Anda di halaman 1dari 35

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka. Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat

langgeng.5 Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia

sebagai hasil panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan

(belief), takhyul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru

(misinformations).7

Pengetahuan pada dasarnya menunjukkan pada suatu yang diketahui,

jadi ada sesuatu pokok soal yang mengharuskan orang mempunyai

pengetahuan, tidaklah mungkin ada pengetahuan mengenai sesuatu yang

tidak diketahui.8

a. Macam pengetahuan :

1) Pengetahuan analitis a priori : hal-hal yang diketahui lepas dari

pengalaman dan karena itu bersifat pasti, namun tidak informative

atau tak berisi sebab ia hanya menjelaskan apa yang sudah terdapat

dalam makna kata.


9

2) Pengetahuan sintesis a posteriori yaitu pengetahuan yang diperoleh

lepas dari pengalaman.

3) Pengetahuan sintesis a priori : pengetahuan yang dapat diperoleh

lepas dari pengalaman. Jadi bersifat pasti, namun pada saat yang

sama berisi. Pengetahuan jenis ini diperolah dengan merefleksikan

pengalaman rasional sedemikian rupa, dan mengungkapkan adanya

kategori-kategori dalam pemikiran yang manata hasil cerapan indera

itu menjadi pengalaman rasional.9

b. Tingkatan pengetahuan

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan

yaitu5 :

1) Tahu

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa klien itu tahu, adalah klien

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.

2) Memahami

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat

menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

3) Penerapan
10

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat mengguanakn

hukum-hukum, rumus, metode, dalam situasi nyata.

4) Analisis

Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan objek kedalam

bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur

objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran

kemampuan ialah klien dapat menggambarkan, membuat

bagian, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses

adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi

dengan fisiologi.

5) Sintesis

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagia-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasinya. Ukuran

kemampuan ialah klien dapat menyusun, meringkas,

merencanakan, dan menyusaikan suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

6) Evaluasi
11

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada

atau dususun sendiri.

B. Tinjauan tentang sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

tehadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya

kesesuaian reaksi terhadap rangsangan. 10 Sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung ( Favorable ) maupun perasaan tidak mendukung atau

tidak memihak ( unfavorable ) pada objek tersebut. Secara lebih spesifik

Thursione memformulasikan sebagai derajat efek positif atau efek negatif

terhadap suatu objek psikologis.11

Newcombe yang dikutip oleh Notoatmojo (2003) menyatakan sikap

itu merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak dan bukan pelaksana motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi

kredit posisi tindakan suatu perilaku tertentu. Sikap merupakan reaksi

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap suatu objek.

Dalam bagian lain Allport yang dikutip Notoatmojo (2003)

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :


12

1. Kepercayaan (keyakinan), ide

dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau

evaluasi terhadap objek

3. Kecendrungan untuk bertindak

(tend to behave)

Sikap merupakan hal yang komplek dan untuk mengubahnya

diperlukan proses yang tidak sederhana.

Perubahan sikap dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu 11 :

1. Faktor Kognisi

Bahwa terjadinya perubahan persepsi yang didasari oleh adanya

perubahaan pengetahuan, cakrawala, pengalaman dan pendidikan.

2. Faktor Komunikasi

Ternyata memerlukan komunikasi untuk mengubah diri dari

pengetahuan sampai timbulnya rasa percaya diri.

3. Faktor Psikologis

Adanya rasa senang atau tidak senang pada komunikator akan

berakibat sikap menerima/menolak apa yang dibawakan.

4. Faktor Antropologik

Sesuatu yang telah dianggap wajar sebagai salah satu aspek

kesehatan dalam suatu kebudayaan tertentu dan sulit diterima oleh

masyarakat.
13

5. Faktor Sosiologik

mudahnya sikap berubah ikut dipengruhi oleh adanya faktor in group

dalam masyarakat.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman pribadi maupun orang lain.

Sikap membuat seseorang untuk berbuat atau menjauhi sesuatu objek.

Adapun ciri-ciri sikap sebagai berikut11 :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dipelajari sepanjang

perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan objek.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap itu dapat dipelajari orang atau

sebaliknya.

3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung reaksi

tertentu terhadap suatu objek.

4. Objek sifat merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kesimpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan sifat yang

membedakan sikap dari cakupan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan respon terhadap suatu objek, misalnya bagaimana pendapat

anda tentang pelayanan di Rumah Sakit?11


14

C. Tinjauan tentang perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya

stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung.

Sri Kusmiyati yang dikutip oleh Sunaryo mengemukakan bahwa

perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu

dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah

makhluk hidup.

