Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penurunan semua fungsi yang bertahap diikuti
penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Doengoes, 2000).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
pada umumnya pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa
dialisis dan transplantasi ginjal(Price & Wilson, 2012).
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan reversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia(Smeltzer & Bare, 2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwaCronic Kidney Desease (CKD)adalah
penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/ PGTA) adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal
yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremi.

B. Etiologi
Bererapa penyebab dari gagal ginjal kronik adalah :
1. Infeksi saluran kemih, pielonefritis dan nefropati refluks.
2. Glomerulonefritis
3. Nefrosklerosis hipertensi
4. Penyakit jaringan penyambung
5. Penyakit kongenital dan herediter
6. Penyakit metabolik
7. Nefropati toksik.

C. Patofisiologi.

Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin
akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan
meningkat.
Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah
yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik,
jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka
terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium.
Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi
parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada
tulang dan penyakit tulang.

Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)


Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.

D. Manifestasi Klinis
Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub perikardial
Pulmoner
- KrekelS
- Nafas dangkal
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau amonia
Muskuloskeletal
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
Integumen
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
Reproduksi
- Amenore
- Atrofi testis

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin
Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular
dan rasio urin/serum sering 1:1
Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
Natrium serum : rendah
Kalium: meningkat
\Magnesium;Meningkat
Kalsium ; menurun
Protein (albumin) : menurun
3. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular,
masa
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

F. Komplikasi
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
G. Penatalaksanaan
Untuk mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami CKD maka
penatalaksanaan pada klien CKD terdiri dari penatalaksanan medis/farmakologi,
penatalaksanan keperawatan dan penatalaksanaan diet. Dimana tujuan penatalaksaan
adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
1. Penatalaksanaan medis
Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam atau
dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL
500ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung
alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan control
volume intravaskuler.
Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan tidak
memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau
dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi
ini memerlukan gejala.
Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat
disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan
kalium pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah
kalium kadang kadang kayexelate sesuai kebutuhan.
Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali
seminggu.
Dialisis.
Transplantasi ginjal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan hilangnya
cairan dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya.
Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat
diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
3. Penatalaksanaan Diet
Kalori harus cukup : 2000 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya katabolisme
protein
Lemak diberikan bebas.
Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam
folat.
Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil pemecahan
makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus yang
bernilai biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak 0,3 0,5 mg/kg/hari.
BAB III

WEB OF CAUTION (WOC)

Infeksi Vaskuler Obstruksi Saluran Kemih


Zat Toksit

ArteioSklerosis
Reaksi Antigen/ antibodi Tertimbun di ginjal Retensi Urine Batu besar dan kasar Iritasi / Cidera Jaringan

Suplai darah ginjal menurun


Menekan saraf Perifer Hematuri

GFR Menurun
Nyeri Anemia
Punggung
Chronic Kidney Desease(CKD)

Sekresi protein terganggu Sekresi eritropoites terganggu


Retensi NA

Resiko Gangguan Suplai Nutrisi dalam darah Produksi HB Menurun


Sindrom Uremia Tekanan kapiler Meningkat
Penimbunan Nutrisi menurun
Pigmen
ureum Oksihemoglobin menurun
Volume Interstitial meningkat
Stimulasi Renin Penurunan nutrisi jaringan
Gangguan Perfusi
Kulit Kering Edema (Kelebihan Jaringhan Suplai Oksigen Menurun
Angiotensinogen -> Angitensin 1 ke Intoleransi Lemah
Bersisik Angiotensin 2 Volume Cairan) Aktifitas

Bendungan Atrium kiri Naik


Stimulasi Aldosteron Preload Meningkat Payah Jantung Kiri
Gangguan
Integritas Kulit
Retensi Na + H2O Beban jantung Iskemik Miocard COP Menurun Tek. Vena Pulmonalis meningkat
Vasokontriksi Meningkat
Pembuluh darah
Retensi Na & H2O Meningkat Suplay O2 Ke Otak Tekanan Kapiler Paru meningkat
Tekanan Darah Meningkat Hipertropi ventrikel menurun
(Hipertensi) kiri
Kelebihan Volume Edema Paru Ganggaan
Cairan Penurunan
Pertukaran Gas
Kesadaran
Nyeri Sakit Kepala
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien CKD ditujukan sebagai pengumpulan data daninformasi
terkini mengenai status pasien dengan pengkajian system urinaria.Untuk mengetahui
permasalahan yang ada pada klien dengan CKD perlu dilakukan pengkajian yang lebih
menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek yang ada sehingga dapat ditemukan
masalah-masalah yang ada pada klien dengan CKD.
Apabila pasien mengalami GGK, perawat harus memperoleh informasi yang lengkap,
dan memberikan perhatian pada adanya faktor risiko. Iformasi tentang pengobatan yang
lalu dan saat ini, diet, dan adanya perubahan berat badan, tingkat energi dan pola
eliminasi berkemih.Perawat mengkaji pasien berbagai pengaruh GGK terhadap sistem
tubuh seperti kardiovaskular tau pernafasan, perubahan neurologis, masalah
gastrointestinal, dan perubahan kulit.
Perawat perlu mengkaji tingkat pemahaman pasien terhadap pernyakitnya, diagnostik
test yang dilakukan. Bagaimana tingkat kecemasan dan kemampuan menyesuaikan diri
dengan penyakit kronik dan pengobatannya.Pada saat klien ditetapkan untuk dianalisa,
perawat mengkaji pemahamannnya tentang program pengobatan yang akan dijalani. Jika
dilakukan hemodialisa, pengkajian dilakukan pada lokasi penusukan kemungkinan
terjadi sumbatan atau infeksi.Jika klien menerima transplantasi ginjal, perlu dikaji tingkat
pemahamannya sehubungan dengan prosedur dan folow-up.
Sistem Kardiovakuler
Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema
periorbital, friction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal jantung,
perikardtis, takikardia dan disritmia.
Sistem Integument
Tanda dan gejala : Warna kulit abu abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit buruk, dan gatal
gatal pada kulit.
Sistem Pulmoner
Tanda dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal, pernafasan kusmaul, udem paru,
gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas berbau amoniak, sesak
nafas.
Sistem Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
gastrointestinal, sto,atitis dan pankreatitis.
Sistem Neurologi
Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
penurunan konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan
perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran.
Sistem Muskuloskletal
Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
osteosklerosis, dan osteomalasia.
Sisem Urinaria
Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi renl, hematuria, proteinuria,
anuria, abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan asidosis metabolik.
Sistem Reproduktif
Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.
Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan pada toksin, contoh
obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis.
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan : gangguan mekanisme regulasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : Perubahan status metabolik
5. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran
arteri dan vena.
6. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar.
7. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
C. Intervensi Keperawatan

N Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi


o.

1. Ketidakseimbangan NOC : Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari Self Care : ADLs Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Toleransi aktivitas untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : Konservasi eneergi dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk Setelah dilakukan pasien
memasukkan atau mencerna tindakan keperawatan Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi oleh karena faktor selama . Pasien mengandung tinggi serat untuk
biologis. bertoleransi terhadap mencegah konstipasi
aktivitas dengan Ajarkan pasien bagaimana
Kriteria Hasil : membuat catatan makanan
Berpartisipasi dalam harian.
aktivitas fisik tanpa Monitor adanya penurunan BB
disertai peningkatan dan gula darah
tekanan darah, nadi Monitor lingkungan selama
dan RR makan
Mampu melakukan Jadwalkan pengobatan dan
aktivitas sehari hari tindakan tidak selama jam
(ADLs) secara makan
mandiri Monitor turgor kulit
Keseimbangan Monitor kekeringan, rambut
aktivitas dan istirahat kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

2. Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :


Berhubungan dengan : Electrolit and acid Pertahankan catatan intake dan
gangguan mekanisme base balance output yang akurat
regulasi. Fluid balance Pasang urin kateter jika
Hydration diperlukan
Setelah dilakukan Monitor hasil lab yang sesuai
tindakan keperawatan dengan retensi cairan (BUN ,
selama . Kelebihan Hmt , osmolalitas urin )
volume cairan teratasi Monitor vital sign
dengan kriteria: Monitor indikasi retensi /
Terbebas dari edema, kelebihan cairan (cracles, CVP ,
efusi, anaskara edema, distensi vena leher,
Bunyi nafas bersih, asites)
tidak ada Kaji lokasi dan luas edema
dyspneu/ortopneu/tak Monitor masukan makanan /
ipnea cairan
Terbebas dari Monitor status nutrisi
distensi vena Berikan diuretik sesuai interuksi
jugularis, Kolaborasi pemberian obat:
Memelihara tekanan ....................................
vena sentral, tekanan Monitor berat badan
kapiler paru, output Monitor elektrolit
jantung dan vital Monitor tanda dan gejala dari
sign. edema

3. Keletihan NOC : NIC :


Berhubungan dengan : TTV Observasi adanya pembatasan
ketidakseimbangan suplai Self Care : ADLs klien dalam melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen Toleransi aktivitas Kaji adanya faktor yang
Konservasi eneergi menyebabkan kelelahan
Setelah dilakukan Monitor nutrisi dan sumber
tindakan keperawatan energi yang adekuat
selama . Pasien Monitor pasien akan adanya
bertoleransi terhadap kelelahan fisik dan emosi secara
aktivitas dengan berlebihan
Kriteria Hasil : Monitor respon kardivaskuler
Tekanan darah dalam terhadap aktivitas (takikardi,
batas normal. disritmia, sesak nafas,
Berpartisipasi dalam diaporesis, pucat, perubahan
aktivitas fisik tanpa hemodinamik)
disertai peningkatan Monitor pola tidur dan lamanya
tekanan darah, nadi tidur/istirahat pasien
dan RR Kolaborasikan dengan Tenaga
Mampu melakukan Rehabilitasi Medik dalam
aktivitas sehari hari merencanakan progran terapi yang
(ADLs) secara tepat.
mandiri Bantu klien untuk mengidentifikasi
Keseimbangan aktivitas yang mampu dilakukan
aktivitas dan istirahat Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan.
Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

4. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management


berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin Anjurkan pasien untuk
Eksternal : and Mucous Membranes menggunakan pakaian yang
- Hipertermia atau Wound Healing : primer longgar
hipotermia dan sekunder Hindari kerutan pada tempat tidur
- Substansi kimia Setelah dilakukan Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Kelembaban tindakan keperawatan bersih dan kering
- Faktor mekanik selama.. kerusakan Mobilisasi pasien (ubah posisi
(misalnya : alat yang integritas kulit pasien pasien) setiap dua jam sekali
dapat menimbulkan luka, teratasi dengan kriteria Monitor kulit akan adanya
tekanan, restraint) hasil: kemerahan
- Immobilitas fisik Integritas kulit yang Oleskan lotion atau minyak/baby
- Radiasi baik bisa oil pada derah yang tertekan
- Usia yang ekstrim dipertahankan Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Kelembaban kulit (sensasi, elastisitas, pasien
- Obat-obatan temperatur, hidrasi, Monitor status nutrisi pasien
Internal : pigmentasi) Memandikan pasien dengan sabun
- Perubahan status Tidak ada luka/lesi dan air hangat
metabolik pada kulit Kaji lingkungan dan peralatan yang
- Tonjolan tulang Perfusi jaringan baik menyebabkan tekanan
- Defisit imunologi Menunjukkan Observasi luka : lokasi, dimensi,
- Berhubungan dengan pemahaman dalam kedalaman luka,
dengan perkembangan proses perbaikan karakteristik,warna cairan,
- Perubahan sensasi kulit dan mencegah granulasi, jaringan nekrotik, tanda-
- Perubahan status nutrisi terjadinya sedera tanda infeksi lokal, formasi traktus
(obesitas, kekurusan) berulang Ajarkan pada keluarga tentang luka
Mampu melindungi dan perawatan luka
kulit dan Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
mempertahankan TKTP, vitamin
kelembaban kulit Cegah kontaminasi feses dan urin
dan perawatan alami Lakukan tehnik perawatan luka
Menunjukkan dengan steril
terjadinya proses Berikan posisi yang mengurangi
penyembuhan luka tekanan pada luka

5. Perfusi jaringan renal NOC : NIC :


tidak efektif b/d gangguan Circulation status Observasi status hidrasi
afinitas Hb oksigen, Electrolite and Acid (kelembaban membran mukosa,
penurunan konsentrasi Hb, Base Balance TD ortostatik, dan keadekuatan
Hipervolemia, Fluid Balance dinding nadi)
Hipoventilasi, gangguan Hidration Monitor HMT, Ureum, albumin,
transport O2, gangguan Tissue Prefusion : total protein, serum osmolalitas
aliran arteri dan vena renal dan urin
Urinari elimination Observasi tanda-tanda cairan
DO Setelah dilakukan asuhan berlebih/ retensi (CVP menigkat,
- Penigkatan rasio ureum selamaketidakefe oedem, distensi vena leher dan
kreatinin ktifan perfusi jaringan asites)
- Hematuria renal teratasi dengan Pertahankan intake dan output
- Oliguria/ anuria kriteria hasil: secara akurat
- Warna kulit pucat Tekanan systole dan Monitor TTV
Pulsasi arterial tidak teraba diastole dalam batas Pasien Hemodialisis:
normal Observasi terhadap dehidrasi,
Tidak ada gangguan kram otot dan aktivitas kejang
mental, orientasi Observasi reaksi tranfusi
kognitif dan Monitor TD
kekuatan otot Monitor BUN, Creat, HMT dan
Na, K, Cl, Ca, Mg, elektrolit
BUN, Creat dan Timbang BB sebelum dan
Biknat dalam batas sesudah prosedur
normal Kaji status mental
Tidak ada distensi Monitor CT
vena leher Pasien Peritoneal Dialisis:
Tidak ada bunyi Kaji temperatur, TD, denyut
paru tambahan perifer, RR dan BB
Intake output Kaji BUN, Creat pH, HMT,
seimbang elektrolit selama prosedur
Tidak ada oedem Monitor adanya respiratory
perifer dan asites distress
Tdak ada rasa haus Monitor banyaknya dan
yang abnormal penampakan cairan
Membran mukosa Monitor tanda-tanda infeksi
lembab
Hematokrit dbn
Warna dan bau urin
dalam batas normal

6. Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan Respiratory Status : Posisikan pasien untuk
perubahan membran kapiler- Gas exchange memaksimalkan ventilasi
alveolar Keseimbangan asam Pasang mayo bila perlu
Basa, Elektrolit Lakukan fisioterapi dada jika
Respiratory Status : perlu
ventilation Keluarkan sekret dengan batuk
Vital Sign Status atau suction
Setelah dilakukan Auskultasi suara nafas, catat
tindakan keperawatan adanya suara tambahan
selama . Gangguan Atur intake untuk cairan
pertukaran pasien teratasi mengoptimalkan keseimbangan.
dengan kriteria hasi: Monitor respirasi dan status O2
Mendemonstrasikan Catat pergerakan dada,amati
peningkatan ventilasi kesimetrisan, penggunaan otot
dan oksigenasi yang tambahan, retraksi otot
adekuat supraclavicular dan intercostal
Memelihara Monitor suara nafas, seperti
kebersihan paru paru dengkur
dan bebas dari tanda Monitor pola nafas : bradipena,
tanda distress takipenia, kussmaul,
pernafasan hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Mendemonstrasikan Auskultasi suara nafas, catat area
batuk efektif dan suara penurunan / tidak adanya ventilasi
nafas yang bersih, dan suara tambahan
tidak ada sianosis dan Monitor TTV, AGD, elektrolit
dyspneu (mampu dan ststus mental
mengeluarkan sputum, Observasi sianosis khususnya
mampu bernafas membran mukosa
dengan mudah, tidak Jelaskan pada pasien dan keluarga
ada pursed lips) tentang persiapan tindakan dan
Tanda tanda vital tujuan penggunaan alat tambahan
dalam rentang normal (O2, Suction, Inhalasi)
AGD dalam batas Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
normal irama dan denyut jantung.
Status neurologis
dalam batas normal
7. Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan Respiratory status : Posisikan pasien untuk
hiperventilasi Ventilation memaksimalkan ventilasi
Respiratory status : Pasang mayo bila perlu
Airway patency Lakukan fisioterapi dada jika
Vital sign Status perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
Setelah dilakukan atau suction
tindakan keperawatan Auskultasi suara nafas, catat
selama ..pasien adanya suara tambahan
menunjukkan keefektifan Atur intake untuk cairan
pola nafas, dibuktikan mengoptimalkan keseimbangan.
dengan kriteria hasil: Monitor respirasi dan status O2
Mendemonstrasikan Bersihkan mulut, hidung dan
batuk efektif dan suara secret trakea
nafas yang bersih, Pertahankan jalan nafas yang
tidak ada sianosis dan paten
dyspneu (mampu Observasi adanya tanda tanda
mengeluarkan sputum, hipoventilasi
mampu bernafas dg Monitor adanya kecemasan
mudah, tidakada pasien terhadap oksigenasi
pursed lips) Monitor vital sign
Menunjukkan jalan Informasikan pada pasien dan
nafas yang paten (klien keluarga tentang tehnik relaksasi
tidak merasa tercekik, untuk memperbaiki pola nafas.
irama nafas, frekuensi Ajarkan bagaimana batuk efektif.
pernafasan dalam Monitor pola nafas
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2000). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta: EGC.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi
8 volume 2. Jakarta: EGC.

Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2012). Diagnosis keperawatan dengan rencana


tindakan. Jakarta: EGC.

Wilikson, J. M.,& Ahern, N. R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai