KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penurunan semua fungsi yang bertahap diikuti
penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Doengoes, 2000).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
pada umumnya pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa
dialisis dan transplantasi ginjal(Price & Wilson, 2012).
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan reversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia(Smeltzer & Bare, 2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwaCronic Kidney Desease (CKD)adalah
penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/ PGTA) adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal
yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremi.
B. Etiologi
Bererapa penyebab dari gagal ginjal kronik adalah :
1. Infeksi saluran kemih, pielonefritis dan nefropati refluks.
2. Glomerulonefritis
3. Nefrosklerosis hipertensi
4. Penyakit jaringan penyambung
5. Penyakit kongenital dan herediter
6. Penyakit metabolik
7. Nefropati toksik.
C. Patofisiologi.
Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin
akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan
meningkat.
Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah
yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik,
jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka
terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium.
Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi
parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada
tulang dan penyakit tulang.
D. Manifestasi Klinis
Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub perikardial
Pulmoner
- KrekelS
- Nafas dangkal
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau amonia
Muskuloskeletal
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
Integumen
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
Reproduksi
- Amenore
- Atrofi testis
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin
Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular
dan rasio urin/serum sering 1:1
Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
Natrium serum : rendah
Kalium: meningkat
\Magnesium;Meningkat
Kalsium ; menurun
Protein (albumin) : menurun
3. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular,
masa
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
F. Komplikasi
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
G. Penatalaksanaan
Untuk mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami CKD maka
penatalaksanaan pada klien CKD terdiri dari penatalaksanan medis/farmakologi,
penatalaksanan keperawatan dan penatalaksanaan diet. Dimana tujuan penatalaksaan
adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
1. Penatalaksanaan medis
Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam atau
dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL
500ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung
alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan control
volume intravaskuler.
Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan tidak
memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau
dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi
ini memerlukan gejala.
Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat
disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan
kalium pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah
kalium kadang kadang kayexelate sesuai kebutuhan.
Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali
seminggu.
Dialisis.
Transplantasi ginjal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan hilangnya
cairan dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya.
Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat
diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
3. Penatalaksanaan Diet
Kalori harus cukup : 2000 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya katabolisme
protein
Lemak diberikan bebas.
Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam
folat.
Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil pemecahan
makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus yang
bernilai biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak 0,3 0,5 mg/kg/hari.
BAB III
ArteioSklerosis
Reaksi Antigen/ antibodi Tertimbun di ginjal Retensi Urine Batu besar dan kasar Iritasi / Cidera Jaringan
GFR Menurun
Nyeri Anemia
Punggung
Chronic Kidney Desease(CKD)
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien CKD ditujukan sebagai pengumpulan data daninformasi
terkini mengenai status pasien dengan pengkajian system urinaria.Untuk mengetahui
permasalahan yang ada pada klien dengan CKD perlu dilakukan pengkajian yang lebih
menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek yang ada sehingga dapat ditemukan
masalah-masalah yang ada pada klien dengan CKD.
Apabila pasien mengalami GGK, perawat harus memperoleh informasi yang lengkap,
dan memberikan perhatian pada adanya faktor risiko. Iformasi tentang pengobatan yang
lalu dan saat ini, diet, dan adanya perubahan berat badan, tingkat energi dan pola
eliminasi berkemih.Perawat mengkaji pasien berbagai pengaruh GGK terhadap sistem
tubuh seperti kardiovaskular tau pernafasan, perubahan neurologis, masalah
gastrointestinal, dan perubahan kulit.
Perawat perlu mengkaji tingkat pemahaman pasien terhadap pernyakitnya, diagnostik
test yang dilakukan. Bagaimana tingkat kecemasan dan kemampuan menyesuaikan diri
dengan penyakit kronik dan pengobatannya.Pada saat klien ditetapkan untuk dianalisa,
perawat mengkaji pemahamannnya tentang program pengobatan yang akan dijalani. Jika
dilakukan hemodialisa, pengkajian dilakukan pada lokasi penusukan kemungkinan
terjadi sumbatan atau infeksi.Jika klien menerima transplantasi ginjal, perlu dikaji tingkat
pemahamannya sehubungan dengan prosedur dan folow-up.
Sistem Kardiovakuler
Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema
periorbital, friction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal jantung,
perikardtis, takikardia dan disritmia.
Sistem Integument
Tanda dan gejala : Warna kulit abu abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit buruk, dan gatal
gatal pada kulit.
Sistem Pulmoner
Tanda dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal, pernafasan kusmaul, udem paru,
gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas berbau amoniak, sesak
nafas.
Sistem Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
gastrointestinal, sto,atitis dan pankreatitis.
Sistem Neurologi
Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
penurunan konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan
perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran.
Sistem Muskuloskletal
Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
osteosklerosis, dan osteomalasia.
Sisem Urinaria
Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi renl, hematuria, proteinuria,
anuria, abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan asidosis metabolik.
Sistem Reproduktif
Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.
Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan pada toksin, contoh
obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis.
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan : gangguan mekanisme regulasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : Perubahan status metabolik
5. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran
arteri dan vena.
6. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar.
7. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
C. Intervensi Keperawatan
Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi
8 volume 2. Jakarta: EGC.