Notoatmodjo yang dikutip oleh Sunaryo mengemukakan bahwa

Perilaku adalah suatu reaksi-reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Perilaku dapat terjadi apabila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.

Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku

tertentu.

Soekidjo yang dikutip oleh Sunaryo mengemukakan bahwa perilaku

dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap

rangsangan dari luar subjek tersebut.5

a. Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain :

1) Kepekaan sosial artinya kemampuan manusia untuk dapat

menyesuaikan perilakunya sesuai pandangan dan harapan

orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam


15

hidupnya perlu kawan dan bekerja sama dengan orang lain.

Perilaku manusia adalah situasional, artinya perilaku manusia akan

berbeda pada situasi yang berbeda.

2) Kelangsungan perilaku artinya antara perilaku yang satu ada

kaitannya dengan perilaku yang lain. Perilaku sekarang adalah

kelanjutan perilaku yang baru lalu dan seterusnya. Dengan kata lain

bahwa perilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan

secara serta merta.

3) Orientasi pada tugas artinya bahwa setiap perilaku manusia

selalu memilki orientasi pada suatu tugas tertentu.

4) Usaha dan Perjuangan pada manusia telah terpilih dan

ditentukan sendiri, serta tidak akan memperjuangkan sesuatu

yang memang tidak ingin diperjuangkan.

5) Tiap - tiap individu manusia adalah unik. Unik di sini

mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda dengan

manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di

muka bumi ini. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada

masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari, menentukan

perilaku individu di masa kini yang berbeda-beda pula

b. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang


16

Faktor genetic atau faktor endogen :

Factor genetic atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau

modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup.

1) Jenis ras, setiap ras di dunia memilki perilaku yang spesifik,

saling berbeda satu dengan yang lainnya.

2) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat

dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria

berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal.

Sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau

perasaan.

3) Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda

karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan

gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

4) Sifat kepribadian. Perilaku individu adalah manifestasi dari

keperibadian yang dimilikinya sebagai perpaduan antara factor

genetic dan lingkungan.

5) Bakat pembawaan, merupakan interaksi dari factor genetic dan

lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk

pengembangan.

6) Intelengensi, adalah kemampuan untuk berpikir abstrak

sehingga intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku

individu.
17

Factor eksogen atau faktor dari luar individu

1) Faktor lingkungan, menyangkut segala sesuatu yang ada


disekitar individu, baik fisik, biologis maupun social.
2) Pendidikan, secara luas pendidikan mencakup seluruh proses

kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa

interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal

maupun informal.

3) Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir

atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang

masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat

berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan

berperilaku individu.5

c. Bentuk perilaku manusia

1) Perilaku pasif (respon internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu

dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap,

belum ada tindakan yang nyata.

2) Perilaku aktif (respon eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang

dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata. 20

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap

rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim


18

pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Rangsangan yang

terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu ;

a. Perilaku terhadap sakit dan penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkat-

tingkat pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau

sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu :

1) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health

promotion behavior)

2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

3) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

4) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)

b. Perilaku terhadap sistim pelayanan kesehatan

Perilaku ini adalah respons individu terhadap system pelayanan

kesehatan modern maupun tradisional, meliputi :

1) Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

2) Respons terhadap cara pelayanan kesehatan

3) Respons terhadap petugas kesehatan

4) Respons terhadap pemberian obat-obatan

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)

Perilaku ini adalah respons individu terhadap makanan. Perilaku ini

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik terhadap


19

makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi,

vitamin), dan pengelolaan makanan sehubungan kebutuhan tubuh

kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental behavior).

Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai

determinant ( factor penentu ) kesehatan manusia lingkup perilaku

ini sesuai lingkup kesehatan lingkungan.5

3. Klasifikasi perilaku kesehatan.

Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu perilaku individu yang

ada kaitannya dengan health promotion, health prevetion, personal

hygiene, memilih makanan, dan sanitasi.

Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan

oleh individu yang merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatan atau

rasa sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu untuk mengenal

penyakit, pengetahaun dan kemampuan individu tentang penyebab

penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit.

Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas

individu yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.

a. Perilaku Orang Sakit

Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan

oleh induvidu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.

Kusmiyati & Desminiarti (1990) dalam Sunaryo mengemukakan


20

7 perilaku orang sakit, yaitu :

1) Fearfullness (marasa ketakutan) bentuk ketakutannya meliputi :

penyakitnya tidak sembuh, takut mati, takut mengalami

kecacatan, takut tidak mendapatkan pengakuan di lingkungan

sehingga merasa diisolasi.

