Anda di halaman 1dari 6

NAMA : JOSHUA HANS MARTIN TAMBUNAN

No. URUT : 28
KELAS : XI IPA 4

ASAL USUL KETURUNAN TAMBUNAN

TAMBUNAN SI RAJA TAMBUN, adalah anak bungsu dari 9 orang anak Raja
Silahisabungan, lahir dari isteri ke-3 yang bernama Similingiling Boru Raja Mangarerak.
Raja Silahisabungan berjumpa dengan Milingiling Boru Raja Mangarerak, pada saat Raja
Silahisabungan berkelana ke SIBISA. Disana Raja Silahisabungan bertemu dengan Raja
Mangarerak yang anak perempuannya sakit, kemudian Raja Mangarerak meminta Raja
Silahisabungan untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit tersebut.
Raja Silahisabungan berhasil menyembuhkan anak perempuan Raja Mangarerak
tersebut, dan meminta untuk menikahi anak perempuan Raja Mangarerak tersebut sebagai
upah karena jasanya yang telah menyembuhkannya. Dengan berat hati Raja Mangarerak
mengabulkan permintaan Raja Silahisabungan, karena sebelumnya anak perempuannya telah
bertunangan dengan orang lain yang sedang berkelana keluar daerah Sibisa. dan telah berjanji
untuk menikahkan anak perempuannya dengan tunangannya tersebut bila pulang kembali ke
Sibisa.
Selanjutnya Raja Silahisabungan menikahi Boru Raja mangarerak tersebut. yang
diketahui bernama SIMILINGILING BORU RAJA MANGARERAK. Kemudian lahirlah
anak laki-laki yang diberi nama SI RAJA TAMBUN. Tidak lama setelah kelahiran Si Raja
Tambun, diketahui kabar bahwa tunangan dari Milingiling Boru Raja mangarerak telah
kembali pulang ke Sibisa. mengetahui kepulangan tunangan isterinya, Raja Silahisabungan
memilih untuk membawa SiRaja Tambun untuk dibawanya ketempat isteri pertamanya di
Lumban Silalahi, Pangururan. Maka berangkatlah Raja Silahisabungan ke Lumban Silalahi,
Pangururan bersama SiRaja Tambun yang masih Bayi.
Setelah sampai di Lumban Silalahi, Pangururan, selanjutnya Si Raja Tambun disusui
dan diasuh oleh isteri pertama Raja Silahisabungan, yaitu Pinta Haomasan Boru Raja
Ambaton, Ibu kandung Silalahi (Silahiraja)

Setelah Si Raja Tambun beranjak Remaja, Raja Silahisabungan mengajak SiRaja


Tambun untuk berkunjung ke Huta Lahi, Silalahi Nabolak untuk menjumpai isteri keduanya
Pinggan Matio Boru Padang batang Hari dan menjumpai anaknya yang lain, abang dari Raja
Tambun yang 7 orang lainnya, selama berada di Huta Lahi, Silalahi Nabolak, terjadi suatu hal
selisih salah paham diantara mereka, anak-anak Raja Silahisabungan dari isteri ke-2 dan ke-3,
SiRaja Tambun dan 7 orang abangnya tersebut. disini SiRaja Tambun akhirnya mengetahui
siapa ibu kandungnya sesungguhnya.

Raja Silahisabungan dan Pinggan Matio Boru Padang Batang Hari selanjutnya
menasehati anaknya yang 8 orang tersebut, nasihat tersebut dikenal sebagai PODA
SAGU-SAGU MARLANGAN ( PSSM ). Adapun isi dari PSSM itu adalah sebagai berikut :
1. Ingkon masihaholongan hamu sama hamu dohot rodi pomparan muna be.
(Hendaklah kamu saling mengasihi satu sama lain hingga kepada seluruh keturunanmu).
2. Naso tupa dohonon muna naso saama - saina hamu napitu dohot si Tambun Raja. Jala
ingkon sisada boru do hamu.
(Janganlah menyebut bahwa kalian bertujuh tidak mempunyai satu ibu dengan adikmu
Tambun Raja. Dan harus sisada boru).
3. Hamu napitu dohot angka pinomparmu, ingkon humolong rohamu di boru nianggimuna
Si Tambun Raja rodi pomparanna. Jala hope tambun raja dohot sandok pomparanmu
ingkon humolong roham di boru ni angka haham rodi pomparanna.
(Kalian bertujuh beserta keturunanmu, harus lebih sayang kepada putri adikmu Tambun
Raja dan keturunannya. Dan kamu pun Tambun Raja dan beserta seluruh keturunanmu
harus lebih sayang kepada putri abangmu beserta keturunannya).

