Anda di halaman 1dari 10

JURNAL VOICE OF MIDWIFERY

Artikel Penelitian

Volume 08 Nomor 01 Maret 2018 Halaman 734 - 743

IDENTIFIKASI SALMONELLA TYPHI PADA PENDERITA DEMAM


TIFOID DI PUSKESMAS MALILI

Identification Of Salmonella typhi To Typhoid Fever Suspect In Malili Public Health


Center

Marhani
Dosen Tetap Yayasan AKBID Muhammadiyah Palopo
Alamat Korespondensi : Jl. Durian no.68 Kota Palopo
Hp. 081242172231 Email : marhani_mikro14@yahoo.co.id.

ABSTRACT ABSTRAK
The success of epidemiological survey of Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang
Salmonella is associated with procedures adopted disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam ini
to differentiate the genotypes of Salmonella typhi. menjadi penyebab penting dari penyakit dan
The research aimed identification of Salmonella kematian dengan kejadian infeksi secara global
typhi from the blood culture of typhoid fever yaitu 21,6 juta dan sekitar 200.000 kematian setiap
suspect. The research was conducted in the tahunnya dari demam tifoid (Bhutta, 2006).
Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Hasanuddin University. Samples were taken from Salmonella typhi dari kultur darah pasien demam
Public health centers (PHC) in Malili. This was an tifoid. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
analytic quantitative research with the cross Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
sectional approach. Samples were collected from Hasanuddin. Sampel diambil di Puskesmas yang
the blood of the patients with suspected positive ada di Malili. Penelitian ini adalah penelitian
typhoid fever suspects. The samples were cultured kuantitatif secara analitik dengan pendekatan cross
to obtain S.typhi isolates finally the data were sectional. Sampel yang dikumpulkan adalah darah
analysed. The research result indicates that in the pasien suspek demam tifoid yang positif. Sampel
culture examination, the isolation result of the dikultur untuk mendapatkan isolat S.typhi lalu
Salmonella typhi from the blood samples of 98 dilakukan analisis data. Hasil penelitian
patients, its obtained 20 (20.4%) positive typhoid menunjukkan bahwa pada pemeriksaan kultur, hasil
fever samples. This show that successfull isolasi Salmonella typhi dari sampel darah 98
identification of Salmonella typhi still lower. This pasien demam tifoid diperoleh 20 sampel positif.
is depend of several factor such as using antibiotic Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan
before take of blood, limited used of isolation identifikasi S.typhi masih rendah. Hal ini
media, total of less bacteria in blood, less volume tergantung dari beberapa faktor seperti adanya
of blood and time to take of blood not exactly. penggunaan antibiotik sebelum pengambilan darah,
keterbatasan media isolasi yang digunakan, jumlah
Keywords : Salmonella typhi,isolation, typhoid bakteri yang sangat minimal dalam darah, volume
fever. darah yang tidak mencukupi dan waktu
pengambilan darah yang tidak tepat.

