Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANSIETAS”

Disusun Oleh

DIAN SULASTI
C12113501

Preceptor Institusi Perseptor Lahan

(Akbar Harisa, S.Kep.,Ns.,PMNC.,MN) ( )

Profesi Ners
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin
Makassar
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS

A. Defenisi
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap
penilaian individu yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan
tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas adalah suatu perasaan
tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang
disertai suatu respons (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan
oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa
peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia
(2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi,
gerk maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tak
menentu, tidak tenteram, kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi
dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang berbahaya.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi
tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

B. Rentang Respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut ini
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila
individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan
menghasilkan hal yang positif.
Hal positif tersebut antara lain :
1. Dapat memecahkan masalah dan konflik.
2. Adanya dorongan untuk bermotivasi.
3. Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaptif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi
pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan.
Apabila terjadi ancaman terhadap individu, kemudian individu tersebut
menggunakan respon adaptif, maka ia dapat beradaptasi terhadap ancaman
tersebut dengan demikian maka kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila
menggunakan respon maladaptif, maka yang akan terjadi adalah individu
akan menggalami kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat
berat dan akhirnya menjadi panik.

C. Tingkat Ansietas
Beberapa teori membagi ansietas menjadi 4 tingkat :
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Adapun batasan
karakteristik kecemasan ringan, yaitu:
a. Agak tidak nyaman
b. Gelisah
c. Insomnia ringan
d. Perubahan nafsu makan
e. Peka
f. Pengulangan pertanyaan
g. Perilaku mencari perhatian
h. Peningkatan kewaspadaan
i. Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
j. Mudah marah
k. Fokus pada masa datang
l. Gerakan tidak tenang.
2. Ansietas Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Adapun batasan karakteristik dari kecemasan
sedang :
a. Perkembangan dari kecemasan ringan
b. Perhatian terpilih pada lingkungan
c. Konsentrasi hanya pda tugas-tugas individu
d. Ketidaknyamanan subjek sedang
e. Suara bergetar
f. Perubahan dalam nada suara
g. Takipnea
h. Takikardi
i. Peningkatan ketegangan otot
3. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Adapun
batasan karakteristik dari kecemasan berat adalah :
a. Perasan terancam
b. Ketegangan otot berlebihan (kepala, spasme otot)
4. Tingkat Panik dari Ansietas
Tingkat dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang
lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Batasan karakteristik dari panik adalah :
a. Hiperaktivitas atau imobilisasi berat.
b. Rasa terisolasi yang ekstrim
c. Kehilangan identitas, disintegrasi kepribadian.
d. Sangat goncang dan otot tegang
e. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
f. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
g. Menyerang.
D. Pohon masalah

Gangguan pola tidur


Akibat

Masalah
Ansietas
Utama

Resiko regimen
Ketidakberdayaan terapeutik inefektif

Etiologi Gangguan konsep diri : HDR Defisit pengetahuan

Koping individu inefektif Perubahan status kesehatan

E. Pengkajian Pada Klien Ansietas


1. Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah :
a. Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari
tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Id melambangkan
dorongan insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai
mediator antara tuntutan dari id dan superego. Menurut teori
psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang
terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan
ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai
harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
ansietas yang berat.
c. Teori prilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas
merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini
bahwa individu yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada
rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas
berat pada kehidupan masa dewasanya.
d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan umum
seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dapat diklasifikasikan dalam dua jenis :
a. Ancaman terhadap integritas biologik
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia,
seperti kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal
ini merupakan faktor umum penyebab ansietas.
b. Ancaman terhadap rasa aman
Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman
keamanan diri meliputi ; (1) tidak tercapainya harapan, (2) tidak
terpenuhinya kebutuhan akan status, (3) rasa bersalah atau
pertentangan antara keyakinan diri dan prilaku, (4) tidak mampu
untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
3. Pengkajian pada ansietas juga dilakukan pada tiga aspek yaitu:
a. Aspek Fisiologis
Observasi status fisiologi klien dilakukan dengan
mengidentifikasi respon sistem saraf otonom, khususnya saraf
simpatik. Klien dengan ansietas mungkin terjadi peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah, susah bernafas, rasa tercekik,
mulut kering, rasa kembung pada perut dan nyeri, berkeringat
pada telapak tangan dan tremor. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan
menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Aspek kognitif
Pengkajian pada fungsi kognitif mungkin didapatkan :
susah untuk berkonsentrasi, menurunnya lapang persepsi,
kurang perhatian terhadap hal yang kecil atau susah untuk
memfokuskan fikiran. Pada tingkat ansietas ditentukan oleh
luasnya gangguan pada fungsi kognitif.
c. Aspek emosi atau prilaku
Gangguan pada aspek emosi atau prilaku antara lain :
mudah tersinggung, marah, menarik diri, merasa tidak berdaya,
dan mudah menangis. Pengkajian pada reaksi afektif didapatkan
dari keluhan klien. Klien mungkin menceritakan bahwa dirinya
merasa gugup yang luar biasa, tegang, ketakutan, dan bingung.
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalan uapaya mempertahankan
diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan ansietas.
1) Respon fisiologi terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respon
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Kardiovaskuler Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Napas cepat
Napas pendek
Pernapasan Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Terengah-engah
Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Neuromuskular Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal
Kehilangan nafsu makan
Gastrointestinal Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare
Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Wajah kemerahan
Berkeringan setempat (telapak tangan)
Gatal
Kulit Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

2) Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas


Sistem Respon
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Perilaku Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan
interpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Kognitif Bidang persepsi menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Afektif Ketakutan
Ketakutan/ Gugup
Gelisah /Teror
Alarm

4. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan
menggerakan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut
sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.

5. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai
kemampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung
digunakan seseorang untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap
dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas ringkat ringan sering
ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres.
 Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
 Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber
stres.
 Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara
seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas
ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak
sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka
mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap
stres.

F. Penanganan
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi
pasien untuk mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat
menghilangkan gejala ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah
adalah relaksasi, latihan nafas, hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang
sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3 – 4 km sehari. Selain itu pasien
harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini merupakan terapi
tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal yang
penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa
pengobatan farmakologik kurang khasiatnya.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian di tujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala ataumekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan. Menurut stuart da sundden data fokus yang perlu dikaji ada
klien yang mengalami kecemasan adalah sebagai berikut.
a. Perilaku
b. Faktor predisposisi
c. Faktor prepitasi
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping

B. Tanda dan Gejala Ansietas


Pasien datang ke pelayanan kesehatan atau ke psikiatri biasanya
mengeluh trias-ansietas,yaitu ;
1. Rasa cemas hari depan tak menentu,
2. Over aktifitas, dan
3. Perasaan tegang dan takut.

C. Masalah Keperawatan
Ansietas

D. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas tingkat berat/Panik
Tujuan yang diharapakan:
Klien terlindung dari bahaya, Klien dapat menyesuaikan dengan
lingkungan barunya, Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah
dijadwalkan, Klien dapat mengalami kesembuhan dengan
berkurangnya tanda gejala.
Rencana tindakan keperawatan
a. Lindungi klien dari bahaya, Bina hubungan terapeutik : terima
terlebih dahulu kehendaknya dan beri dukungan klien dari pada
melawan
Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme
koping Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
b. Beri umpan balik tentang : perilaku stress, penilaian stresor dan
sumber koping Perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan
dengan kesehatan emosi Kemudian mulailah membuat batasan
perilaku maladaptif klien dengan cara mendukung.
c. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan
Lakukan cara yang tenang kepada klien Kurangi stimulasi
lingkungan
Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan
menularnya cemas pada orang lain. Identifikasi dan modifikasi
situasi yang mempengaruhi kecemasan Berikan tindakan yang
dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat, massage.
d. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan
Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti
membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan
penguatan perilaku produktif secara social Berikan beberapa
jenis latihan fisik seperti; senam, relaksasi. Bersama-sama klien
untuk membuat jadwal kegiatan Libatkan keluarga atau sismtem
pendukung lainnya yang memungkinkan.
e. Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan
gejala gejala cemas berat Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, Amati efek samping obat.
2. Cemas sedang
Cemas tingkat sedang
Tujuan Umum
Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas, Klien dapat mengenali
penyebab cemas, Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan
mal-adaptif, Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk
mengatasi cemas.
Rencana Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi perasaan cemas
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya
3) Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan
4) Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua
perubahan dari asumsi yang ada Gunakan pertanyaan
terbuka , kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien
5) Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika
perlu).
b. Kenali penyebab kecemasan klien
1) Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi
yang mendahului cemas. Tinjau penilaian klien terhadap;
stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya konflik.
Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu
2) Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif. Gali
bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan
bagaimana tindakan yang dilakukan. Tunjukan efek
distruktif dari koping mal-adaptif. Dorong klien untuk
melakukan koping adaptif yang efektif. Beri tanggung
jawab klien. Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan
arti stressor. Diskusikan dengan klien manfaat manfaat
berhubungan dan akibat kita tidak berhubungan.
3) Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi
cemas. Bantu klien mengidentifikasi cara untuk
membangun kembali : pikiran positif; perilaku adaptif,
penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon
koping yang baru.
4) Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam
menyalurkan energi. Libatkan orang terdekat sebagai
sumber koping/dukungan social. Ajarkan latihan relaksasi
untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri serta
mengurangi stress.

E. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
1. Evaluasi Subyektif
 Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
 Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
2. Evaluasi Objektif
Klien berubah perilakunya, tidak tampak ada gejala marah atau agresif
Klien dapat memulai percakapan.
DAFTAR PUSTAKA

Copel. (2007). Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri. Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

Keliat, B. A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. & Sundden. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed. 5. Jakarta:
EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Townsend, M. C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.

Videbek. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai