materi, cahaya itu dapat dipantulkan, diteruskan (ditransmisi), atau
diserap (diabsorpsi). Bahan-bahan yang menyerap cahaya-tampak
disebut pigmen. Pigmen yang berbeda akan menyerap cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda, dan panjang gelombang
yang diserap akan menghilang. Jika suatu pigmen diterangi dengan
cahaya putih, warna yang kita lihat adalah warna yang paling
dipantulkan atau diteruskan oleh pigmen yang bersangkutan. (Jika
suatu pigmen menyerap semua panjang gelombang, pigmen itu akan
tampak hitam.) Kita melihat warna hijau saat kita melihat daun
karena klorofil menyerap cahaya merah dan biru ketika meneruskan
dan memantulkan cahaya hijau. Kemampuan pigmen untuk untuk
menyerap berbagai panjang gelombang cahaya diukur dengan
menempatkan larutan pigmen itu dalam spektrofotometer. Grafik
yang merupakan plot penyerapan (absorpsi) cahaya oleh pigmen
terhadap panjang gelombang disebut spektrum absorpsi (jamak:
spektra absorpsi) (Campbell, 2000).
Spektrum absorpsi untuk klorofil a memberikan petunjuk
tentang keefektifan relative panjang gelombang yang berbeda dalam
menggerakkan fotosintesis, karena cahaya dapat melakukan kerja
dalam kloroplas hanya jika ia diserap. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, cahaya biru dan merah paling baik untuk fotosintesis,
sementara hijau merupakan warna yang paling tidak efektif.
Spektrum aksi menggambarkan kinerja relative dari panjang
gelombang yang berbeda, dengan cara yang lebih akurat daripada
spektrum absorpsi. Spektrum aksi dipersiapkan dengan menerangi
kloroplas menggunakan warna cahaya yang berbeda dan kemudian
membuat plot panjang gelombang terhadap beberapa ukuran laju
fotosintesis, seperti konsumsi karbon dioksida atau pelepasan
oksigen (Campbell, 2000).
Spektrum aksi untuk fotosintesis tidak sama persis dengan
spektrum absorpsi klorofil a. Spektrum absorpsi terlalu rendah
memperkirakan keefektifan panjang gelombang tertentu dalam
menggerakkan fotosintesis. Hal ini sebagian disebabkan karena
klorofil a bukanlah satu-satunya pigmen yang penting secara
fotosintetik dalam kloroplas. Hanya klotofil a yang dapat berperan
serta secara langsung dalam reaksi terang, yang mengubah energi
matahari menjadi energi kimiawi. Tetapi pigmen lain dalam
membran tilakoid dapat menyerap cahaya dan mentransfer
energinya ke klorofil a, yang kemudian mengawali reaksi terang.
Salah satu dari pigmen aksesoris ini ialah bentuk klorofil yang lain,
yaitu klorofil b. Klorofil b ini hampir identik dengan klorofil a,
tetapi perbedaan structural yang kecil di antara keduanya telah
cukup untuk membuat kedua pigmen tersebut mempunyai spektra
absorpsi yang berbeda, sehingga warnanyapun juga berbeda.
Klorofil a berwarna biru-hijau sementara klorofil b berwarna
kuning-hijau. Jika foton cahaya matahari diserap oleh klorofil b,
energi disalurkan ke klorofil a, yang kemudian berperilaku seolah-
olah klorofil inilah yang telah menyerap foton tersebut. Pigmen
aksesoris lainnya termasuk karotenoid, hidrokarbon yang
mempunyai warna berbagai campuran kuning dan jingga. Beberapa
karotenoid mungkin memperluas spektrum dari warna-warna yang
dapat menggerakkan fotossintesis. Namun demikian, sebagian
karotenoid tampaknya berfungsi terutama dalam fotoproteksi:
bukannya meneruskan energi ke klorofil, senyawa ini malah
menyerap dan melepaskan energi cahaya yang berlebihan, yang jika
tidak dilepas akan merusak klorofil. (yang menarik, karotenoid yang
serupa mungkin memiliki peran fotoproteksi dalam mata manusia
(Campbell, 2000)
Klorofil
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang
terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu,
serta meref leksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan
memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan
memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-
reaksi cahaya dalam Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan
cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya
dalam proses fotosintesis (Larkum dkk, 2005).
Klorofil-a dalam aseton menunjukkan maksimum serapan
pada 663 nm dan 420 nm, sedangkan dalam sel utuh maksimum
serapannya 660, 670, 678, dan 685 nm. Pergeseran spektrum ini
disebabkan oleh adanya keadaan yang berbeda-beda dari pengikatan
molekul klorofil-a dengan berbagai protein khas di dalam sel
tumbuhan (Larkum dkk, 2005).
Klorofil-b adalah klorofil kedua yang terdapat dalam
tumbuhan hijau sedangkan klorofil-c terdapat dalam ganggang
coklat, diatom, dan dinoflagellata. Sel fotosintesis prokariot yang
tidak menghasilkan O2 tidak mengandung klorofil-a akan tetapi
mengandung bakterioklorofil-a atau bakterioklorofil-b. Bakteri hijau
mengandung klorofil klorobium (Larkum dkk, 2005).
Macam Klorofil :
1. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg): warna hijau tua (hijau biru),
biasanya terdapat pada semua tanaman.
2. Klorofil-b (C55H70O6N4Mg): warna hijau muda (hijau
kekuningan), biasanya terdapat pada kebanyakan tanaman.
3. Klorofil-c: warna hijau coklat. Klorofil c dibagi menjadi 2, yaitu
klorofil c1 (C35H30O5N4Mg) dan c2 (C35H28O5N4Mg).
Biasanya terdapat pada golongan alga.
4. Klorofil-d (C54H70O6N4Mg) :warna hijau merah pada ganggang
merah, biasanya terdapat pada Cyanobacteria (Larkum dkk,
2005).
Menurut (Larkum. Dkk, 2005) menyatakan bahwa klorofil
a dianggap sebagai klorofil satu peran dalam pengolahan fotokimia
phototrophs oksigen, sedangkan klorofil d (CHL d), ditemukan
dalam jumlah kecil di ganggang merah pada tahun 1943, sering
dianggap sebagai isolasi artefak. Sekarang, setelah penemuan
selama tahun lalu, menjadi jelas bahwa CHL d adalah klorofil utama
sebuah cyanobacterium bebas dan luas yang hidup dalam
lingkungan cahaya dipisahkan dari cahaya tampak dan radiasi infra
merah ditingkatkan. Selain itu, klorofil d CHL d tidak hanya
memiliki peran panen tetapi juga dapat menggantikan CHL dalam
sepasang khusus klorofil dalam dua pusat reaksi fotosintesis
(Larkum dkk, 2005).
4.3 Kandungan Pigmen (aku cuman klorofil a)

Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang


paling penting bagi organisme yang ada di perairan. Ada tiga
macam klorofil yang dikenal hingga saat ini yang dimiliki
fitoplankton yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d,
disamping itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis yang lain
seperti karoten dan xontofil dari pigmen tersebut klorofil-a
merupakan pigmen yang paling umum yang terdapat dalam
fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi fitoplankton sering
dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a. Klorofil-a termasuk ke
dalam zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan berperan
dalam proses perubahan energy cahaya menjadi energy kimia
terimpan. Proses ini dikenal dengan fotosintesis. Kandungan klorofil
di perairan berkaitan erat denagn kelimpahan fitoplankton
(Hendriyani dkk, 2009).

Hasil dari praktikum ditemukan klorofil-a berwarna hijau


tua dengan rumus kimia C55H72O5N4Mg (Gambar x) dan berwarna
hijau muda untuk klorofil b dengan rumus molekul C55H70O6N4Mg
(Lakitan, 2004). Molekul klorofil terdiri dari dua bagian (Gambar x)
yaitu kepala porfirin dan rantai hidrokarbon yang panjang, atau ekor
fitol. Porfirin adalah tetrapirol siklik, yang terdiri dari empat
nitrogen yang mengikat cincin pirol yang dihubungkan dengan
empat rantai metana disebut porfin (Lakitan, 2004).
Gambar x. Rumus molekul klorofil a dan klorofil b

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2000. Biologi. Erlangga: Jakarta

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja


Grafindo Persada: Jakarta.

Larkum, Anthony W.D. dkk. 2005. Chlorophyll d: the puzzle


resolved. School of Biological Sciences, Building A08,
University of Sydney : Australia.

Hendriyani, Ika Susanti dan Nintya Setiari. 2009. Kandungan


Klorofil Dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna
Sinensis) Pada Tingkat Penyediaan Air Yang Berbeda. J. Sains
& Mat. Vol. 17 No. 3, Juli 2009: 145-150.

Anda mungkin juga menyukai