4. Naso jadi olion ni napitu pomparanni anggimmu Si Tambun Raja on. Jala nasojadi olion
ni pomparan ni Tambun Raja pomparan ni sude haham napitu on.
(Kalian bertujuh dan seluruh keturunanmu tidak boleh menikah dengan seluruh
keturunan adikmu Tambun Raja, demikian juga kamu Tambun Raja beserta seluruh
keturunanmu tidak boleh menikah dengan seluruh keturunan abangmu yang tujuh ini.)
5. Naso tupa pungkaonmu bada manang salisi. Ia adong parbadaan dihamu napitusahat rodi
pomparan muna,sandok ingkon anggimuna ma manang pomparannasibahen dame
dihamu, mambahen uhum na tingkos jala naso boimardingkan. Ingkon oloan jala tung so
jadi juaon muna. Laos songoni ho Tambun Raja, ia adong parbadaan di pomparan muna,
sandok ingkon sian pomparan nihaham napitu on ma sibahen dame jala sidabu uhum
natingkos, naso tupamardingkan, jala naso jadi juaon muna. Jala molo adong parbadaan
dihamu nasotupa dohot halak naasing laho pasaehon.
(Tidak boleh memulai pertengkaran dan perselisihan. Bila ada perselisihan diantara
kalian bertujuh dan seluruh keturunanmu,yang menjadi juru damai adalah dari Tambun
Raja dan dari keturunannya. Membuat suatu hukum yang adil dan tidak memihak dan
harus kalian patuhi. Demikian juga kamu Tambun Raja, bila ada perselisihan diantara
keturunanmu ,dan sebagai juru damai haruslah dari ketujuh abangmu ini atau dari
keturunannya yang memberikan hukum yang adil dan tidak memihak dan harus kamu
patuhi.dan bila adaperselisihan diantara kalian dan keturunan mu, tidak boleh marga lain
ikut campur untuk menyelesaikannya.)
Poda ini dilaksanakan diucapkan di Silalahi Nabolak, disana terdapat dua buah batu.
satunya berdiri tegak dan satunya tergeletak ditanah. Barang siapa yang mematuhi PODA
PSSM ini, maka keturunannya akan berdiri kokoh, tetapi barang siapa yang mengingkari,
maka dia akan seperti batu yang rebah ke tanah. Batu ini disebut Batu Jongjong dan batu
nagadap.
Poda PSSM ini juga terus diingat dan dilaksanakan sampai saat ini antara SiRaja
Tambun dengan ke- 7 orang abangnya dari isteri ke-2 Raja Silahisabungan, Pinggan Matio
Boru Padang Batang Hari tersebut.

Gambar Batu nagadap dan batu jong-jong.

Selanjutnya, Raja Silahisabungan mengajak pulang Si Raja Tambun ke Lumban


Silalahi ( Silalahi Nagodang ), Pangururan. Sejak saat itu Si Raja Tambun mengetahui, bahwa
Pinta Haomasan Boru Raja ambaton yang selama ini menyusui, mengasuh, merawat dan
membesarkannya, bukan ibu kandungnya.
Karena mengetahui bahwa Pinta Haomasan Boru Raja Ambaton bukan ibu
kandungnya, maka S iRaja Tambun meminta dan memaksa kepada Raja
Silahisabungan untuk menemui ibu kandungnya Milingiling Boru Raja Mangarerak di
Sibisa. Karena tidak mampu lagi untuk membendung keinginan Si Raja Tambun untuk
menemui ibu kandungnya, maka Raja Silahisabungan dan Pinta Haomasan Boru Raja
ambaton akhirnya mengizinkannya dengan berat hati dan bersedih karena tidak akan bertemu
lagi dengan Si Raja Tambun. Sebelum keberangkatan Si Raja Tambun ke Sibisa untuk
menjumpai ibu kandungnya, Raja Silahisabungan dan Pinta Haomasan Raja Ambaton
mengadakan doa berkat untuk Silalahi ( Silahiraja ) dan Si Raja tambun, juga untuk doa
keberangkatan Si Raja Tambun ke Sibisa.
Kemudian, Si Raja Tambun berangkatlah Sibisa, diantar oleh Raja Silahisabungan
sampai Sibisa . kemudian bertemu dengan ibunya Milingiling Boru Raja mangarerak dan
tulangnya Raja Toga Manurung.Selanjutnya Si Raja Tambun menikah dengan boru
tulangnya Pinta Haomasan Boru Manurung, dan memiliki 3 orang anak , yaitu :
1. Tambun Saribu
2. Tambun Mulia
3. Tambun Marbun
Anak ni TAMBUN SARIBU:
1. Dolok Saribu,
2. Sinurat,
3. Nadapdap.
Anak ni TAMBUN MULIA:
1. Tambun Uluan,
2. Tambun Holing,
3. Tambun Haro ( marhuda di daerah karo).
Anak ni TAMBUN HOLING :
1. Tuan Pagaraji,
2. Datu Tambun Toba,
3. Tambunan Ujung Sunge.
Anak ni DATU TAMBUN TOBA:
1. Tambunan Baruara,
2. Tambunan Lbn Pea,
3. Tambunan Lbn Gaol.
A. NILAI KULTUR KEHIDUPAN
Kita harus saling menyayangi satu sama lain kepada sesama terutama kepada
keluarga kita.
Kita harus patuh terhadap perintah dan nasihat orang tua.

B. NILAI KEHIDUPAN DAN BUDAYA YANG MASIH RELEVAN DAN DI IKUTI


HINGGA SEKARANG
Nilai kehidupan yang relevan dan diikuti sampai sekarang dapat dilihat bahwa saat
ini padan masih dipegang oleh seluruh marga Silahisabungan dengan tidak boleh
menikah dengan marga Tampubolon dan setiap marga Tambunan martulang dengan
marga Manurung karena Tambunan lahir dari rahimnya Boru Manurung.

Anda mungkin juga menyukai