Anda di halaman 1dari 7

ASKEP GANGGUAN WICARA

ABDUL KADIR AHMAD, S.Kep., Ns.

I. PENDAHULUAN

Kemampuan bahasa membedakan manusia dan binatang. Kemampuan bahasa


merupakan salah satu indikator penting perkembangan anak, karena kemampuan
berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya.
Kemampuan ini melibatkan kemampuan kognitif, sensori, motorik, psikologis, emosi
dan lingkungan di sekitar anak. ( Soetjiningsih.1995 ).
Perkembangan ucapan serta bahasa yang dapat diperlihatkan oleh seorang
anak merupakan petunjuk yang kelak penting untuk menentukan kemampuan anak
tersebut untuk belajar. Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini
yang lazim untuk mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi serebral yang kelak
dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar.
Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistim lambang yang
dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.
Kemampuan bahasa dapat diperlihatkan dengan berbagai cara seperti dengan cara
bagaimana anak tersebut memberikan respon atas petunjuk-petunjuk lisan yang
diberikan kepadanya, dengan gerakan-gerakan yang diperlihatkan oleh anak yang
bersangkutan untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan
serta pengetahuan tentang lingkungan yang berada di sekelilingnya serta memulai
permainan kreatif dan imajinatif yang diperlihatkan oleh anak itu. (Nelson, 1994)
Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua, diperkirakan gangguan
wicara dan bahasa pada anak sekitar 4-5% (diluar penyebab gangguan pendengaran
serta celah platum ). Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya segera dicari,
sehingga pengobatannya dapat dilakukan seawal mungkin.

II. PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL


Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak dapat dibagi dalam beberapa
fase, yaitu :
1. Umur 1 tahun dapat berbicara dua atau tiga kata yang sudah bermakna. Contoh
menirukan suara binatang, menyebutkan nama “papa” ,“mama”. Dalam berbicara
25% kata-katanya tidak jelas dan kedengarannya tidak biasa (unfamiliar).
2. Umur 2 tahun dapat menggunakan 2 sampai 3 frase serta memiliki
perbendaharaan bahasa kurang lebih 300 kata, serta mampu menggunakan kata
”saya”, “milikku”. Sekitar 50% kata-katanya belum mempunyai konteks yang
jelas.
3. Umur 3 tahun berbicara 4 hingga 5 kalimat serta memiliki sekitar 900
perbendaharaan kata. Dapat menggunakan kata siapa, apa dan dimana dalam
menanyakan suatu pertanyaan. Sekitar 75% kata-kata dan kalimat jelas.
4. Umur 4-5 tahun memiliki 1500-2100 kosa kata. Dapat menggunakan tata bahasa
sederhana dengan benar terutama yang berhubungan dengan waktu. Dapat
menggunakan kalimat dengan lengkap, baik kata benda, kata kerja, kata depan,
kata sifat maupun kata sambung. Pada usia ini, hampir 100% kata-kata sudah
jelas dengan beberapa ucapan masih belum sempurna.
5. Umur 5-6 tahun memiliki 3000 kata, dapat menggabungkan kata jika, sebab dan
mengapa.

III. KEGAGALAN BERBAHASA YANG SERING DITEMUKAN


1. Kesalahan dalam bahasa
 Kesalahan dalam mengartikan suatu kata
 Kesalahan dalam mengorganisir kata dalam kalimat
 Kesalahan bentuk kata
2. Kegagalan bicara
Jenis kegagalan yang sering ditemukan berdasarkan fase perkembangan anak
adalah:
 Umur 2 tahun kesalahan dalam mengartikan kata-kata, kesulitan dalam
mengikuti ucapan, gagal dalam berespon terhadap suara.
 Umur 3 tahun bicara yang tidak jelas, kegagalan menggunakan 2 atau 3 kata,
lebih banyak menggunakan vokal dibanding konsonan.
 Umur 5 tahun struktur kata tidak benar.

2
IV. PATOFISIOLOGI

Lingkungan Kerusakan Otak Emosi


1. Sosek rendah. 1. Kerusakan 1. Ibu tertekan.
2. Tekanan Keluarga. Neuromuskuler. 2. Gangguan serius
3. Keluarga bisu. 2. Sensori motor. pada orangtua/anak
4. Bahasa. 3. Serebral Palsi.
4. Masalah Persepsi.

Masalah Pendengaran Gangguan Bahasa Perkembangan


 Kongenital.  Ekspresif. Terlambat
 Didapat.  Reseptik.

Gangguan
Bicara

Keluarga Hubungan Sosial Perkembangan


1. Cemas. 1. Gangguan
2. Kurang Pengetahuan. Komunikasi verbal.
3. Koping Keluarga tak 2. Gangguan Bermain. Intelegensia
efektif. 3. Isolasi sosial.
4. Interaksi sosial.
Produktifitas

Resiko
Ketergantungan

3
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN WICARA

I. PENGKAJIAN

Fokus pengkajian pada anak yang mengalami gangguan bicara :


A. Data Subyektif :
1. Pada anak yang mengalami gangguan bahasa :
a. Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata ?
b. Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu
kalimat ?
c. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru ?
d. Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang
diucapkan dalam kalimat yang diucapkan ?
e. Siapa yang mengasuh di rumah ?
f. Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah ?
g. Apakah pernah diajak mengucapkan kata-kata.
h. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata ?