2) Regresi : salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit

adalah ansietas (kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan

tersebut. Salah satu caranya adalah dengan regresi (menarik

diri) dari lingkungannya.

3) Egosentris : perilaku individu yang sakit banyak mempersoalkan


tentang dirinya sendiri.
4) Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu

yang sakit dengan melebih-lebihkan persoalan kecil.

5) Reaksi emosional tinggi yaitu perilaku individu yang sakit ditandai

dengan sangat sensitive terhadap hal-hal remeh sehingga

menyebabkan reaksi emosional tinggi.

6) Perubahan persepsi terhadap orang lain karena beberapa

factor diatas, seorang penderita sering mangalami perubahan

persepsi terhadap orang lain.

7) Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping

memiliki rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress.

Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian terhadap


21

sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat

terhadap sesuatu.

b. Perilaku orang sehat

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk

pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaan

kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.

Perubahan perilaku pada orang sehat dipengaruhi oleh 3


konflik. Konflik adalah suatu keadaan yang timbul sebagai akibat
adanya dua atau lebih keinginan, kondisi atau dorongan yang tidak
harmonis.
1). Approach-approach conflict, adalah konflik yang terjadi apabila

keinginan, kondisi atau dorongan yang ada, sama-sama

dikehendaki dan akibatnya positif.

2). Avoidance - avoidance conflict, adalah konflik yang terjadi

apabila semua keinginan, kondisi, dan dorongan yang ada

sama-sama tidak dikehendaki, dan bersifat negatif.

3) Approach - avoidance conflict, adalah konflik yang terjadi apabila

keinginan, kondisi dan dorongan yang dikehendaki

mengandung resiko positif dan negatif seimbang. 5

D. Tinjauan tentang Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus


22

Suyono (2002) dikutip oleh Yulia mengemukakan bahwa Diabetes Melitus

merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan

kadar gula darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut

maupun relatif.12

Diabetes Melitus adalah suatu kelompok dari penyakit metabolic yang

dikarakteristikkan oleh peningkatan level glukosa dalam darah (hiperglikemi)

yang merupakan hasil dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau

keduanya.13

Adam J (1998) dikutip oleh Sanusi mengemukakan bahwa Diabetes

Melitus adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya hiperglikemi

kronis serta terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

yang berkaitan dengan kurangnya jumlah sekresi insulin oleh sel beta

pangkreas atau kerja insulin di otot dan hati secara relatif absolut. 2

2. Penyebab Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi

sel pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Diabetes Melitus

Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel dan

resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi

insulin ini sepenuhnya, artinya terjadinya defesiensi relative insulin. Ketidak

mampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan


23

glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang

sekresi insulin lain. Berarti sel pangkreas mengalami desensitisasi terhadap

glukosa.14,13

3. Epidemiologi Diabetes Melitus

Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi, jumlah penderita

penyakit diabetes dipermukaan bumi ini akan menyentuh 300 juta jiwa

pada tahun 2025. berdasarkan data WHO, pada tahun 1995 jumlah

penderita penyakit DM di Indonesia telah mencapai 5 juta dengan

peningkatan 230.000 pasien per tahun. Tidaklah mengherankan bila pada tahun

2005 lalu, jumlah penderita DM sudah mencapai 12 juta. Pola makan

yang kurang baik ditengarai sebagai salah satu pemicu utama tingginya
15,13
prevalensi penyakit papan atas ini.

4. Gambaran klinis Diabetes Melitus

a. Gejala akut

Pada permulaan, gejala yang timbul adalah :banyak makan

(polipagi), banyak minum (polidipsi), banyak kencing (poliuria). Akibat

keadaan ini biasanya berat badan penderita terus naik (bertambah

gemuk) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi. Bila

gejala-gejala tersebut diatas tidak diperhatikan maka lama-kelamaan

akan terjadi kemunduran insulin yang ditandai dengan : Nafsu makan

mulai berkurang bahkan kadang-kadang disertai gejala mual, Mudah

capai, Berat badan turun dengan cepat, dapat mencapai 5-10 kg


24

dalam 2-4 minggu, Bahkan penderita akan tidak sadarkan diri atau

mengalami koma diabetik akibat kadar glukosa dalam darah terlalau

tinggi

b. Gejala kronik

Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukkan gejala mendadak

namun setelah beberapa tahun bahkan beberapa bulan penderita

DM akan sering mengalami kesemutan, kulit terasa panas, terasa

tebal dan gatal. Keram dan gampang mengantuk, mata terasa

kabur dan sering ganti kacamata, gigi mudah goyang dan lepas,

pada wanita hamil sering mengalami keguguran dan melahirkan bayi

mati serta kemampuan seksual menurun.14

5. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor resiko Diabetes mellitus meliputi :

a. Herediter

b. Berumur >40 th

c. Obesitas

d. Hipertensi

e. Riwayat melahirkan bayi >4 kg

f. Riwayat DM pada saat kehamilan

g. Dislipidemia13

6. Klasifikasi Diabetes Melitus


a. Diabetes Melitus tipe 1
25

DM tipe 1 timbul akibat kerusakan sel-sel beta pangkreas yang

menghasilkan insulin, sehingga insulin yang bertugas merubah glukosa

menjadi tenaga di dalam sel tubuh sama sekali tidak ada. Hal ini

mengakibatkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi. Kerusakan sel

penghasil insulin ini diduga akibat infeksi virus yang mengakibatkan

terbentuknya antibody yang merusak sel-sel beta pangkreas yang

menghasilkan insulin.

b. Diabetes Melitus tipe 2

DM tipe 2 sebelumnya dikenal dengan istilah DM pada orang dewasa,

DM tidak tergantung insulin oleh karena sebagian besar penderita tidak

mutlak memerlukan insulin. DM tipe 2 resistensi insulin artinya tubuh

kebal atau tidak dapat memamfaatkan insulin walaupun diproduksi

cukup atau lebih dari cukup. DM tipe 2 sering dijumpai pada penderita

hipertensi dan gangguan lemak darah.

c. Diabetes Melitus tipe lain

Yang termasuk DM tipe lain yaitu pasien yang disebabkan oleh

gangguan selain tersebut diatas, seperti efek genetic yang

disebabkan oleh efek kromosom, gangguan pada kelenjar eksokrin

pangkreas, gangguan pada kelenjar gondok, hifofisis otak, obat-

obatan dan bahan kimia, infeksi virus juga dapat menyebabkan

manifestasi DM.

d. Diabetes mellitus hamil


26

Ditemukan suatu macam tipe DM yang onsetnya pertama kali

didiagnosis saat hamil. Di Amerika Serikat prevalensi DM hamil


2
meliputi 1-14 % tergantung populasi yang diteliti.

7. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus

a. Gejala klasik DM ditambah kadar glukosa darah sewaktu 200 mg

% (plasma vena) atau

b. Kadar glukosa darah puasa 126 mg % atau

c. Kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram pada

TTGO 200 mg %.2

8. Pencegahan Diabetes Melitus

a. Pencegahan primer : semua aktifitas yang ditujukan untuk

mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang beresiko

untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.

Upaya pencegahan primer DM yang bisa dilaksanakan adalah :

1) Atur pola makan yang baik. Khususnya untuk yang berusia 35-

40 tahun. Sebab pada usia ini seseorang akan mengalami

kesuksesan duniawi. Akibatnya, mereka dapat membeli makanan

apa saja karena kecukupan materi. Pada saat seperti ini perlu

pengendalian pola makan, juga jadwal dan komposisi yang benar.

2) Jika berat badan sudah melebihi normal (obesitas), maka perlu

dilakukan program untuk menurunkannya. Hal ini juga terkait

dengan pola makan.


27

3) Olahraga atau aktivitas fisik juga penting dilakukan untuk

pencegahan DM. 16

b. Pencegahan sekunder : kegiatannya menemukan DM sedini

mungkin, misalnya dengan tas penyaringan terutama pada

populasi resiko tinggi. Dengan demikian pasien diabetes yang

sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan demikian

dapat dilakukan upaya upaya untuk mencegah komplikasi atau

kalaupun sudah ada komplikasi masih reversible.

c. Pencegahan tersier : semua upaya untuk mencegah komplikasi

atau kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi:

1) mencegah timbulnya komplikasi

2) mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi


kegagalan organ
3) mencegah kecacatan tubuh.16

9. Penanganan Diabetes Melitus

Pada waktu lampau, penanganan DM sangat difokuskan kepada

pemberian obat-obatan. Namun belakangan diketahui bahwa motivasi dari

klien DM sendiri untuk mengatasi penyakitnya sangat berperan dalam

keberhasilan penanganan DM. Motivasi ini dapat ditumbuhkan jika klien

mamahami kondisi penyakitnya sehingga dapat berperan aktif dalam

perawatannya. Oleh karena itu prinsip penanganan DM yang saat ini

dikenal dengan pilar pengelolaan DM, meliputi :

a. Edukasi (pendidikan kesehatan)


28

Tujuan dari edukasi DM adalah terjadinya perubahan perilaku pada klien

sehingga klien dapat berpartisipasi aktif dalam perawatannya. Materi

edukasi, sedikitnya mencakup :

1) Pengertian dasar dan patofisiologi DM

2) Tanda dan gejala DM

3) Sebab-sebab tingginya kadar gula darah

4) Komplikasi DM

5) Perencanaan makanan

6) Pemeliharaan luka

7) Latihan jasmani

8) Pemantauan gula darah mandiri

9) Pengobatan oral

10)Penyuntikan insulin

11) Pengaturan saat sedang sakit

12)Pengaturan saat bepergian jauh

13)Cara memamfaatkan fasilitas kesehatan

b. Perencanaan makan

Diet DM merupakan salah satu pilar dalam penanganan DM.