Kata Kunci : Salmonella typhi , isolasi, demam


tifoid

734 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


PENDAHULUAN Penderita demam tifoid atau karier
Demam tifoid atau typhoid fever tifoid merupakan sumber penularan kuman
merupakan penyakit infeksi dan menjadi S.typhi, oleh karena itu kontak langsung
masalah serius di dunia. Di Indonesia dengan penderita atau karier sangat erat
penyakit ini adalah suatu penyakit endemis hubungannya dengan proses infeksi kuman
dengan angka kejadian termasuk yang Salmonella. Umumnya penularan kuman
tertinggi, yaitu antara 358-810/100.000 S.typhi paling sering melalui makanan dan
penduduk/tahun (Nurtjahyani, 2007). minuman yang terkontaminasi feses
manusia.Penularan melalui air minum
Salmonella typhi adalah bakteri gram yang tercemar kuman S.typhi disebabkan
negatif yang menyebabkan demam tifoid karena sanitasi yang kurang baik atau
yang merupakan penyakit infeksi sistemik, secara langsung melalui penyebaran fekal-
bersifat endemik dan masih menjadi oral karena hygiene yang jelek, terutama
problem kesehatan berbagai negara, terjadinya di negara-negara berkembang
bermunculannya galur yang resisten (Hatta and Smith, 2007).
antibiotik, lambatnya diagnosis dan belum
ada vaksin yang benar-benar efektif, Berdasarkan uraian tersebut di atas,
sehingga menyebabkan kasus demam maka pada penelitian ini dilakukan
tifoid di Indonesia cukup tinggi (Hatta identifikasi Salmonella typhi terhadap
dkk., 2011). penderita demam tifoid. Hal ini
menunjukkan bahwa perlu dilakukan
Sulawesi Selatan merupakan salah identifikasi S.typhi khususnya di Malili
satu propinsi di Indonesia dengan masih sangat terbatas, oleh karena itu
prevalensi demam tifoid yang cukup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tinggi. Berdasarkan data Depkes RI (2007) identifikasi S. typhi pada penderita demam
dalam Hatta dan Ratnawati, (2008), pada tifoid di Malili.
tahun 1991 terdeteksi 257/100.000 kasus
demam tifoid dan meningkat menjadi
386/100.000 tahun 2007. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit ini dilaporkan endemik di 1. Demam Tifoid
24 kabupaten di Sulsel dan merupakan Istilah demam tifoid atau biasa
penyakit infeksi terbanyak keempat dari disebut demam enterik merupakan
lima penyakit menular di Sulsel selain karakteristik untuk infeksi Salmonella
influenza, diare, TBC dan pneumonia. typhi dan cenderung lebih berat
Penyakit ini merupakan penyebab dibandingkan dengan infeksi
terpenting terjadinya septikemia terkait Salmonella yang lain (Cleary, 2000).
komunitas, dengan insiden rate yang Tahun 1829 Pierre Louis
dilaporkan melebihi 2500/100.000 (Prancis) mengeluarkan istilah typhoid
penduduk (Dinas Kesehatan Prop.Sulsel, atau typhus (Yunani = typhos).
2009). Terminologi ini dipakai untuk penderita
yang mengalami demam disertai
Resistensi obat pada demam tifoid kesadaran terganggu. Pada tahun 1884
ini merupakan suatu hal yang serius di Gaffky berhasil membiakkan S. typhi
Indonesia , karena dibutuhkan obat dan memastikan bahwa penularannya
pengganti yang cukup mahal untuk terapi melalui air dan bukan udara. Tahun
tifoid. Sebuah usaha serius diperlukan 1896 Widal menemukan salah satu
dengan pelayanan medis untuk metode untuk diagnosis demam tifoid
mendapatkan diagnosis yang benar (Darmowandowo, 2003).
sehingga pengobatan atau vaksinasi dapat Demam tifoid termasuk penyakit
digunakan untuk mengendalikan menular yang tercantum dalam
penyebaran resistensi obat-obatan tifoid ini Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962
