Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Distosia adalah penyulit persalinan, sedangkan distosia bahu adalah


penyulit persalinan bahu. Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria
diagnosa yang digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila
dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver
khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. Dengan menggunakan kriteria
diatas menyatakan bahwa dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam
medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria diagnosa diatas. Untuk menentukan
distosia bahu di gunakan criteria objektif yaitu interval waktu antara lahirnya
kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala
dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosias bahu 79 detik.
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau
pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang. Distosia bahu
yang berulang terjadi pada 17% pasien. Distosia bahu adalah komplikasi gawat
yang memerlukan penanganan yang cepat tepat dan terencana secara jelas.

Salah satu distosia karena kelainan letak adalah letak sungsang. Letak
sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang
ditemukan pada 2-4% kehamilan. Beberapa literatur lainnya menyebutkan angka
35%. Insiden terbanyak terdapat pada usia kehamilan 28 minggu kira kira 25%
posisi bayi dalam keadaan letak sungsang,dan seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan, insidens semakin berkurang. Di Indonesia angka kejadian letak
sungsang dapat mencapai 4 %.

Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang


diantaranya adalah prematuritas, multiparitas, kehamilan kembar, polihidramnion,
hidrosefalus, panggul sempit, dan kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus,
uterus berseptum, kelemahan dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya
tumor uterus.

Anda mungkin juga menyukai