Kegagalan dalam melakukan diet pada klien DM dapat berakibat

fatal bagi klien. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh kekurang

pahaman akan diet dan mispersepsi klien tentang diet DM.


29

Sebaiknya mengajarkan perencanaan makan klien dimulai dari

saat klien memilih bahan makanan di supermarket sampai cara

klien mengolah makanannya di dapur.

c. Latihan jasmani (olah raga) diyakini banyak ahli, walaupun

prosesnya belum dapat dipastikan dapat meningkatkan sensitifitas

reseptor insulin, sehingga akan menurunkan kadar gula darah.

Pada klien DM olah raga harus direncanakan dengan baik dan

berkonsultasi dengan dokter ahli. Olahraga dapat menyebabkan

hiperglikemi pada klien yang mendapat terapi insulin. Sehingga

jenis olah raga yang dapat dilakukan oleh klien DM adalah jalan,

jogging, berenang (dengan pengawasan), bersepeda.

d. Intervensi farmakologi atau obat-obatan

Pengelolaan secara farmakologis pada klien DM meliputi pengobatan

oral ( OHO / Obat Hiperglikemi Oral ) dan insulin. Dalam pemberian

terapi obat-obatan seorang perawat harus memahami :

1) Indikasi dan kontraindikasi penggunaan obat OHO dan insulin

2) Jenis-jenis preparat insulin berdasarkan kecepatan reaksinya

3) Cara pemberian dan rotasi penusukan insulin yang tepat

4) Intervensi keperawatan yang harus dilakukan pada klien yang

mendapat OHO/insulin. 12,13

10. Komplikasi Diabetes Melitus

a. Komplikasi akut
30

Komplikasi akut yang dulunya hampir semua meninggal dunia,

namun saat ini sudah hampir tidak ada yang meninggal demikian

pula insiden komplikasi akut sudah sangat kurang ditemukan

diklinik.

b. Kompilkasi kronik

Komplikasi kronik semakin banyak ditemukan banyak ditemukan

terutama setelah ditemukannya insulin pada tahun 1922 dan

semakin banyak pasien DM yang berusia lanjut akan mengalami

kematian dengan komplikasi kronik. Komplikasi kronik dapat

berupa :

1) Mikroangiopati diabetes yaitu : retinopati diabetik, nefropati

diabetes.

2) Makroangiopati diabetes yaitu : strok (non hemoragik,

hemoragik), PKV ( jantung koroner, angina pectoris, infark miokard

akut), kaki diabetik. 2

E. Tinjauan Tentang Pola Makan Diabetes mellitus

Pola adalah aturan/cara/dasar. Jadi pola makan adalah aturan / cara

makan. Pola makan adalah aturan / tata cara manusia atau sekelompok

manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan meliputi, perilaku

makan, kepercayaan dan pemilihan makan. 17


31

Dalam memilih dan menyusun makan, manusia mempunyai pola

makan tertentu berdasarkan selera, kebiasaan, agama, pendidikan dan

pengetahuan, pendapatan keluarga, serta keadaan sekitar lingkungan.

Klien DM dapat hidup dengan normal seperti halnya orang sehat

lainnya dengan syarat klien harus mengikuti pola hidup sehat, mengikuti

saran dokter, serta memeriksakan kesehatannya secara berkala. Disamping

itu ada ketentuan khusus yang harus diikuti oleh klien DM, salah satunya

adalah pola makan.18

Pola makan sangat erat kaitannya dengan diet, dalam hal ini

pengaturan jenis, jumlah dan cara mengkonsumsi makanan sangat

penting bagi klien DM. Frekuensi makan klien DM sebetulnya tidak berbeda

dengan orang yang tidak menderita DM, tetap tiga kali sehari. Makanan yang

dikonsumsi pun harus bergizi terdiri dari unsur-unsur karbohidrat, lemak,

protein, vitamin dan mineral. Makanan merupakan bahan bakar dan energi

untuk tubuh. Energi yang dihasilkan oleh makanan diukur denagn satuan

kalori yang berbeda sesuai denagn jumlah dan komposisi lemak (1 gram = 9

kalori), karbohidrat (1 gram = 4 kalori), dan protein (1 gram = 4 kalori) yang

dikandungnya.19

1. Perencanaan makan pada Diabetes Melitus

a. Pada pasien DM Tipe 1

Perencanaan makanan penting untuk mencegah hiperglikemia,

hipoglikemia dan mempertahankan keseimbangan metabolic. Total


32

asupan energi sehari-hari secara tetap dengan paling sedikit 3 kali

makan, satu atau dua kali snack antara makan dan snack sebelum

tidur.