(Hatta dkk., 2008). tentang wabah. Kelompok penyakit
menular ini merupakan penyakit yang
8

735 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


mudah menular dan dapat menyerang termasuk penyakit menular yang
banyak orang sehingga dapat tercantum dalam Undang-Undang No. 6
menimbulkan wabah (Widodo, 2006). tahun 1962 tentang wabah. Walaupun
demam tifoid tercantum dalam UU
2. Epidemiologi dan Distribusi Demam wabah dan wajib dilaporkan, data yang
Tifoid lengkap belum ada sehingga gambaran
Demam tifoid merupakan epidemiologisnya belum diketahui
penyakit infeksi akut dan bersifat secara pasti (Santoso, 2003).
endemis yang disebabkan oleh Penyakit ini dilaporkan endemik
Salmonella typhi yang termasuk bakteri di 24 kabupaten di Sulsel dan
gram negatif berbentuk basil dan merupakan penyakit infeksi terbanyak
bersifat patogen intrasellular obligat keempat dari lima penyakit menular di
pada manusia yang menginfeksi Sulsel selain influenza, diare, TBC dan
makrofag dan sel Schwann.(Kwenang, pneumonia. Penyakit ini merupakan
2007). penyebab terpenting terjadinya
Menurut data WHO (2003) septikemia terkait komunitas, dengan
memperkirakan lebih dari 16 juta kasus insiden rate yang dilaporkan melebihi
demam tifoid terjadi setiap tahunnya di 2500/100.000 penduduk (Dinas
seluruh dunia dengan angka kematian Kesehatan Prop.Sulsel, 2009).
lebih dari 16 juta jiwa dan kebanyakan
insiden ini terjadi di negara-negara 3. Penularan/transmisi
berkembang di kawasan Asia dan Penyebaran penyakit ini terjadi
Afrika. Demam tifoid merupakan sepanjang tahun dan tidak tergantung
penyakit sistemik yang mengancam pada iklim, tetapi lebih banyak
nyawa, karena menginvasi usus dijumpai di negara-negara sedang
halus.Menurut World Health berkembang di daerah tropis, hal ini
Organization diperkirakan terjadi 17 disebabkan karena penyediaan air
juta kasus demam tifoid per tahun dan bersih, sanitasi lingkungan dan
600 ribu diantaranya berakhir dengan kebersihan individu yang masih kurang
kematian.Sekitar 70% dari seluruh baik oleh karena itu pencegahan
kasus kematian itu menimpa penderita penyakit demam tifoid mencakup
demam tifoid di Asia (Maskalyk, 2003). sanitasi dasar dan kebersihan pribadi,
Center for Disease Control and yang meliputi pengolahan air bersih,
Prevention Indonesia melaporkan penyaluran air dan pengendalian
prevalensi demam tifoid mencapai 358- limbah, penyediaan fasilitas cuci
810/100.000 populasi pada tahun 2007 tangan, pembangunan dan pemakaian
dengan 64% penyakit ditemukan pada WC, merebus air untuk keperluan
usia 3-19 tahun dan angka minum dan pengawasan terhadap
mortalitasnya bervariasi antara 3,1- penyedia makanan (Ivanov, 1998).
10,4% pada pasien rawat inap Sumber penyebaran Salmonella
(Handjoeno, 2001). typhi di populasi dapat melalui
Center for Disease Control and lingkungan yang tercemar. Daya tahan
Prevention Indonesia melaporkan hidup S.typhi di alam bebas seperti air,
prevalensi demam tifoid mencapai 358- tanah atau pada bahan makanan dapat
810/100.000 populasi pada tahun 2007 bertahan hidup lebih lama. Dalam feses
dengan 64% penyakit ditemukan pada di luar tubuh manusia, bakteri ini dapat
usia 3-19 tahun dan angka bertahan hidup antara 1-2 bulan.
mortalitasnya bervariasi antara 3,1- Sedangkan dalam air susu dapat
10,4% pada pasien rawat inap berkembang biak dan hidup lebih lama
(Handjoeno, 2001). sehingga sering merupakan faktor
Demam tifoid sudah menjadi utama penularan penyakit demam tifoid
endemik di Indonesia, penyakit ini (Widodo, 2006).
8

736 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


Penderita demam tifoid atau 5. Gejala Klinis
karier tifoid merupakan sumber Masa inkubasi demam tifoid rata-
penularan kuman S.typhi, oleh karena rata 7-20 hari. Inkubasi terpendek 3 hari
itu kontak langsung dengan penderita dan terlama 60 hari. Masa inkubasi ini
atau karier sangat erat hubungannya mempunyai korelasi dengan jumlah
dengan proses infeksi kuman kuman yang tertelan, umur, status gizi
Salmonella typhi. Umumnya penularan dan status imunologik penderita.
kuman S.typhi paling sering melalui Gejala klinik yang timbul sangat
makanan dan minuman yang bervariasi dari ringan atau
terkontaminasi feses manusia. asimptomatik sampai berat. Perbedaan
Penularan melalui air minum yang ini tidak saja ditemukan antar negara,
tercemar kuman S.typhi disebabkan tetapi juga daerah yang sama dari waktu
karena sanitasi yang kurang baik atau ke waktu. Gambaran klinik sangat
secara langsung melalui penyebaran bervariasi dari yang ringan sampai
fekal-oral karena hygiene yang jelek, penyakit yang khas disetai komplikasi
terutama terjadinya di negara-negara dan kematian. Hal ini menyebabkan
berkembang (Hatta and Smith, 2007). seorang ahli mengalami kesulitan untuk
membuat diagnosis klinik demam tifoid
4. Patogenesis (Widodo, 2006).
Demam tifoid adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh 6. Diagnosis Demam Tifoid
bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini Beberapa faktor penyebab demam
khusus menyerang manusia, bakteri ini tifoid masih menjadi masalah kesehatan
ditularkan melalui makanan dan penting di negara berkembang meliputi
minuman yang terkontaminasi oleh keterlambatan penegakan diagnosis
kotoran atau tinja dari seseorang pasti. Penegakan diagnosis demam
pengidap atau penderita demam tifoid. tifoid saat ini dilakukan secara klinis
Salmonella typhi penyebab dan melalui pemeriksaan laboratorium.
demam tifoid masuk kedalam tubuh Diagnosis demam tifoid secara klinis
manusia, setelah masuk kedalam tubuh, tidak tepat karena tidak ditemukannya
bakteri S. typhi menuju kesaluran gejala yang sama pada beberapa
pencernaan dan melekat pada sel fagosit penyakit lain terutama pada minggu
mononuclear (makrofag dan monosit). pertama sakit.
Sel pagosit ini merupakan sel dari Hal ini menunjukkan perlunya
sistem imun yang bekerja untuk pemeriksaan penunjang laboratorium
membunuh bakteri dan virus pathogen untuk konfirmasi penegakan diagnosis
yang masuk ke dalam tubuh. demam tifoid. Akan tetapi di daerah-
Namun, S. typhi mampu daerah dimana pemeriksaan
mempertahankan dan memperbanyak laboratorium bakteriologi dan`serologis
diri dalam sel ini. Karena kemampuan sulit dilakukan sehingga diagnosis
S. typhi bertahan dalam sel maka hanya ditegakkan atas dasar gejala dan
bakteri ini digolongkan ke dalam parasit tanda klinis yang ada. Oleh karena itu
fakultatif intraselluler. Ada sebagian maka ketajaman pengenalan gejala serta
bakteri yang dihancurkan oleh asam tanda klinis sangat penting untuk
lambung dan sebagian lagi masuk ke memastikan diagnosis demam tifoid
usus halus dan mencapai jaringan (Hatta et al, 2002).
limfoid plak peyer dipusat ileum yg Metode serologi yang biasa digunakan
mengalami hipertrofi (Everest 2001, De dalam diagnosis demam tifoid antara
Witt 2002). lain :
A. Uji Widal
Reaksi widal adalah suatu
reaksi serum (sero-test) untuk
8

737 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


mengetahui ada tidaknya antibodi Tes biasanya dilakukan pada
terhadap Salmonella typhi dengan serum akut (serum yang pertama kali
jalan mereaksikan serum seseorang diambil saat pertama kali kontak
dengan antigen O; H dan Vi di dengan pasien). Minimal harus
laboratorium. Bila terjadi aglutinasi, didapatkan 1 ml darah untuk
dikatakan reaksi Widal positif yang mendapatkan jumlah serum yang
berarti serum orang tersebut cukup.
mempunyai antibody terhadap Tes Widal memiliki sensitifitas
Salmonella typhi, baik setelah dan spesifisitas rendah. Tes ini dapat
vaksinasi, setelah sembuh dari memberikan hasil negatif sampai
penyakit typhus atau yang sedang 30% dari pembuktian tes kultur yang
menderita typhus. Reaksi Widal positif penyakit demam typhoid. Hal
negatif artinya tidak memiliki ini disebabkan karena pemberian
antibody terhadap Salmonella typhi. terapi antibiotik sebelum
Reaksi widal dipakai untuk pemeriksaan dapat menumpulkan
menegakkan diagnosa penyakit respon antibody (WHO, 2003).
demam tifoid. Peninggian titer Prinsip tes Widal adalah pasien
agglutinin O menunjukkan adanya dengan demam typhoid atau demam
infeksi yang aktif; peninggian titer enterik akan memiliki antibodi di
agglutinin H menunjukkan dalam serumnya yang dapat bereaksi
disebabkan vaksinasi; peninggian dan beraglutinasi dilusi
titer agglutinin Vi menunjukkan ganda.(Sridhar, 2009).
karier (Entjang, 2003). Pada daerah endemis demam
Pemeriksaan serologi yang typhoid sering ditemukan level
masih dikerjakan pada pasien yang antibodi yang rendah pada populasi
dirawat dengan demam typhoid di normal. Penentuan diagnosis yang
Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai tepat untuk hasil positif dapat
diagnostik tes Widal adalah melihat menjadi sulit pada area yang berbeda
adanya kenaikan titer antibodi yang (WHO, 2003).
bermakna dalam darah terhadap Oleh karena itu, penting untuk
antigen O (somatik) dan/atau antigen menetapkan level antibodi pada
H (flagellar) Salmonella enterica populasi normal di daerah atau area
serotype typhi pada 2 kali khusus supaya penentuan nilai
pengambilan spesimen serum ambang batas atas titer antibodi
dengan interval waktu 10-14 hari signifikan. Hal tersebut khususnya
(Mulyawan, dkk., 2004). penting jika hanya ada sampel serum
Tes Widal merupakan tes akut tanpa ada sampel serum periode
aglutinasi yang digunakan dalam convalescence untuk pengetesan
diagnosis serologi penyakit demam Widal (Kulkarni, 2007).
typhoid atau demam enterik
(Sridhar, 2009). B. ELISA (Enzyme Linked
Tes Widal mengukur level Immunosorbent Assay)
aglutinasi antibodi terhadap antigen ELISA adalah suatu
O (somatik) dan antigen H pengujian yang melibatkan enzim
(flagellar). Level tersebut diukur dan yang penting dalam teknik ini
dengan menggunakan dilusi ganda adalah uji kadar immunosorbent
serum pada tabung tes.Biasanya, terikat enzim. ELISA digunakan
antibodi O terlihat pada hari ke 6-8 untuk melacak antibodi terhadap
dan antibodi H terlihat pada hari ke antigen S.typhi. Keragaman terbesar
10-12 setelah munculnya gejala dalam merancang
penyakit demam typhoid. ELISA dapat dilihat dalam
pemilihan konyugat dan substratnya.
8