2. Pada anak yang mengalami gangguan bicara :


a. Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatu kata ?
b. Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin
mengungkapkan suatu ide ?
c. Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata,
menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-
kata baru yang sulit diucapkan ?
d. Apa yang anda lakukan jika hal di atas ditemukan ?
e. Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatu kata ?
f. Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi
mempunyai bunyi yang hampir sama dngan suatu kata ?
g. Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
h. Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak
anda ?
i. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi
SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal (trauma
persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra kranial,
konduksi elektrik otak).

4
B. Data Obyektif :
1. Kemampuan menggunakan kata-kata.
2. Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan
bahasa, malas bicara).
3. Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.
4. Umur anak.
5. Kemampuan membuat kalimat.
6. Kemampuan mempertahankan kontak mata.
7. Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
8. Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
9. Gangguan fungsi neurologis.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang lazim pada anak yang mengalami gangguan


bicara meliputi:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat
artikulasi.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak
berkomunikasi.
6. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
7. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan memori dan
kerusakan sistem saraf pusat.

5
III. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional

Gangguan komunikasi verbal - Lakukan latihan komunikasi dengan memperhatikan - Latihan bicara yang sesuai dengan perkembangan anak
berhubungan dengan kurangnya perkembangan mental anak akan menghindari ekploatasi yang berakibat penekanan
stimulasi bahasa fungsi mental anak.
- Lakukan komunikasi secara komprehensif baik verbal - Komunikasi yang komprehensif akan memperbanyak
maupun non verbal. jumlah stimulasi yang diterima anak sehingga akan
memperkuat memori anak terhadap suatu kata.
- Berbicara sambil bermain dengan alat untuk - Bermain akan menigkatkan daya tarik anak sehingga
mempercepat persepsi anak tentang suatu hal. frekwensi dan durasi latihan bisa lebih lama.

- Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu - Anak lebih suka mendengarkan kata-akat dari pada
mengucapkan dengan benar. mengucapkan karena biasanya kesulitan dalam
mengucapkan.
- Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan - Untuk mengetahui jenis dan beratnya gangguan serta
Denver Speech Test. keterlambatan dalam berbicara pada anak.

Gangguan komunikasi berhubungan - Stimulasi bahasa dan latihn bicara tetap dilakukan sesuai - Untuk mengindari keter-lambatan perkembangan
dengan kerusakan fungsi alat-alat dengan perkembangan mentak anak. mental, bahasa maupun bicara ketika alat artikulasi
artikulasi sudah bisa diperbaiki.
- Kolaborasi: dengan ahli bedah untuk perbaikan alat-alat - Perbaikan alat-alat artikulasi hanya bisa dilakukan
artikulasi. secara optimal dengan pembedahan.

Gangguan komunikasi verbal - Lakukan latihan komunikasi dan stimulasi dini dengan - Agar stimulasi tetap diterima anak sesuai dengan
berhubungan dengan gangguan benda-benda atau dengan menggunakan bahasa isyarat perkembangan mental anak yang didasarkan atas
pendengaran serta biasakan anak melihat artikulasi orang tua dalam kemampuan penerimaan anak terhadap informasi yang
berbicara. diberikan
- Perhatikan kebersihan telinga anak - Hambatan pendengaran sering terjadi akibat adanya
kotoran di telinga.
- Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk penggunaan alat - Alat bantu dengar diharapkan mampu mengatasi
bantu dengar. hambatan pendengaran pada telinga anak.

6
Gangguan komunikasi berhubungan - Gunakan bahasa yang sederhana dan umum digunakan - Memudahkan pemahaman dan menghindari
dengan hambatan bahasa dalam komunikasi sehar-hari. kebingungan akibat bahasa yang berubah-ubah.

- Gunakan diverifikasi bahasa sesuai dengan tingkat - Diversifikasi bahasa dapat diberikan jika kemampuan
kematangan dan pengetahuan anak. mental anak sudah matang seperti setelah umur 9 tahun,
karena perkembangan sel-sel otak anak sudah mulai
maksimal.

Kecemasan orang tua berhubungan - Gali kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang tua - Untuk dapat menggali efektivitas dan kemampuan serta
dengan ketidakmampuan anak berbicara terhadap anak. usaha yang telah dilakukan oleh orang tua, untuk
mengindari overlaping tindakan yang berakibat orang
tua menjadi bosan.
- Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya secara jelas, - Pengikutsertaan keluarga terhadap perawatan anak
serta kemungkinan penanganan lanjutan, prognose serta secara langsung akan mampu mengurangi tingat
lamanya tindakan atau pengobatan. kecemasan orang tua terhadap keadaan anaknya.

Gangguan komunikasi berhubungan - Hindari bicara pada saat kondisi bising. - Komunikasi tidak efektif sehingga anak menjadi
dengan kecemasan irritabel.
- Lakukan komunikasi dengan posisi lawan bicara setinggi - Untuk meningkatkan pandangan mata dan efektivitas
badan anak. komunikasi sehingga anak merasa lebih nyaman.

- Lakukan latihan bicara sambil bermain dengan mainan - Agar anak lebih tertarik dan tidak lekas bosan.
kesukaan anak.

Gangguan komunikasi berhubungan - Lakukan observasi dan pemeriksaan fisik neurologi - Untuk mengetahui kemungkinan posisi kelainan dalam
dengan kurangnya kemampuan memori secara mendetail. otak.
dan kerusakan sistem saraf pusat. - Kolaborasi pemeriksaan EEG - Untuk mengetahui kemungkinan kelainan pada SSP
anak.

Anda mungkin juga menyukai