b. Pada pasien DM Tipe 2

Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan berat badan, perbaikan

kadar glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemuk dengan

DM tipe 2 mempunyai pengaruh positif pada morbiditas. Orang yang

kegemukan dan menderita DM mempunyai resiko yang lebih besar

daripada mereka yang hanya kegemukan.

Meskipun banyak yang belum diketahui tentang hasil berbagi

susunan diet penurunan berat badan yang dapat dipertahankan,

beberapa hal perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan- pendekatan

yang ada yaitu ;

1) Diet mengandung gizi seimbang dengan jumlah kalori yang

dibatasi yaitu 500 - 1000 kurang dari asupan makanan sehari-

hari, dapat menurunkan BB secara bertahap

2) Pertahankan BB yang sudah turun dengan mempertahankan

kebiasaan makan yang baru. Kalori yang tidak berlebihan juga

memberikan pengaruh yang menguntungkan pada kadar

glukosa darah, kebutuhan insulin dan OHO.

3) Penekanan tujuan terapi gizi DM tipe 2 hendaknya pada

pengendalian glukosa, lipid dan hipertensi.


33

4) Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan gizi yang

cukup dan dibarengi dengan pengurangan lemak terutama

lemak jenuh. Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa

sehingga asupan Zat gizi tersebat sepanjang hari. 20

Tujuan pola makan adalah terjadinya perubahan perilaku optimal terutama

pada diri pasien dan keluarga. Dalam hal ini ingin terjadi perubahan menuju

perilaku pola makan sehat untuk pasien atau penderita. Tapi kenyataanya di

ruang rawat inap selama ini paling susah merubah pola makan orang yang

sudah terbentuk puluhan tahun, betapa nikmatnya makan bebas apalagi pada

pasien rawat jalan. Oleh karena itu berikan edukasi makanan pada pasien dan

keluarga secara menyeluruh, pengembangan keterampilan dan motivasi

langsung awal rawat, secara bertahap selama perawatan sehingga selama

perawatan pasien mengerti Three in one ( pola makan sehat), subtitusi, dan

konversi makanan sehingga asupan baik, BB baik dan grafik gula darah baik.

Variabel yang perlu diperbaiki :

a. Three in one ; pola makan (agar pasien tidak cepat lapar, garafik gula

darah tidak ekstrim)

Boleh : Bahan makanan yang boleh (nasi, mie, bubur ayam,

kentang, ketoprak)

Benar : Porsi yang benar untuk setiap makanan

Benar : Jam makan


34

b. Bentuk makanan tepat

c. Total kalori yang diberikan sesuai kemampuan makan

d. Total perhitungan kalori tepat

e. Kombinasi bentuk makanan bila asupan kurang

f. Subtitusi makanan

g. Konversi makanan (jelaskan makanan penukar agar merasa diet DM

sama dengan makanan biasa)

h. Variasi makanan

i. Boleh bawa makanan dari rumah (koordinasi)

j. Boleh beli makanan (koordinasi)21

Jumlah kalori makanan yang diperlukan setiap orang berbeda

tergantung dari jenis kelamin, usia, tinggi dan berat badan. Jika

makanan yang dikonsumsi melebihi jumlah kalori yang dibutuhkan

tubuh, akan timbul obesitas yang merupakan salah satu factor pemicu

timbulnya DM.

Syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan diet bagi klien DM

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal

berdasrkan aktifitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau

laktasi serta ada tidaknya komplikasi.

b. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk

menggunakannya sebaiknya 6070%


35

c. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sebagai bumbu. Bila kadar

glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula

murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

d. Makanan cukup protein 10-15%, lemak 20-25%, mineral dan


vitamin.
e. Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang

diberikan.19

2. Terapi yang diberikan kepada klien DM terbagi dalam tiga type :

a. Diet rendah kalori

Untuk menurunkan berat badan bagi klien Diabetes yang gemuk dan

diikuti diet untuk mempertahankan berat badan agar tidak naik lagi.

b. Diet bebas gula

Digunakan untuk klien yang lanjut usia dan tidak tergantung insulin

tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula.

Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat sebagai bagian dari

keseluruhan hidangan secara teratur.

c. Sistem penukar

System penukar memungkinkan variasi makanan sehingga klien

tidak bosan tetapi tetap dalam kalori yang telah ditentukan.

Misalnya nasi ditukar roti, kentang, dan lainnya. 16

3. Makanan yang perlu dihindari


36

Makanan tertentu jika dikomsumsi dapat menaikkan kadar gula dalam

darah, karena itu klien harus berhati-hati memilih makanan, bahan

pangan kaya karbohidrat membuat kerja organ pancreas menjadi lebih

berat. Karbohidrat akan segera diubah menjadi glukosa akibatnya

kadar gula darah meningkat, selanjutnya pangkreas bereaksi mengeluarkan

insulin agar dapat menarik gula dalam darah dan menyimpannya dalam

otot sebagai cadangan energi (glikogen).

Makanan yang perlu dihindari oleh kilen DM :

a. Gula murni, seperti yang terdapat pada gula pasir, gula jawa, dan
sirup.
b. Madu, selai manis, jeli, permen, coklat, susu kental manis, minuman

botol ringan dan es krim.

c. Kentang, mengandung indeks glisemik tinggi sehingga mudah

menaikkan kadar gula darah.

d. Biskuit, kue-kue, roti manis, dodol, makanan yang digoreng dan

berlemak.

e. Susu fullcream yang dikonsumsi secara berlebihan

f. Snack yang mengandung gula dan pemanis buatan yang tinggi

kalori

g. Pudding, sari buah dan buah buahan yang dikalengkan dalam sirup

h. Abon, dendeng dan sarden

i. Mentega dari lemak hewani dan minyak jenuh.19

4. Makanan Yang Perlu Dikonsumsi


37

Sebaiknya klien DM mengkonsumsi makanan yang tidak terlalu

merangsang produksi insulin secara berlebihan. Makanan berserat tinggi

dapat membantu menurunkan kebutuhan akan insulin, serat merupakan

bahan makanan yang mengandung karbohidrat cukup rendah tapi

mngenyangkan. Karbohidrat dalam makanan kaya serat diserap lebih

lambat dan kenaikan gula darah berlangsung berlahan.

Makanan yang perlu dikonsumsi oleh klien DM :

a. Sayur-sayuran (buncis, wortel, taoge/kecambah, sawi, bayam)

b. Buah - buahan (apel, jeruk, mangga, dan buah-buahan lain yang kaya

serat)

c. Roti yang terbuat dari gandum, mengandung kulit ari yang kaya serat.

d. Sumber protein nabati (tempe, tahu, kedelai) dan sumber serat lain yang

mengandung protein hewani, seperti ikan dan telur.

e. Sumber lemak (kacang-kacangan) baik untuk dikonsumsi 19

5. Hidangan untuk Diabetes mellitus

Gizi seimbang merupakan syarat utama dalam menyusun menu untuk

mencapai kesehatan optimal. Istilah menu dapat diartikan sebagi

suatu daftar makanan yang disajikan. Susunan menu bagi pasien DM

sebaiknya memberikan penampilan yang menarik dan memenuhi

citarasa disamping memenuhi kebutuhan gizi. Menu disusun bervariasi

dengan tujuan tidak membosankan. Dengan pengertian yang baik

mengenai makanan pada dirinya, pelaksanaan perencanaan makanan


38

menjadi tidak kaku dan tidak menjadi beban bagi pasien diabetes. Pasien

diabetes tidak perlu takut lagi pergi ke pesta atau menghadiri undangan

makan, asalkan dapat dengan benar memilih makanan yang tepat

untuk dirinya. Baik macam maupun jumlahnya.19

Pada dasarnya diit diabetes diberikan dengan cara 3 kali makanan

utama dan 3 kali makanan antara (snak) dengan jarak antara (interval)

3 jam. Namun jadwal ini dapat berubah sesuai ketetapan diit rumah

sakit.18

Berikut macam diit DM dan indicator pemberian 22

Sebagai pedoman di instalasi gizi BP RSUD Labuang Baji

Macam Diit Kalori Protein Lemak Hidrat Arang

I 1100 50 gr 30 gr 160 gr

II 1300 55 gr 35 gr 195 gr

III 1500 60 gr 40 gr 225 gr

IV 1700 65 gr 45 gr 260 gr

V 1900 70 gr 50 gr 300 gr

VI 2100 80 gr 55 gr 325 gr

VII 2300 85 gr 65 gr 350 gr

VIII 2500 90 gr 65 gr 390 gr

Diit I s/d III : Diberikan kepada klien yang terlalu gemuk (IMT 23)

Diit IV s/d V : Diberikan kepada klien yang BB normal (IMT 18,5

22,9 )
39

Diit VI s/d VIII : Diabetes yang mempunyai komplikasi. Dan berpostur

tubuh kurus (IMT <18,5)

Nilai Gizi 7 Golongan Bahan Makanan Penukar


(dalam satuan penukar)

Golongan Bahan Makanan Kalori Protein Lemak Hidrat Arang


G g G
1 Nasi / Penukar 175 4 - 40
2 Daging / Penukar 95 40 6 -
3 Tempe / penukar 80 6 3 8
4 Sayuran / Penukar A - - - -
Sayuran / Penukar B 50 3 - 10
5 Buah / Penukar 40 - - 10
6 Susu / Penukar 130 7 7 9
7 Minyak / Penukar 45 - 5 -

Dengan menggunakan penggolongan serta satuan penukar tersebut maka

kedelapan standar diit dapat disusun seperti berikut :

Jumlah Bahan Makanan Sehari Untuk Setiap Standar Diit


(dalam satuan penukar)

Standar Diit
Golongan bahan makanan I II III IV V VI VII VIII
1 Nasi / penukar 2 2 3 4 5 6 6 7
2 Daging / penukar 2 2 2 2 2 3 3 3
3 Tempe / penukar 2 2 3 3 3 3 3 3
4 Sayuran / Penukar A S S S S S S S S*)
Sayuran / Penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2
5 Buah / Penukar 4 4 4 4 4 4 4 4
6 Susu / Penukar - - - - - - - -
7 Minyak / Penukar 2 3 3 4 5 6 6 6
Ket : *) sekehendak
40

Pembagian Makanan Sehari menurut waktu makan


(dalam satuan penukar)

Penggolongan Standar Diit


Pukul bahan makanan I II III IV V VI VII VIII
07.00 Nasi / penukar 1 1 1 1 1 1 1
Daging / penukar 1 1 1
Tempe / penukar 1 1 1 1 1 1
Sayuran / Penukar A S S S S S S S S
Sayuran / Penukar B - - - - - - - -
Minyak / Penukar - 1 1 1 1 1 1 1

10.00 Buah / penukar 1 1 1 1 1 1 1 1


Susu / Penukar - - - - - - - -

13.00 Nasi / penukar 1 1 1 2 2 1 3 3


Daging / penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe / penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran / Penukar A S S S S S S S S
Sayuran / Penukar B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah / Penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak / Penukar 1 1 1 2 2 3 3 3

16.00 Buah / penukar 1 1 1 1 1 1 1 1


Susu / Penukar - - - - - - - -

19.00 Nasi / penukar 1 1 1 2 2 2 2


Daging / penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe / penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran / Penukar A S S S S S S S S
Sayuran / Penukar B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah / Penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak / Penukar 1 1 1 1 2 2 2 2

Contoh ; Menu 2100 kalori


DM yang mengalami komlikasi luka diabetik
Pagi pukul 07.00

Nasi : 110 gram


Daging : 25 gram
41

Tempe : 25 gram
Sayuran A : 100 gram
Sayuran B : 25 gram
Minyak : 7,5 gram
Buah (pisang) : 200 gram
Siang pukul 13.00
Nasi : 150 gram
Daging : 40 gram
Tempe : 25 gram
Sayuran A : 100 gram
Sayuran B : 50 gram
Minyak : 10 gram

Buah (pepaya) : 100 gram

Malam pukul 18.30

Nasi : 150 gram

Daging : 25 gram

Tempe : 25 gram

Sayuran A : 100 gram

Sayuran B : 50 gram

Minyak : 10 gram

Buah (pisang/kentang) : 200 gram


Ket : Sayuran golongan A
- bayam - daun melinjo - jagung muda

- labu siam - buncis - daun pepaya

- jantung pisang - nangka muda -pare

- daun singkong - kacang kapri - daun ubi jalar


42

- kacang panjang - wortel

100 gram sayuran golongan A mengandung 50 kalori, yang terdiri

dari protein 3 gram dan karbohidrat 10 gram.

Sayuran golongan B

- cabai hijau besar - daun kacang panjang - sawi

- kembang kool - mentimun - selada

- daun labu siam - kobis - seledri

- pepaya muda - gambas - labu air

- rebun - taoge - lobak

- jamur segar - terong - tomat

- kangkung

mengandung sedikit kalori, protein, dan karbohidrat sehingga

dapat dikomsumsi sekehendak asal dalam jumlah yang wajar.

Anda mungkin juga menyukai