738 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


Berbagai enzim telah tersedia, enzim 7. Morfologi Salmonella typhi
ini mengikat secara langsung ke Salmonellae adalah basil gram
antibodi atau antigen atau secara negative tidak berkapsul, ukurannya
tidak langsung melalui biotin/ bervariasi antara 1-3,5 µm x 0,5 - 0,8
streptavidin. Uji ini digunakan untuk µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm,
imunodiagnosa infeksi oleh virus tidak berspora, motil dengan
dan antigen microbial lain. Selain menggunakan peritrichous flagella
itu, metode ini juga dapat digunakan (flagella perithrik) kecuali S.pullorum
untuk mendeteksi anti lipopoli- dan S.gallinarum. Bakteri ini biasanya
sakarida dan anti flagellum IgG pada memproduksi H2S, tetapi hampir tidak
demam tifoid (Baratawidjaja, 1996; pernah memfermentasikan laktosa atau
House, 2001). sukrosa.
Bakteri ini juga dapat membentuk
C. Uji dipstick asam dan kadang-kadang gas dari
Tes dipstik Salmonella adalah glukosa dan mannosa (Brooks, et al.,
tes yang dapatdipercaya untuk 2002).
mendeteksi antibodi IgM spesifik
terhadap antigen lipopolisakarida 8. Klasifikasi Salmonella typhi
(LPS) dari Salmonella typhi dan Klasifikasi Salmonella typhi menurut
Salmonella paratyphi, yang Garrity (2000) dalam Bergey’s Manual
didasarkan atas ikatan antara IgM of Systematic Bacteriology.
spesifik. Salmonella typhi dengan Kingdom : Procaryotae
LPS tanpa membutuhkan peralatan
dan keterampilan khusus serta dapat Phylum : Proteobacteria
diterapkan di perifer. Class : Gammaproteobacteria
Hasil positif dipstick secara
bermakna lebih tinggi daripada Ordo : Enterobacteriales
kultur darah. Berdasarkan hasil Family : Enterobacteriaceae
penelitian Hatta et al. tahun 2002,
dilaporkan bahwa spesifitas uji Genus : Salmonella
Dipstik mencapai 100%, sedangkan Spesies : Salmonella typhi
sensitivitasnya diperlukan 5-7 hari
untuk dapat mendeteksi antibodi
tersebut hingga 92,9%. Dipstick 9. Fisiologi Salmonella typhi
mengandung 2 pita horizontal; pita S. typhi adalah bakteri yang
antigen mengandung antigen S.typhi berdasarkan kebutuhan oksigen bersifat
dan pita kontrol. fakultatif anaerob, membutuhkan suhu
Sejak ditemukannya teknik optimal 37oC untuk pertumbuhannya,
dalam bidang biologi molekuler memfermentasikan D- glukosa
yaitu penggunaan enzim untuk menghasilkan asam tetapi tidak
menggandakan DNA, maka reaksi membentuk gas, oksidase negatif,
rantai polymerase atau Polymerase katalase positif, tidak memproduksi
Chain Reaction (PCR) merupakan indol karena tidak menghasilkan enzim
satu-satunya teknik yang dapat tryptophanase yang dapat memecah
dipakai untuk melacak DNA S.typhi. tryptophan menjadi indol, methyl red
Dengan ditemukannya tes PCR (NIIR) positip menunjukkan bahwa
berdasarkan sekuen unik region VI fermentasi glukosa menghasilkan
dari Hi-d atau Hi-j gen flagellin sejumlah asam yang terakumulasi di
S.typhi dapat memberi kemungkinan dalam medium sehingga menyebabkan
dikembangkannya teknik - teknik pH medium menjadi asam (pH=4,2),
untuk mendiagnosis karier tifoid di dengan penambahan indikator metyl red
Inggris (Frankel, 1989). maka warna medium menjadi merah.
8

739 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


Voges-Proskauer(VP) negatif, citrat 2. Populasi dan Sampel
negatif, menghasilkan H2S yang dapat Populasi dalam penelitian ini
ditunjukkan pada media TSIA (Triple adalah semua pasien yang didiagnosa
Sugar lron Agar). demam tifoid dengan widal tes ≥ 1/160
Bakteri menghasilkan H2S yang di Puskesmas di Malili yang diambil
merupakan produk hasil reduksi dari secara acak dengan sampel penelitian
asam amino yang mengandung sulfur, sebanyak 98 sampel. Isolat diperoleh
H2S yang dihasilkan akan bereaksi
dari sampel darah penderita demam
dengan garam Fe dalam media yang tifoid dipilih secara Systematic
kemudian menjadisenyawa FeS Sampling yang telah memenuhi kriteria
berwarna hitam yang mengendap dalam inklusi yaitu lama demam mulai dari 3-
media. Urease negatip, nitrat direduksi 7 hari dan di diagnosis oleh dokter
menjadi nitrit, lysin dan ornithin sebagai suspek tifoid dan menyetujui
dekarboksilase positip, laktosa, sukrosa, dan menandatangani informed consent.
salisin dan inositol tidak difermentasi,
Uji ONPG negatif karena tidak Pengambilan darah dilakukan
menghasikan enzim betha galaktosidase oleh petugas laboratorium yang terlatih
sehingga bakteri tidak dapat dan data seperti umur, jenis kelamin,
memfermentasikan laktosa, oleh karena alamat dan hasil tes widal dilakukan
itu strain bakteri S.typhi termasuk dengan mengambil data dari status
anggota familia enterobacteriaceae yang pasien.
bersifat tidak memfermentasikan 3. Analisis Data
laktosa (non lactosa fermenter ), Iipase
dan deoksiribonuklease tidak Data diolah dengan menggunakan
diproduksi (Koneman, et al. 1992; data laboratorium yang dilaporkan
Talaro et al.,2002). berupa tabel pengamatan, gambar
pertumbuhan koloni S. typhi, dan isolat
10. Struktur Antigen S. typhi positif dengan menggunakan uji
S.typhi adalah bakteri enterik biokimia TSIA.
yang bersifat gram negatip,
mempunyai antigen permukaan yang
cukup komplek dan mempunyai peran HASIL PENELITIAN
penting dalam Proses patogenitas, Kultur Salmonella typhi
selain itu juga berperan dalam proses
Telah dilakukan identifikasi bakteri
terjadinya respon imun pada individu
Salmonella typhi dengan metode kultur
yang terinfeksi. Antigen permukaan
pada darah penderita demam tifoid di
tersebut terdiri dari antigen flagel
Puskesmas Malili, Luwu Timur Sulawesi
(antigen H), antigen somatik
Selatan pada periode Maret – Mei 2017
(antigenO) dan antigen kapsul atau
sebanyak 98 sampel.
antigen Vi (Darmawati, 2009).
Tabel 4.1.
BAHAN DAN METODE Hasil uji kultur, jumlah dan persentase.
1. Lokasi dan Rancangan Penelitian Uji Kultur Jumlah Persentase(%)
Rancangan penelitian ini Positif (+) 20 20,4%
menggunakan metode kuantitatif Negatif (-) 78 79,6%
analitik dengan pendekatan cross
sectional, dilaksanakan di Laboratorium Hasil identifikasi bakteri Salmonella
Imunologi dan Biologi Molekuler, typhi dengan metode kultur dengan
Fakultas Kedokteran, Universitas menggunakan sampel darah penderita
Hasanuddin, Makassar. demam tifoid sebanyak 98 sampel,di
8
peroleh 20 (20,4%) sampel yang positif
740 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018
pada penumbuhan di media kultur dan SIMPULAN
sebanyak 78 (79,6%) sampel negatif. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa identifikasi S. typhi
pada penderita demam tifoid di Malili
PEMBAHASAN
masih kurang disebabkan karena beberapa
Pada pemeriksaan kultur, hasil faktor seperti keterbatasan media isolasi
isolasi Salmonella typhi dari sampel darah yang digunakan, adanya penggunaan
98 pasien demam tifoid diperoleh 20 antibiotik sebelum pengambilan darah,
(20,4%) sampel yang menunjukkan hasil jumlah bakteri yang sangat minimal dalam
positif adanya bakteri Salmonella typhi darah, volume darah yang tidak
dan 78 (79,6%) sampel negatif (Tabel 1). mencukupi dan waktu pengambilan darah
Hasil biakan yang positif yang tidak tepat, respon imun dari host dan
memastikan demam tifoid akan tetapi hasil karakteristik intraselluler dari Salmonella
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, typhi.
karena hasilnya tergantung pada beberapa
faktor diantaranya, keterbatasan media
SARAN
isolasi yang digunakan, adanya
1. Perlu melakukan penelitian dengan
penggunaan antibiotik sebelum
jumlah sampel darah yang lebih banyak
pengambilan darah, jumlah bakteri yang
lagi
sangat minimal dalam darah, volume darah
2. Perlu penelitian lebih lanjut identifikasi
yang tidak mencukupi dan waktu
S.typhi menggunakan PCR.
pengambilan darah yang tidak tepat,
respon imun dari host dan karakteristik
intraselluler dari Salmonella typhi (Massi DAFTAR PUSTAKA
et al., 2003; Zhou&Pollard, 2010).
Baratawidjaja, 1996. Immunologi Dasar.
Beberapa hasil penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
menunjukkan tingginya biakan darah yang Indonesia. Jakarta.
positif pada minggu pertama. Menurut
Lakare 2001 dan Zhou & Pollard 2010, Bhutta., 2006. Current concepts in the
tingginya kultur positif pada minggu diagnosis and treatment of typhoid
pertama karena merupakan fase fever. BMJ 333:78–82
bakterikimia dan septikemia yang berat, Brooks, et al., 2005. Mikrobiologi
keadaan ini menunjukkan adanya basil Kedokteran, Alih Bahasa.
Salmonella dalam jumlah yang banyak Mudihardi E, Kuntaman, Wasito
dalam darah sehingga persentase positif EB, et al. Salemba Medika, Jakarta.
untuk kultur darah bisa mencapai 80%.
Campbell N.A., 2002.Biologi, edisi kelima
Penelitian Massi et al, (2003) dalam jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.
mendeteksi S.typhi menunjukkan
sensifitas teknik PCR sebesar 63% bila Chanh N.Q, et al., 2004. A Clinical
dibandingkan dengan kultur darah (13,7%) Microbiological & Pathological
dan uji Widal (35,6%). Sensifitas yang Study of Intestinal Perforation
tinggi dari metode PCR dalam deteksi Associated with Thypoid Fever.
kuman S.typhi juga dilaporkan oleh Hatta Clinical InfectiousDiseases:39.61-7
& Smith (2007) pada darah, urin dan feses Cleary, TG., 2000. Salmonella. Dalam :
dibandingkan metode kultur dan widal. Behrman RE, Kliegman RM,
Akan tetapi penggunaan PCR untuk Jenson HB, Eds. Nelson Textbook
diagnosa penyakit masih jarang dilakukan of Pediatrics, edisi 16.
secara rutin karena biaya yang mahal Philadelphia: WB Saunders: 842-8.
sehingga masih terbatas untuk penelitian.

741 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018


Darmawati, 2009.Keanekaragaman Hatta M and Smith H., 2007. Detection of
Genetik Salmonella typhi. Jurnal Salmonella typhi by Nested
Kesehatan Unimus Vol.2, No. I Polymerase Chain Reaction in
Juni 2009. Blood, Urin and Stool Samples.
Amd J Med Hyg 76(1), 2007; 139-
Darmowandowo, D., 2003. Demam Tifoid.
143.
Dalam : Continuing Education
Ilmu Kesehatan Anak XXXIII. Hatta M and Ratnawati, 2008. Enteric
Surabaya : Surabaya Intellectual Fever in Endemic Areas of
Club : 19-34. Indonesia.An Increasing Problem
of Resistance. J Infect. Developing
DeWitt,2002.TyphoidFever.http://healthat
Countries 2(4) : 298-301.
oz.com/healthatoz/atoz/typhoid_fev
er.jsp, diakses 1 Juli 2015. Hatta et al., 2011. New Flagellin Gene for
Salmonella enterica serovar Typhi
Dinas Kesehatan Prop.Sulsel, 2009. Profil
from the East Indonesian
Kesehatan Sulsel 2008.
Archipelago. Am. J. Trop. Med.
Entjang, I., 2003. Mikrobiologi dan Hyg., 00(0), 2011, pp. 000–000
Parasitologi Untuk Akademi doi:10.4269/ajtmh.2011.10-0605
Keperawatan. PT Citra Aditya Copyright © 2011 by The
Bakti, Bandung.2nd Edition. American Society of Tropical
Everest et al., 2001. The Molecular Medicine and Hygiene.
Mechanism of severe Typhoid Hatta et.al., 2014. Reproducibility of the
Fever. Trends in Microbiology.Vol multiplex RAPD-PCR assay in
9 No.7. genotyping of Mycobacterium
Frankel, 1989. Intragenic recombination in tuberculosis isolates from
a flagellin gene:characterization of Sulawesi,Indonesia. American
the H1-j gene of Salmonella typhi, Journal of Clinical & Experimental
The EMBO Journal vol.8.no 10, Medicine, 2(2):14-21.
p.3149-3152. Hensel, 2004. Evolution of pathogenicity
Garrity,G., 2000. Bergey’s Manual Of islands of Salmonella enterica. Int J
Systematic Bacteriology. http Med Microbiol 294(2-3): 95-102.
:www.cme.msu/Bergeysoutline.trn. House, et al., 2001. Serology of typhoid
pdf Fever in an area of endemicity &
Grossman et al., 1995.Flagellar Serotypes its relevance to diagnostic, Journal
of Salmonella typhi in Indonesia; of clinical microbiology, Vol.39
Relationship among Motility, No.3.
Invasiveness and Clinical Illness. Holt, et.al., 1994. Bergey's manual of
The Journal of Infectious Disesases Determinative Bacteriology. Ninth
vol 171.No 6:212-216. edition. Williams and Wilkins.
Handjoeno, 2001.Diagnosis Laboratorium Ballimore, Maryland USA.
Demam Tifoid.Jurnal Klinik 186,242.
Indonesia vol.7 117-122.. Ivanov, 1998. Typhoid fever: Current and
Hatta M, et al., 2002.Antibody response in future control approaches. Medical
thypoid fever in endemic Indonesia Journal of Indonesia,S 5-1,pp.81-2
and the relevance of serology and Karim, A., 2005. Analysis of Culture,
culture to diagnosis. Southeast Resistance and Polymerase Chain
Asian Journal Tropical Medicine reaction Tests Of Salmonella typhi
and Public Health. Vol 33;182-191. On Children Suspected To Typhoid
Fever In DR. Wahidin
8
Sudirohusodo Hospital in
742 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018
Makassar. Thesis Santoso, 2003.Protein Adhesin Salmonella
HasanuddinUniversity, Makassar. typhi Sebagai Faktor Virulensi
Berpotensi Imunogenik Pada
Koneman, et al., 1992. Color Atlas and
Produksi S-Iga Protektif.
Texbook Of Diagrrostic
Universitas Airlangga. Surabaya.
Microbiology. Fourth edition. J.B. '
Lippincott Company. Philadelphia. Sridhar, R. Widal Test. Davangere : 2009.
Kulkarni M, 2007. Value of Single Widal Availble from http://www.microrao
.com/micronotes/widal.pdf.accesse
Test In The Diagnosis Of Typhoid
d 7 januari 2011.
Fever. Vol 31. 2007. p. 1373-77.
Syarurachman et.al., 2005. Buku ajar
Kwenang, AO., 2007. Serologic and
Mikroboilogi Kedokteran. Jakarta :
Molecular Aanalysis On Typhoid
Binarupa Aksara.
Endemic Population To Determine
The Endemic Level In Jeneponto, Talaro, K.P. and Talaro, A. 2002.
South Sulawesi, Disertasi of Foundations in Microbiology.
Hasanuddin University, Makassar. Fourth edition.Mc Graw Hill.612-
Maskalyk, J., 2003. Typhoid Fever. 617.
Available from: http://www.cmaj. Tumbelaka, AR., 2001. Imunodiagnosis
ca/content/169/2/132. full [diakses Demam Tifoid. Dalam : Kumpulan
20 Juli 2015]. Naskah Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Ilmu Kesehatan
Massi, et al., 2003. Rapid Diagnosis of
Anak XLIV. Jakarta : BP FKUI,
Typhoid Fever by PCR Assay
p.65-73.
Using One Pair of Primers From
Flagellin Gene of Salmonella typhi. WHO, 2003. The Diagnosis, Treatment,
Jurnal Infect Chemother 9:233-237. and Prevention of Thypoid
Fever.Geneva : 2003. p. 11-16.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(MENKES RI). 2006: Keputusan Widodo D., 2006. Demam Tifoid. Dalam :
Menteri Kesehatan Republik Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I.
Indonesia Nomor Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4
364/MENKES/SK/V/2006 Tentang th ed. Jakarta : Departemen Ilmu
Pengendalian Demam Tifoid, Penyakit Dalam FKUI : 1752-57.
MENKES RI, Jakarta. Windarti dan Hardjoeno, 1998. Sensifitas
Mulyawan Sylvia, dkk., 2004. Tinjauan Hasil Pemeriksaan Gall Kultur
Ulang Peranan Uji Widal Sebagai pada Penderita Demam Tifoid di
Alat Diagnostik Penyakit Demam RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Typhoid Di Rumah Sakit.Jakarta : BagianPatologi Klinik Fakultas
p. 14-6. accessed 7 januari 2011. Kedokteran UNHAS, Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala
Nurtjahyani, D., (2007). Studi Biologi
(PIB) X; 341-344.
Molekuler Resistensi Salmonella
typhiTerhadap Cloramfenikol.Post Zhou, L and Pollard, A.J., 2010. A fast and
Graduate Airlangga University, highly sensitive blood culture PCR
halaman1-2 diakses tanggal 15 method for clinical detection of
September 2015. Salmonella enterica serovar typhi.
Annals of Clinical Microbiology
Ruiz M et al., 2003.Usefulness of different
and Antimicrobials, 9:14:1-8.
techniques in the study of the
epidemiology of salmonellosis.
APMIS 111(9) :848-856.

743 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 08 No.01 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai