Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR
2007

SELFIANA PAEMBONAN

2102020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2007
FAKTOR-FAKTOR YANG BEHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
BEROBAT PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI POLI ENDOKRIN RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR
2007

Skripsi

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat


untuk mencapai gelar sarjana keperawatan

SELFIANA PAEMBONAN

2102020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2007
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
BEROBAT PESIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS
TIPE II DI RS LABUANG BAJI
MAKASSAR

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

(Hj. Saenab Dasong, SKM. M. Kep) ( Hj. Hasnah Nosi, SKp. Ns )


HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dan disetujui oleh tim penguji Skripsi STIK- GIA

Makassar pada hari sabtu tanggal 6 oktober 2007

Tim penguji

1. Hj. NURHAENI RACHIM, S.Kp.M.Kep

2. Drs. A. ILHAM MAHMUD, Dipl Sc. Apt

3. Hj. SAENAB DASONG, SKM. M, Kep

4. Hj. HASNAH NOSI, SKp. Ns ...

5. Hj. SARINAH SALAM, SKM. MARS .....

Mengetahui

KETUA STIK GIA MAKASSAR

H. Sumardin Makka, SKM. M. Kes


ABSTRAK

Selfiana paembonan. faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


berobat pasien diabetes mellitus Tipe II di RS Labuang Baji Makassar yang
di bimbing oleh Hj. Saenab Dasong sebagai pembimbing I dan Hj. Hasnah
Nosi sebagai pembimbing II. Penyakit Diabetes Mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia.Glukosa secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Masalah keperawatan yang yang muncul pada
pasien dengan diabetes mellitus adalah kurangnya volume cairan,perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan ,resiko tinggi terhadap perubahan sensorik
perseptual, kelelahan, ketidakberdayaan, kurang pengetahuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien diabetes mellitus dalam hal
ini di teliti hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan, motivasi dan
dukungan keluarga. Desain penelitian yang digunakan deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional study pada pasien diabetes mellitus tipe
II yang menjalani pengobatan rawat jalan di poli endokrin RS. Labuang Baji
Makassar. Jumlah sampel yang di teliti sebanyak 48 responden yng
memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini dimulai dari tanggal 11 juni sampai 12
juli 2007.
Data yang diperoleh melalui pengisian kuisioner dan observasi lansung.
Dari keempat variabel yang diteliti diperoleh hasil adanya hubungan tingkat
pendidikan, pengetahuan, motivasi dan dukungan keluarga antara kepatuhan
berobat pasien Diabetes Mellitus.

Kata kunci : tingkat pendidikan, pengetahuan, motivasi dan dukungan


keluarga
ABSTRACT

SELFIANA PAEMBONAN.The factors related to the treatment obidience of


the patient of Diabetes Mellitus type II Labung Baji Hospital of Makassar.
Supervised by H. Saenab Dasong as the first supervisor and Hj. Hasna Nosi
as the second Supervisor. Diabetees Mellitus is a group of heterogeneous
disorder signed by the increasing of the glucose. Level in the blood or
hyperglycemia. Glucosa Circulate normally in the certain quantity in the
blood.The nursing problem arise in the patient with Diabetes Mellitus is the
lack of liquid volume, the changing of nutrition less than the needs, high risk
toward the changing of perceptual sensory, exhaustion, powerless, and less
knowledge.
This research aims to know about the factor related to the treatment
obedience of the patient of Diabetes Mellitus, in this case, it was examined
the relation between educational level, knowledge,motivation and the family
support. The research design used was descriptive by using cross sectional
study approach to the patient of Diabetes Mellitus type II who was having
outpatient treatment in endocrine polyclinic of Labuang Baji Hospital of
Makassar. It was examined 48 qualified respondents inclurely. This research
was strated from 11 th june to 12 th july 2007.
The data got from question are and direct observation from the four
variables that were examined shown that there was a relation between the
educational level, knowledge, motivation and the family support with the
treatment obedience of Diabetes Mellitus Patient.

Key word: educational level, knowledge motivation and family support.


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadapan Tuhan yang

maha kuasa atas segala limpahan berkat dan rahmat dan kesempatan

sehingga penulis dapat melaksanakan dan merampungkan penulisan

penelitian ini.

Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan, akan tetapi dengan segala kerendahan hati, penulis

memberanikan diri untuk mempersembahkannya sebagai wujud katerbatasan

kemampuan yang penulis miliki, olehnya itu koreksi, saran dan kritikan yang

sifatnya membangun penulis hargai untuk menyempurnakan penelitian

serupa dimasa akan datang.

Penulis bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada

ayah dan ibunda tercinta Yohanis. S dan Martina paembonan,

kupersembahkan karya tulis ini untuk ayah dan ibunda, terima kasih atas

segala pengorbanan, kesabaran, doa dan kasih sayangnya dalam

membesarkan dan mendidik penulis tanpa mengeluh dan bosan sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan baik, terima

kasih juga kepada saudaraku tercinta Serly, Litra, Yuli, serta om dan tanteku

dan spesial buat kak Made yang telah membantu memberikan doa, motivasi,

dan materi selama penulis menempuh pendidikan.


Perkenangkan pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-

tingginya kepada Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM, M Kep. Selaku pembimbing

satu dan Hj.Hasnah Nosi, SKp. Ns Selaku pembimbing dua yang dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

untuk memberikan perhatian, bimbingan serta arahan kepada penulis.

Tak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. A. M. Aras Mahmud, selaku ketua yayasan Sekolah

Tinggi Ilmu Keperawatan Gema Insan Akademik Makassar.

2. Bapak. H. Sumardin Makka, SKM M.Kes., sekolah ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Keperawatan Gema Insan Akademik Makassar.

3. Bapak Kepala RS Labuang Baji Makassar beserta staf yang telah

banyak memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian.

4. Tim penguji yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri dalam

pelaksanaan seminar proposal hasil dan seminar sidang.

5. Pengelola dan seluruh staf Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Gema

Insan Akademik Makassar, yang membantu meneliti dalam

mempersiapkan kelengkapan administrasi selama penyusunan skiripsi

ini.

6. Para responden yang dengan sukarela memberikan jawaban dan

tanggapan mengenai penelitian yang dilakukan.

7. Teman- temanku yang tercinta di pondok trayas(Inha, mada, Tati,

Dewi, Ura, jannah, Lia, Rina, Nita, Abi, Lilis, Memet, Laode).Juga
teman-temanku diPattingaloang (Emi, Cube, Uni,Yonta, Rahma, Awal)

dan tak lupa juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada

sahabatku Ullah, Sabri, Nino, Arni, Fatma, Lely,Yohan,kak Alfred,

Toding, Aris Darma, Cici, Kasma, dan teman-teman angkatan 2002

yang telah banyak memberikan dukungan maupun bantuan kepada

penulis moga dikali mendatang Tuhan yang maha Esa memberiku

kesempatan untuk membalas jasa kalian semua.

8. Seluruh rekan-rekan keluarga besar mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Gema Insan Akademik yang penulis tak dapat

disebutkan satu persatu.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu baik yang

sempat disebutkan namanya maupun yang tidak, sekali lagi saya ucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

Makassar, Oktober 2007

Penulis

Selfiana paembonan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................ii
ABSTRAK .........................................................................................iii
ABSTRAC .........................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................vii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................viii
BAB I : PENDAHULUAN.
A. Latar belakang..................................................................1
B. Rumusan maslah.............................................................. 4
C. Tujuan penelitian.............................................................. 4
D. Manfaat penelitian............................................................ 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang penyakit Diabetes Mellitus..................... 6
1. Pengertian.................................................................... 6
2. Etiologi.......................................................................... 7
3. Patofisiologi.................................................................. 7
4. Gambaran klinis............................................................ 10
5. Diagnosis Diabetes Mellitus......................................... 11
6. Penatalaksanaan.......................................................... 12
B. Tinjauan umum tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan
berobat pasien Diabetes Mellitus....................................17
BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Kerangka konsep............................................................29
B. Hipotesis penelitian.........................................................30
C. Definisi operasional.........................................................30
D. Desain penelitian.............................................................32
E. Populasi dan sampel.......................................................33
F. Kriteria inklusi dan eksklusi.............................................33
G. Tempat dan waktu penelitian...........................................34
H. Tehnik pengumpulan data...............................................34
I. Pengolahan data.............................................................36
J. Etika penelitian................................................................36
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian.................................................................38
1. Analisa univariat..........................................................38
2. Analisa bivariat............................................................41
3. Analisa multivariat.......................................................46
B. Pembahasan....................................................................47
1. Analisa univariat...........................................................47
2. Analisa bivariat.............................................................49
3. Analisa multivariat........................................................54
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................56
B. Saran................................................................................56
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisa univariar berdasarkan pendidikan.40

Tabel 2. Analisa univariat berdasarkan pengetahuan..................................40

Tabel 3. Analisa univariat berdasarkan motivasi..............41

Tabel 4. Analisa univariat berdasarkan dukungan keluarga.........................41

Tabel 5. Analisa bivariat berdasarkan pendidikan.43

Tabel 6. Analisa bivariat berdasarkan pengetahuan44

Tabel 7. Analisa bivariat berdasarkan motivasi...............45

Tabel 8. Analisa bivariat berdasarkan dukungan keluarga.46

Tabel 9. Analisa multivariate ...48


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar kuisioner

Lampiran 2. Lambar persetujuan kesediaan menjadi responden

Lampiran 3. Lambar persetujuan menjadi responden ..

Lampiran 4. Master table ...

Lampiran 5. Lembar hasil pengolahan data SPSS

Lampiran 6. Surat keterangan penelitian dari RS. Labuang Baji makassar.......


BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak

menyelamatkan manusia. Penyakit- penyakit yang selama ini tidak

terdiagnosis dan terobati sekarang sudah banyak yang teratasi, tetapi

untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat

mengandalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit-penyakit

yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan

pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya para

pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasikan

dana kesehatan yang lebih menekankan kepada segi preventif daripada

kuratif .1

Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan

meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang , diabetes mellitus adalah

salah satu diantaranya yang akan dibahas meningkatnya prevalensi

diabetes mellitus dibeberapa Negara berkembang ,akibat peningkatan

kemakmuran di negara bersangkutan ,akhir-akhir ini banyak disoroti.

Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama

di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit


degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi ,

hiperlipidemia, diabetes dll. Data epidemiologis dinegara berkembang

memang masih belum banyak. Oleh karena itu angka prevalensi yang

dapat ditelusuri terutama berasal dari Negara maju.1

Seperti diketahui bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit kronik

yang menyerang kurang lebih 12 juta orang.Tujuh juta dari 12 juta

penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis. Di Amerika Serikat,

kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya.1

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikomsumsi. Insulin yaitu

suatu hormon yang diproduksi pankreas , mengendalikan kadar glukosa

dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.

Doenges.,2000 mengatakan bahwa masalah keperawatan yang muncul

pada pasien dengan diabetes mellitus adalah kurangnya volume cairan,

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko tinggi terhadap

perubahan sensori perseptual, kelelahan, ketidak berdayaan, dan kurang

pengetahuan tentang penyakitnya.2

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksikan kenaikan global

kasus Diabetes Mellitus pada dekade mendatang. Sebagaimana diketahui

bahwa saat ini kenaikan prevalensi Diabetes Mellitus meningkat secara


drastis khususnya dikawasan dunia berkembang. Pada tahun 2000 WH0

melakukan studi populasi Diabetes Mellitus diberbagai negara salah

satunya di Indonesia. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa jumlah

dari penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia adalah 8,4 juta jiwa dan

menempati peringkat keempat setelah India (31,7 juta jiwa), China (20,8

juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa). Prevalensi Diabetes

Melitus di Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat

menjadi 21,3 juta jiwa.3

Rumah sakit umum Labuang Baji Makassar sebagai rujukan

pelayanan kesehatan di wilayah Sulawesi Selatan dan sangat mempunyai

peranan penting dalam menangani berbagai penyakit yang ada termasuk

penyakit Diabetes Mellitus. Dari tahun 2005 kunjungan penderita Diabetes

Mellitus sebanyak 626 (6,26%) dan pada tahun 2006 penderita Diabetes

mellitus sebanyak 660 (6,6%) dimana terdiri dari 324 (3,24) rawat inap

dan 336 (3,36%) rawat jalan dimana terdiri dari 75 penderita diabetes

mellitus tipe II.

Berdasarkan Gambaran permasalahan diatas maka peneliti

termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II

antara lain pengetahuan, pendidikan, motivasi, dukungan keluarga. 19


B. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah yang terkait dengan penelitian ini adalah faktor

faktor apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien

rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II.

C. tujuan penelitian .

1. Diidentifikasinya

Diidentifikasinya gambaran faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan berobat pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II Di

Rumah Sakit Umum Labuang Baji makassar.

2. Diketahuinya

a). Diketahui gambaran pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien

rawat jalan Diabetes Mellitus Tipe II.

b). Diketahui gambaran motivasi dengan kepatuhan berobat pasien rwat

jalan Diabetes Mellitus Tipe II

c). Diketahui gambaran pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien

rawat jalan Diabetes mellitus Tipe II

d). Diketahui gambaran dukungan keluarga dengan kepauhan berobat

pasien rawat jalan Diabetes Mellitus Tipe II


D. Manfaat penelitian

1. Untuk Institusi

Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa akademi keperawatan GIA

agar Lebih mengenal tentang penyakit diabetes mellitus.

2. Untuk mahasiswa

Bermanfaat untuk mendapatkan pengalaman dalam meneliti fator-

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien diabetes

mellitus. Dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

tugas akhir studi.

3. Untuk Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk mengetahui

factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien

Diabetes Mellitus Tipe II.

4. Untuk Masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat penderita Diabetes Mellitus untuk

patuh berobat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus Tipe II

1. Pengertian

Diabetes berasal dari kata yunani yang berati mengalirkan atau

mengalihkan (siphon) Mellitus adalah kata latin untuk madu atau gula.

Diabetes Mellitus adalah penyakit, dimana seseorang

mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar urin yang terasa manis

paling sedikit terdapat tiga bentuk diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh

keadaan absolute insulin atau insentivitas sel terhadap insulin

berdasarkan defenisi glukosa darah harus lebih besar dari pada

140mg/100ml pada dua kali pemeriksaan terpisah agar diagnosis

Diabetes Mellitus dapat ditegakkan.3

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Brunner, & Suddarth

dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan dan terapinya :

a). Tipe I :Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin dependent)

Diabetes Mellitus / IDDM.

b). Tipe II :Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (non insulin

dependen Diabetes Mellitus / NIDDM.


d). Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan (sindrom

lainnya)

e). Diabetes Mellitus Gestasional/Gestasional Diabetes Mellitus.

2. Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus

tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh distraksi sel pulau

langerhans akibat proses autoimun. sedangkan non insulin dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tidak tergantung

insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan sel dan resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi

resistensi ini sepenuhnya .artinya terjadi defisiensi relative insulin

ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada

rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan

perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pangkareas mengalami

desensitisasi terhadap glukosa.5

3. Patofisiologi Diabetes Mellitus

a). Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe I adalah penyakit hiperglikekia akibat

keadaan absolute insulin penyakit ini disebut dengan Diabetes

Mellitus (DMDI) pengidap penyakit ini harus mendapat insulin


pengganti . Diabetes Mellites Tipe I biasanya dijumpai pada orang

yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan

perbandingan laki-laki sedikit lebih dari pada wanita karena insiden

diabetes Tipe I memuncak pada usia remaja dini, maka dahulu

bentuk ini disebut sebagai diabetes juvenilis. Namun diabetes tipe I

dapat timbul pada segala usia.6

Diabetes Tipe I diperkirakan timbul akibat distruksi autoimun sel-

sel pulau langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Serangan

autoimun dapat timbul setelah infeksi virus misalnya gondongan

(MUMPS) rubella, sitomegalovirus kronik atau setelah bejana obat

/toksin. Pada saat diagnosis Diabetes Tipe I ditegakkan maka

ditemukan anti body terhadap sel-sel pulau langerhans pada

sebagian besar pasien. Diabetes Mellitus Tipe I (distruksi sel)

umumnya mengurus kedefisiensi insulin absolute yaitu autoimun dan

idiopatik.1

b). Tipe II

Pada Diabetas Militus terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor kusus

pada permukaan sel.7

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,

terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam


sel. Resistensi insulin pada diabetes militus tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intra sel dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.2

Penyebab diabetes militus tipe II tampaknya berkaitan dengan

dengan kegemukan selain itu pengaruh genetik yang menentukan

kemungkinan sesorang mengidap penyakit ini. Cukup kuat

diperkirakan bahwa terdapat suatu sifat genetik yang belum

teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin

yang berbeda atau menyebabkan reseptor insulin atau perantara

kedua, tidak dapat berespon secara adekuat terhadap insulin, juga

terdapat kaitan genetik antara kegemukan dan rangsangan

berkepanjangan reseptor-reseptor insulin. Rangsangan

berkepanjangan atas reseptor-reseptor insulin tersebut

menyebabkan jumlah reseptor insulin yang terdapat di sel-sel. Hal ini

disebut downregulation mungkin pula bahwa individu menderita

diabetes melitus tipe II menghasilkan otot antibody insulin yang

berikatan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin

keresptor, tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa.6


c). Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang

sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50% wanita pengidap

kelainan ini akan kembali kestatus Diabetes setelah kehamilan terakhir

namun resiko mengalami diabetes tipe II pada waktu mendatang lebih

besar dari pada normalnya. Diabetes gestasional dianggap berkaitan

dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan

hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.

Kehamilan meningkatkan resiko malpormasi congenital, lahir mati dan

bayi bertumbuh besar yang dapat menimbulkan masalah pada

persalinan Diabetes gestasional secara rutin diperiksa pada

pemeriksaan medis prenatal.6

4. Gambaran klinis

Gejala yang sering dialami oleh penderita Diabetes Mellitus adalah

rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil terutama pada malam

hari dan penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab yang jelas.

Di samping itu, kadang-kadang terdapat keluhan lemah, kesemutan

pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur,

gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu hamil sering

melahirkan bayi di atas 4 kilogram. Kadang-kadang ada penderita yang

sama sekali tidak merasakan adanya keluhan. Mereka mengetahui


Diabetes Mellitus setelah pada ceck-up ditemukan adanya kadar

glukosa dalam darah yang tinggi.8

5. Diagnosis Diabetes Mellitus

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan

glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa

126mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus.

Bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO

diperlukan untuk memasatikan diagnosis Diabetes Mellitus.Untuk

diagnosis Diabetes Mellitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya

diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang

-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk

konfirmasi diagnosis Diabetes Mellitus pada hari yang lain atau TTGO

yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas

hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti

ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat.5

Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada Diabetes ada

tiga jenis yaitu:

a). Pencegahan primer yaitu semua yang ditujukan untuk pencegah

timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi

Diabetes atau pada populasi umum.

b). Pencegahan sekunder yaitu kegiatannya menemukan Diabetes

Mellitus sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama


pada populasi resiko tinggi, dengan demikian pasien Diabetes

Mellitus yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, dengan

demikian dapat dilakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi

atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversible.

c). Pencegahan tersier yaitu semua upaya untuk mencegah komplikasi

atau kecacatan akibat komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi

itu. DKA adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat)

yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut. DKA

terjadi pada pasien dengan IDDM (juga disebut DM tipe I). Kondisi

atau situasi yang diketahui mempercepat kekurangan insulin meliputi

: (1) Diabetes Tipe I yang tidak terdiagnosa; (2) ketidaksinambungan

antara makanan dan insulin; (3) Adollesen dan puberitas;(4) latihan

pada diabetes yang tidak terkontrol; dan (5) stress yang

berhubungan dengan penyakit, infeksi, trauma, atau tekanan

emosional.9

6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

a). Tipe I

Pengidap diabetes mellitus tipe I memerlukan terapi insulin.

Tersidia berbagai jenis insulin dengan asal dan kemurniaan yang

berbeda-beda. Insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat awitan,

waktu puncak kerja, dan lama kerja. Walaupun penyuntikan insulin

biasanya di berikan secara subkutis 3-4 kali sehari setelah kadar


glukosa darah basal diukur. Namun pengobatan untuk pengidap

diabetes tipe I dimasa depan kemungkinan besar akan ditujukan

kearah penyuntikan yang lebih sering .Apabila direncanakan

perubahan terhadap jadwal rutin, maka pompa tersebut dapat

deprogram untuk meningkatkan atau mengurangi jumlah insulin yang

dilepaskan. Pompa insulin memiliki keunggulan yaitu tidak diperlukan

penyuntikan, suatu pertimbangan penting bagi setiap pengidap

diabetes dan terutama anak-anak . Kekurangan pompa adalah

kemungkinan kesalahan pemrograman sehingga terjadi

hiperglikemia , serta kerusakan pompa yang dapat menyebabkan

kematian .

b).Tipe II

Pengidap diabetes tipe II walaupun tidak dianggap bergantung

insulin, juga dapat memperoleh manfaat dari terapi insulin. Pada

pengidap penyakit diabetes tipe II, mungkin terjadi defisiensi

pelepasan insulin atau insulin yang dihasilkan kurang efektif karena

mengalami sedikit perubahan . Pengidap diabetes tipe II lain dapat

diobati dengan obat-obat hiperglikemik oral. Obat-obat ini dapat

digunakan secara efektif hanya apabila individu memperlihatkan

sekresi insulin. Obat-obat ini tampaknya bekerja dengan

merangsang sel-sel beta pangkreas untuk meningkatkan pelepasan

insulin dan meningkatkan kepekaan reseptor insulin sel.Obat-obat ini


juga tampaknya mengurangi glukoneogenesis oleh hati.6 4 pilar

penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu:

1). Diet

Komponen penting lain pada pengobatan diabetes tipe I dan

II. Rencana diet diabetes dihitung secara individual bergantung

pada kebutuhan pertumbuhan,rencana penurunan berat

(biasanya untuk pasien diabetes tipe II), tingkat aktivitas.

Distribusi kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks 20%

dari protein, 30% dari lema. Diet juga mencakup serat,vitamin,

dan mineral.Sebagian pasien diabetes tipe II mengalami

pemulihan kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan

intervensi diet karena adanya peran faktor kegemukan.6

2). Latihan fisik/Olaraga

Latihan fisik atau olaraga terutama untuk pengidap diabetes

tipe II, adalah intervensi terapeutik ketiga untuk diabetes mellitus.

Olaraga, digabung dengan pembatasan diet, akan mendorong

penurunan berat dan dapat meningkatkan kepekaan insulin.

Untuk kedua tipe diabetes, olaraga terbukti dapat meningkatkan

pemakaiaan glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah

turun,olaraga juga dapat meningkatkan kepekaan sel terhadap

insulin.6
Pada penyandang diabetesa tipe II yang obesitas , latihan

dan penetalaksanaan diet akan memperbaiki metabolisme glukosa

serta meningkatjkan penghilangan lemak tubuh. Latihan yang

digabung dengan penurunan berat akan memperbaiki sensivitas

insulin dan menurunkankan kebutuhan pasien akan insulin atau

obat hipoglikemia oral. Kepada penderita diabetes harus dianjurkan

untuk selalu melakukan latihan pada saat yang sama( sebaiknya

ketika glukosa darah mencapai puncaknya) dan intensitas yang

sama setiap harinya. Latihan yang dilakukan setiap hari secara

teratur lebih dianjurkan daripada latihan sporadik.2

3). Terapi obat

Pengidap diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia

berbagai jenis insulin dengan asal dan kemurniaan yang berbeda-

beda. Insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat awitan kerja,

waktu puncak kerja. Walaupun penyuntikan insulin biasannya

diberikan secara subkutis 3-4 kali sehari setelah kadar glukosa

darah basal diukur, namun pengobatan untuk pengidap diabetes

tpe I dimasa depan kemungkinan besar akan ditujukan kearah

penyuntikan yang lebih sering

Pengidap diabetes tipe II, walaupun dianggap tidak

bergantung insulin, juga dapat memperoleh manfaat dari terapi

insulin. Pada pengidap diabetes tipe II mungkin terjadi difisiensi


pelepasan insulin atau insulin yang dihasilkan kurang efektif karena

mengalami sedikit perubahan. Pengidap diabetes tipe II lain dapat

diobati dengan obat-obat hiperglikemik oral. Obat-obt ini dapat

digunakan secara efektif hanya apabila individu memperlihatkan

sekresi insulin. Obat-obat ini tampaknya bekerja dengan

merangsang sel-sel beta pangkreas untuk meningkatkan

pelepasan insulin dan dan meningkatkan kepekaan reseptor insulin

sel.6

4). Edukasi

Ahli diet klinik menggunakan berbagai sarana dan bahan-

bahan pengajaran serta cara pendekatan pada perencanaan

makan. Pendidikan awal akan membahas pentingnya konsistensi

atau kontinuitas pada kebiasaan makan, hubungan antara

makanan dan insulin, dan adanya rencana makan yang sesuai

dengan kebutuhan masing-masing. Kemudian pendidikan tindak

lanjut akan memfokuskan perhatian pada ketrampilan

penatalaksanaan yang lebih mendalam misalnya menyesuaikan

rencana makan untuk keperluaan latihan.Dalam hal ini perawat

memengang peranan penting dalam mengkomunikasikan informasi

yang tepat kepada ahli diet dan menambah pemahaman pasien.


Bagi sebagian pasien, belajar menggunakan sistem makanan

pengganti mungkin sulit dilakukan.Hal ini dapat berhubungan

dengan keterbatasan kemampuan intelektual pasien untuk

memahami ateri tersebut.atau dengan persoalan emosional,

seperti sulit menerima kenyataan bahwa dirinya menderita diabetes

atau perasaan bahwa dirinya disisihkan atau bahwa makanannya

kini secara tidak adil. Disamping itu kita harus menekankan bahwa

penggunaan sistem makanan pengganti lebih memudahkan pasien

dalam berfikir mengenai makanan daripada merubah cara makan.2

B. Tinjauan umum tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien dalam mengambil suatu

tindakan pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat, ketepatan

berobat. Ketaatan atau kepatuhan merupakan perilaku yang disampaikan

secara berkesinambungan oleh seseorang dalam kesehariannya yang

berasal dari adanya suatu motif yang dimiliki komponen emosional

(efektif) sehingga mendorong seseorang untuk mempegaruhi

kebutuhannya dan cenderung diulang karena menghasilkan suatu yang

bermanfaat dan menyenangkan.10

Sementara (lilja 1985) menyatakan bahwa kepatuhan berobat

penderita tidak hanya kepatuhan terhadap pengobatan dan diet saja yang
ditinjau dari segi kesehatan tetapi juga upaya penderita berobat kedukun

penyembuh berkurang. Beberapa ahli mengemukakan cara mengukur

kepatuhan berobat antara lain menurut sacket (1976) dikutip dari Niven

Neil dalam psikologi kesehatan dalam mengambil suatu tindakan untuk

pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat,ketepatan berobat. 20.

kepatuhan berobat dapat diketahui melalui tujuh cara yaitu : Kepatuhan

dokter yang bersangkutan di dasarkan pada hasil pemeriksaan

pengamatan terhadap jadwal pengobatan, penilaian pada tujuan

pengobatan perhitungan jumlah obat (pil) pada akhir pengobatan,

pengukuran kadar obat dalam darah dan urin, wawancara pada penderita,

dan pengisian formolir khusus. 20

Sarafino (1990) dikutip dari Bart Smet dalam psikologi kesehatan

mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau orang lain. menyatakan bahwa kepatuhan berobat

penderita dapat diketahui melalui; 3 cara: perhitungan sisa obat

berdasarkan suatu alat elektronik serta pengukuran berdasarkan tes

biokimia (kadar obat) dalam darah dan urin. 22

Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dimana secara, riset

tentang ketaatan pasien sebagai penerima nasehat dokter yang pasif dan

patuh. Pasien yang tidak patuh dipandang sebagai orang yang lalai dan

masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol.Riset berusaha untuk


mengidentifikasi masalah kelompok-kelompok pasien yang tidak patuh

berdasarkan kelas ekonomi, umur dan jenis kelamin. Usaha-usaha ini

sedikit berasil, setiap orang dapat menjadi tidak taat atau situasinya tidak

memungkinkan (Schwartz dan Griffin 1986). Teori-teori yang lebih baru

menekankan faktor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif

dalam proses pengobatannya. Kepatuhan (ketaatan) sering diartikan

sebagai usaha pasien mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal

tersebut bisa menimbulkan resiko mengenai kesehatannya.Faktor peting

ini sering dilupakan. Banyak dokter begitu saja beranggapan bahwa

pasien akan mengikuti apa yang mereka nasehatkan,tanpa menyadari.

Bahwa para pasien tersebut pertama-tama harus memutuskan lebih

dahulu apakah merka akan melakukannya (Tailor, 1991). Sebagai aspek

kmunikasi antara pasien dengan doter mempengaruhi tingkat kepatuhan

misalnya : informasi dengan pengawasan yang kurang, ketidak puasan

terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter, ketidak puasan

terhadap pengobatan yang diberikan (Schwartz dan Griffin 1986 Dunbar &

Wazsak 1990) 21.

1. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu,kelompok,atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diterapkan oleh pelaku

pendidikan .14
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang memberikan latar

belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir

secara objektif dan dengan memberikan kemampuan baginya untuk

dapat menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat diterima atau

tidak.3

Menutut jenisnya pendidikan terbagi atas :

a). Pendidikan formal : pendidikan yang memakai dasar kurikulum

b). Pendidikan non formal : pendidikan yang tidak memerlukan

kurikulum

c). pendidikan imformal : pendidikan yang terjadi ditengah-tengah

keluarga dan masyarakat

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di

sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti

syarat-syarat yang jelas dan ketat. Mulai dari taman kanak-kanak

sampai perguruan tinggi. Selain itu pendidikan dengan jenjang SMP

kebawah sampai dikategorikan kurang dan SMU keatas dianggap

baik. Unsur-unsur pendidikan yaitu:

1). Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat),

dan pendidik (pelaku pendidikan)

2). Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain.

3). Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku


bahwa yang berpendidikan baik lebih mudah menerima ide baru

atau mudah menerima pesan dan mudah terjadi pergeseran nilai-

nilai karena pendidikan yang baik sekuat memegang nilai-nilai lama

dibanding yang memiliki nilai kurang. Teori ini diperkuat juga oleh

Royston (1994) menyatakan bahwa pendidikan sangat erat

kaitanya dengan status kesehatan terutama tua yang

berpendidikan rendah, pendidikan tinggi memegang peranan yang

sangat besar untuk memperbaiki masalah kesehatan.15

Pendidikan sangat erat kaitanya dengan status kesehatan

terutama tua yang berpendidikan rendah, pendidikan tinggi

memegang peranan yang sangat besar untuk memperbaiki

masalah kesehatan.17

2. Pengetahuan

Pengertian pengetahuan adalah ingatan atas hal-hal yang telah

dipelajari dan menyangkut upaya mengingat kembali sekumpulan hal-

hal yang terperinci oleh teori. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu

indera penglihatan, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian bersar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Kumpulan

peristiwa yang terjadi melalui proses panginderaan seperti hal diatas


merupakan pengalaman individu dalam kehidupannya yang juga

adalah merupakan proses belajar sehingga individu dapat

menampilkan prilaku yang lebih baik. Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek; motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang yang

terjadi berdasarkan penginderaan yang dimiliki (penglihatan,

pendengaran, perasaan, dan perabaan), sedangkan pendidikan

merupakan proses belajar untuk dapat berpikir secara obyektif bagi

perubahan tingkah laku. 3

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang penyakit

semakin terdorong untuk menjaga kesehatannya agar tetap sehat

termasuk hubungannya dengan kepatuhan pengobatan karena

dengan mengetahui dampak dari suatu penyakit akan bahaya

termasuk upaya pencegahan dan pengobatan demi untuk

meningkatkan status kesehatannya.16 Makin tahu sesuatu maka

seseorang akan lebih mudah termotivasi untuk melakukan hal yang

positif untuk dirinya.

Pengetahuan atau tahu adalah reaksi dari manusia atas

rangsangan oleh alam sekitarnya melalui persentuhan antar objek

dengan indera. Pengetahuan merupakan salah satu komponen dari

prilaku yang termasuk dalam kognitif domain yang terdiri dari 6

tingkatan yaitu :
a. Tahu : Seseorang hanya mampu mengingat sesuatu secara garis

beras

b. Memahami : Seseorang telah mengetahui secara mendasar pokok-

pokok pengertian tentang sesuatu yang dipelajari

c. Analisis : Seseorang telah mampu menerangkan bagian-bagian

yang menyusun bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis

hubungan satu dengan yang lainnya.

d. Sintesis : Seseorang telah mampu menyusun kembali

pengetahuan yang telah diperoleh kepda bentuk semula maupun

kebentuk lainnya

e. Evaluasi : Yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap materi atau objek

f. Aplikasi : Seseorang mampu menggunakan sesuatu yang

dipelajarinya.

Akhirnya dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud

dengan pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu

diingat seseorang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati

atau diajar sejak ia lahir sampai dewasa khususnya setelah ia

melalui pendidikan formal dan non formal. 3

3. Motivasi

Motivasi, dari bahasa latin movere, berarti menimbulkan

pergerakan. Banyak istilah untuk menyebut motivasi (motivation) atau


motif antara lain : kebutuhan (need), keinginan (wich), dan dorongan

(drive).11

Stanford (1970),dikutip dari Nursalam (2002) ada tiga poin

penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara

kebutuhan ,dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya

sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis maupun

psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan

tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. 20

Haggard (1989), mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan psikologis

yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan.

Redman (1993), motivasi sebagai suatu kesediaan peserta didik untuk

menerima pembelajaran, dengan kesiapan sebagai bukti dari

motivasi.12

Motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang (inner

state) yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan

menyalurkan perilaku kearah tujuan.11

Sbortell dan Kluzny (1994), motivasi adalah perasaan atau

pikiran yang mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan atau

menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.

Stonner dan Freeman (1995), motivasi adalah karakteristik

psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen

seseorang. Hal ini temasuk faktor-faktor yang menyebabkan,


menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam erah

tekad tertentu.12

Gibson (1996), motivasi adalah kekuatan yang mendorong

seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan

perilakunya dalam menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya.

Mukhlas (1997), mendefinisikan motivasi dalam perilaku

organisasi sebagai kemauan untuk berjuang dan berusaha ketingkat

yang lebih tinggi menuju terjadinya tujuan organisasi, dengan syarat

tidak mengabaikan kemampuannya untuk memperoleh kepuasan

dalam pemenuhan kebutuhan pribadi.

Pengertian diatas jika dikaitkan dengan dunia pekerjaan, dapat

disimpulkan bahwa motivasi itu adalah kekuatan yang ada dalam diri

seseorang, yang dapat memberi dorongan serta semangat kerja pada

karyawan atau anggota organisasi. Dorongan ini merubah perilaku

kerja dan perilaku ini diaktifkan, lalu diarahkan pada tujuan untuk

meningkatkan kinerjanya, dengan demikian tujuan yang menjadi

sasaran organisasi dapat tercapai.

Pada dasarnya usaha seseorang dalam mengarahkan daya dan

potensinya ditentukan oleh kekuatan tingkat kebutuhannya sebagai

tingkat motivasinya dan alat perangsang atau faktor motivasinya.

Kekuatan motivasi cenderung berkurang jika kepuasan telah dicapai.


Alat perangsang atau motivator adalah hal-hal yang akan

menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivator ini

dapat berupa rangsangan bersifat nyata yang terdiri dari kebutuhan

primer atau kebutuhan fisiologik (makan, tempat tinggal, pakaian, dll),

dan rangsangan bersifat semu atau tidak disadari adanya, yang terdiri

atas kebutuhan sekunder antara lain : harga diri, status, kasih saying,

prestasi, dan sebagainya. Semua kebutuhan ini berbeda tingkatannya

dari waktu kewaktu bagi masing-masing orang.11

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri

manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan

tingkah lakunya.11 Motivasi adalah semua hal, verbal, fisik atau

psikologi yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai

respon ; motivasi adalah (I) setiap perasaan yang sangat

mempengaruhi keinginan seseorang sehingga orang itu terdorong

untuk bertindak, (II) pengaruh kekuatan menimbulkan prilaku (III)

proses dalam diri seseorang yang menentukan gerakan/tingkah laku

kepada tujuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dapat

menjadi insentif atau rintangan dalam mendapatkan perilaku yang

diinginkan. Menciptakan insentif dan mengurangi rintangan terhadap

motivasi merupakan suatu tantangan bagi perawat sebagai pendidik.

Bidang koknitif (proses berpikir), afektif (emosi dan perasaan), sosial,


dan perilaku peserta didik dapat dipengaruhi pendidik, yang bertindak

sebagai fasilitator atau penghalang motivasi.13

Ada lima tingkatan kebutuhan Maslow terdiri dari kebutuhan

fisiologi (physiological needs), kebutuhan keamanan dan kenyamanan

(security of safety needs), kebutuhan hubugan sosial (Affiliation or

acceptance needs), kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan

kebutuhan aktualisasi diri (self actualization need). 11

Maslow berasumsi bahwa orang berusaha memenuhi

kebutuhan yang fisiologis dulu, setelah itu perilaku diarahkan untuk

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (kesehatan) dalam hal ini

kepatuhan berobat. Apabila seperangkat kebutuhan telah terpenuhi

maka itu tidak lagi berfungsi sebagai motivator.

Douglas Mc. Gregor dalam teorinya mengemukaan bahwa

dalam memotivasi seseorang harus menyelesaikan dengan sifat-sifat

yang dimilikinya, yang dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu

kelompok X dan kelompok Y.

Manusia kelompok X pada umumnya memiliki sifat-sifat : (1)

tidak suka bekerja (malas) dan mungkin menghindari pekerjaan. (2)

tidak punya ambisi, tidak bertanggung jawab, perlu dipimpin, perlu

dipaksa, diawasi dan diancam agar mau bekerja. (3) Hanya melihat

kebutuhan pribadinya. (4) Menolak perubahan


Manusia kelompok Y pada umumnya memiliki sifat-sifat : (1)

Menyukai pekerjaan dan pekerjaannya merupakan sumber kepuasan

baginya. (2) Memandang keberhasilan tugasnya sebagai suatu

perangsang untuk bekerja lebih baik. (3) Mempunyai rasa tanggung

jawab. (4) Melakukan control dari luar dan memberikan sangsi, bukan

satu-satunya cara untuk membuat mereka berusaha.

Karakteristik motivasi adalah sebagai berikut.11

a). Direction

Menunjukan kemana gerakan itu akan ditujukan

b). Actifation

Mendorong munculnya gerakan/perbuatan dan daya ingat dari

beberapa banyak (frekwensi) serta kuatnya gerakan tersebut.

c). Analisys motifation

Gerakan yang dilatarbelakangi motivasi pada hakekatnya dapat

dianalisa dari berbagai arah yaitu analisis pisikologi, analisis

individual, analisis social, analisis filosofi.

Pembagian motivasi dapat dibagi menurut penyebabnya yaitu :

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar .

b. Motivasi intrinsik , motivasi yang berfungsi tanpa rangsangan

dari luar tapi sudah sendidrinya terdorong untuk berbuat sesuatu.


Faktor yang mempengaruhi motivasi yang dikemukakan oleh

Gibson, J, L et al.(1996) adalah:

a. Faktor Kependudukan (Demografi)

Faktor kependudukan ini meliputi: umur, seks, status

perkawinan dan besarnya keluarga. Faktor ini digunakan sebagai

ukuran mutlak dan indikator sosiologis (umur, seks) dan siklus

hidup (status perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi

bahwa perbedaan derajat kesehatan dan pelayanan kesehatan

sedikit banyaknya akan berhubungan dengan faktor-faktor diatas.

b. Faktor sosial (social Faktor)

Faktor sosial meliputi: pendidikan , pekerjaan dan kebangsaan,

faktor ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga

didalam masyarakat. 11

4. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah segala bentuk tindakan yang

dilakukan untuk melakukan sesuatu terhadap penderita Diabetes

Mellitus dukungan keluarga ini tidak terlepas dari 5 fungsi perawatan

kesehatan keluarga yaitu keluarga nampak mengenal masalah

kesehatan, keluarga yang mengalami masalah kesehatan, keluarga

yang mampu mengambil keputusan, keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, keluarga

mampu memodifikasi lingkungan, keluarga dalam rangka


meningkatkan kesehatan keluarga dan keluarga mampu

menggunakan fasilitas yang ada dalam rangka menangani masalah

kesehatan yang dihadapi.17


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Dalam penelitian ini diteliti tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan berobat pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan berobat

sedangkan variabel independent adalah Pendidikan, pengetahuan,

,motivasi dan dukungan kelurga.


Variabel independent Variabel dependen

Tingkat pendidikan

Pengetahuan

Motivasi Kepatuhan berobat


pasien Diabetes
Dukungan keluarga Mellitus Tipe II
- Patuh
- Tidak patuh
Sikap

Sarana & prasarana

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis penelitian

1. Hipotesis alternative (Ha)


a. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien

rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II.

b. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien rawat

jalan Diabetes Mellitus tipe II.

c. Ada hubungan motivasi dengan kepatuhan berobat pasien rawat jalan

Diabetes Mellitus tipe II.

d. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pasien

rawar jalan Diabetes Mellitus tipe II

C. Definisi Operasional dan Kriteria

Variabel independen

1. Tingkat pendidikan

Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh responden secara pormal.

Kriteria objektif :

Tinggi : Bila tingkat pendidikan responden diatas SLTA

Rendah : Bila tingkat pendidikan responden dibawah SLTP

2. Pengetahuan

Adalah Segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang

penyakit Diabetes Mellitus, sesuai dengan skor yang diperoleh

melalui kousioner dengan memilih dari salah satu jawaban dengan

10 pertanyaan

Kriteria objektif :
Baik : Jika responden dapat menjawab kousioner tentang

pengetahuan 4 pertanyaan dengan tepat dengan skor

13

Kurang : Bila responden dapat menjawab < 4 pertanyaan tentang

pengetahuan dengan tepat dengan skor < 10

3. Motivasi

Adalah keinginan atau dorongan bagi individu untuk dapat patuh

sesuai program pengobatan yang dibrikan oleh petugas kesehatan.

Kriteria objektif :

Tinggi : Bila jumlah skor 12

Rendah : Bila jumlah skor < 12

4. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan

untuk melakukan sesuatu terhadap penderita dalam pemenuhan

kebutuhannya.

Kriteria objektif:

Baik : Jika jumlah skor 25

Kurang : jika jumlah skor < 25

5. Kepatuhan
Kepatuhan adalah prilaku pasien yang sesuai dengan program

pengobatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam kurun

waktu penelitian hingga sampel terpenuhi.

Patuh : jika klien mengikuti program pengobatan yang diberikan

oleh petugas kesehatan.

Tidak patuh : jika klien tidak mengikuti program pengobatan yang

diberikan oleh petugas kesehatan.

D. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan jenis

penelitian cross sectional dimana penelitian melakukan pengukuran

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat

penelitian menilai variabel dependen dan independent dan secara

simultan pada suatu saat tidak ada follow up. 12 Dalam hal ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan berobat pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II.

E. Populasi dan sample


1. populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Diabetes

Mellitus tipe II yang mendapat pengobatan rawat jalan lebih dari tiga

bulan. Yang mana saat ini sebanyak 75 orang.

2. Sampel

Sehubungan dengan jumlah sampel yang terbatas maka penelitian ini

menggunakan teknik Sampling jenuh. Semua sampel yang ada dalam

populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 48 responden.

Dan 27 responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi

F. Kriteria sampel

Kriteria inklusi:

a. Bersedia menjadi responden

b. Pasien Diabetes Mellitus tipe II yang telah menjalani pengobatan rawat

jalan lebih dari tiga bulan.

c. Pasien yang bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

a. Semua pasien Diabetes Mellitus tipe II yang dirawat jalan dirumah

sakit Labuang Baji Makassar yang tidak terdiagnosa penyakit

Diabetes Mellitus.

b. Pasien yang baru pertama kali menjalani pengobatan

G. Tempat dan waktu penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Labuang Baji

Makassar dari tanggal 11 juni 12 juli 2007.

H. Tehnik pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden.

Data primer dikumpulkan dengan kuisioner dan sebagai subyek

penelitian yaitu semua pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II yang

dirawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi. Kuisioner dibuat sendiri

oleh peneliti yang berisi data demografi yang terdiri dari nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan. Kemudian kuisioner tersebut juga berisi

pertanyaan yang sifatnya tertutup, dimana telah disediakan jawaban

alternatif yang mengacu pada variabel independen yaitu tentang

pengetahuan yang terdiri dari 6 pertanyaan, yang masing-masing

pertanyaan telah disediakan jawaban dan masing-masing jawaban

memiliki poin tersendiri antara lain benar = 2, salah = 1. Motivasi yang

terdiri dari 8 pertanyaan, yang masing-masing pertanyaan telah

disediakan pilihan jawaban dan masing-masing jawaban memiliki poin

tersendiri antara lain ya = 2, tidak = 1. dukungan keluarga dengan 10

pertanyan, masing-masing pertanyan telah disediakan jawaban dan

masing-masing jawaban memiliki poin tersendiri antara lain selalu = 4,

sering = 3, kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1. Dan variabel


dependennya adalah kepatuhan berobat dengan 4 pertanyaan Lalu

diambil nilai tengahnya (median) dengan rumus sebagai berikut :

Sekor retinggi x jumlah pertanyaan+skor terendah x jumlahpertanyaan

2 .

Kemudian hasil diolah dengan menggunakan computer program SPSS

versi (11,5) dan tingkat kemaknaan () 0,05

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari medical rekor Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar.

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian

menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel yang diteliti

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel

bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji ststistik dengan

tingkat pemaknaan () = 0,05. Uji statistic yang digunakan adalah Chi

square menggunakan computer SPSS versi (11,5).

3. Analisis multivariate
Analisis multivariate dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor manakah

dari variabel indipenden yang paling dominan berhubungan dengan

kepatuhan berobat pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II.

J. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika, yang meliputi:

1. Infomed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memeksa dan tetap

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden ,tetapi lembaran tersebut diberi kode.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi respoden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilapor

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dari

tanggal 11 juni sampai 12 juli 2007. Hasil penelitian ini diperoleh melalui

wawancara langsung dan kuesioner yang memuat pertanyaan tentang

pendidikan,pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga dan Kepatuhan

berobat. Koesioner ini dibagikan kepada setiap responen dan kemudian

mengisinya langsung dengan didampingi oleh peneliti. Besar sampel

sebanyak 48 responden yang semuanya telah memenuhi kriteria yang telah

ditentukan. Berdasarkan hasil pengolahan data maka berikut ini akan

disajikan analisa univariat, bivariat dan multivariat.

1. Analisa univariat

Analisa univariat pada penelitian ini bertujuan untuk memenuhi

distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu Pendidikan

pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga serta variabel dependen yaitu

kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus.


a). Variabel independen

1). Tingkat Pendidikan

Tabel. I
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien
Rawat jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007

Pendidikan F %
Rendah 18 37,5
Tinggi 30 62,5
Jumlah 48 100.0
Sumber : data primer 2007

Berdasarkan tabel I diatas responden yang memiliki

pendidikan tinggi 30 orang (62,5%) dan responden yang memiliki

pendidikan rendah sebanyak 18 orang (37,5%).

2). Pengetahuan
Tabel. II
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pasien
Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007.

Pengetahuan F %
Kurang 16 33,3
Baik 32 66,7
Jumlah 48 100.0
Sumber : data primer 2007
Berdasarkan tabel II diatas responden yang memiliki

Pengetahuan Baik sebanyak 32 orang (66,7%) dan responden

yang memiliki Pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (33,3%).

3). Motivasi

Tabel. III
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Pasien
Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007

Motivasi F %
Rendah 15 31,3
Tinggi 33 68,8
Jumlah 48 100.0
Sumber : data primer 2007

Berdasarkan tabel III diatas responden yang memiliki Motivasi

Tinggi sebanyak 33 orang (68,8%) dan responden yang memiliki

Motivasi rendah sebanyak 15 orang (31,3%).

4). Dukungan Keluarga


Tabel. I
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007

Dukungan Keluarga F %
Kurang 18 37,5
Baik 30 62,5
Jumlah 48 100.0
Sumber : data primer 2007

Berdasarkan tabel IV diatas responden yang memiliki

Dukungan Keluarga yang baik sebanyak 30 orang (30%) dan

responden yang memiliki Dukungan Keluarga yang kurang

sebanyak 18 orang (37,5%).

b). Variabel dependen

Tabel. V
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat
Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Endokrin
RS LabuangMakassar
2007

Kepatuhan berobat F %

Tidak Patuh 15 31,3

Patuh 33 68,8
Jumlah 48 100.0
Sumber data : primer
Berdasarkan tabel V diatas responden yang patuh sebanyak
33 orang (68.8%) dan responden yang tidak patuh sebanyak 15
orang (31,3%).

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen secara sendiri-sendiri dengan variabel dependen dengan

menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan ()

0,05.
a). Variabel independen

1). Hubungan Pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien

Diabetes Mellitus Tipe II

Tabel. VI
Hubungan Pendidikan Dengan Kepatuhan Berobat Pasien
Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007

Kepatuhan

Patuh Tidak patuh Jumlah


Pendidikan Nilai p OR
N % N % N %
Tinggi 27 56,3 3 6,2 30 62,5

Rendah 6 12,5 12 25 18 37,5 0,000 0,22

Jumlah 33 68,8 15 31,2 48 100

Sumber data : Primer

Berdasarkan tabel. VI diperoleh data bahwa dari 48 responden

yang berpendidikan tinggi dan patuh berobat sebanyak 27 orang

(56,3%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 3 orang (6,2%)

responden yang memiliki pendidikan rendah yang patuh berobat

sebanyak 6 orang (12,5%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 12

(25%).

Dari hasil Fishers Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 yang

berarti lebih kecil dari () 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan


kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dari Odds Rasio

pada tabel diatas klien yang pendidikannya tinggi memiliki peluang

sebesar (0,22) untuk patuh berobat.

2). Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat diabetes mellitus


Tipe II
Tabel. VII
Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Berobat Pasien
Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007

Kepatuhan

Patuh Tidak patuh Jumlah


Pengetahuan Nilai p OR
N % N % N %
Baik 30 62,5 2 4,2 32 66,7

Kurang 3 6,2 13 27,1 15 31,3 0,000 0,73

Jumlah 33 68,7 16 33,3 48 100,0


Sumber data : primer

Berdasarkan tabel VII diperoleh data bahwa dari 48 responden

yang memiliki pengetahuan baik dan yang patuh berobat sebanyak 30

orang (62,5%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 2 orang (4,2%)

sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan patuh

berobat sebanyak 3 orang (6,2%) sedangkan yang tidak patuh

sebanyak 13 orang (27,1%).

Dari hasil Fishers Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 yang

berarti lebih kecil dari () 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan


bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Dari Odds Rasio

pada tabel diatas klien yang memiliki pengetahuan baik berpeluang

sebesar (0,73) untuk patuh berobat.

3). Hubungan motivasi dengan kepatuhan berobat pasien Diabetes

Mellitus tipe II.

Tabel. VIII
Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Berobat Pasien
Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin
RS Labuang Baji Makassar
2007

Kepatuhan

Patuh Tidak patuh Jumlah


Motivasi Nilai p OR
N % N % N %
Tinggi 31 64,5 2 4,2 33 68,7

Rendah 2 4,2 13 27,1 15 31,3 0,000 0,41

Jumlah 33 68,7 15 31,3 48 100,0

Sumber data : primer


Berdasarkan tabel VIII diperoleh data bahwa dari 48 responden

yang memiliki motivasi tinggi dan patuh berobat sebanyak 31 orang

(64,6%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 2 orang (4,2%)

responden yang memiliki motivasi rendah dan patuh berobat sebanyak

2 orang (4,2%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 13 orang

(27,1%).
Dari hasil Fishers Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 yang

berarti lebih kecil dari () 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan

kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Dari Odds Rasio

pada tabel diatas klien yang memiliki motivasi tinggi berpeluang

sebesar (0,41) untuk patuh berobat.

4). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pasien

diabetes mellitus tipe II

Tabel. IX
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Pasien
Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Endokrin RS Labuang
Baji Makassar
2007

Kepatuhan

Patuh Tidak patuh Jumlah


Dukungan Keluarga Nilai p OR
N % N % N %
Baik 25 52,1 5 10,1 30 62,2

Kurang 8 17,6 10 20,2 18 37,8 0,009 0,25

Jumlah 33 69,7 15 30,3 48 100,0

Sumber data : primer


Berdasarkan tabel IX diperoleh data bahwa dari 48 responden

yang memiliki dukungan keluarga baik dan patuh berobat sebanyak 25

orang (52,1%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 5 orang (10,1%)

responden yang memiliki dukungan keluarga kurang dan patuh


berobat sebanyak 8 orang (17,6%) sedangkan yang tidak patuh

sebanyak 10 orang (20,2%)

Dari hasil Fishers Exact Test diperoleh nilai p = 0,009 yang

berarti lebih kecil dari () 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Dari Odds

Rasio pada tabel diatas klien yang dukungan keluarganya baik

memiliki berpeluang sebesar (0,25) untuk patuh berobat.

3. Analisa multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang

paling dominan berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien

Diabetes Mellitus dari analisa bivariat diperoleh empat faktor yaitu

pengetahuan, pendidikan, motivasi dan dukungan keluarga yang

berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe

II .

Dengan menggunakan uji signifikasi dengan nilai p kurang dari

0,05 dan uji Chi Square dari keempat variabel independen tersebut

hasil analisa didapatkan tiga variabel yang memiliki nilai terkecil yang

sama yaitu pendidikan, pengetahuan dan motivasi dengan nilai p

(0,000) yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien

Diabetes Mellitus. Dan dilihat dari nilai Odds Rasio maka

kecendrungan orang yang pengetahuannya baik memiliki peluang 0,73


kali lebih besar patuh berobat sebagai mana dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel. X
Analisa Regresi Logistik Antara Faktor Pendidikan,Pengetahuan,
Motivasi,Dukungan Keluarga dan yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Berobat Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
di Poli Endokrin RS Labuang baji
Makassar 2007

Variabel df Sig OR
Pendidikan 1 0,000 0,22
Pengetahuan 1 0,000 0,73
Motivasi 1 0,000 0,41
Dukungan keluarga 1 0 ,009 0,25
Sumber : data primer 2007

B. Pembahasan
1. Analisa univariat

a). Pendidikan

Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukan bahwa hasil

penelitian dari 48 responden yang memiliki pendidikan tinggi tentang

kepatuhan berobat sebanyak 30 responden (62,5%) dan yang memiliki

pendidikan rendah sebanyak 18 responden (37,5%). Hal ini disebabkan

oleh karena pengetahuan mereka lebih tinggi dibanding dengan mereka

yang berpendidikan rendah karena makin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin luas pengetahuan dan lebih memperhatikan tentang

masalah kesehatannya.
b. Pengetahuan

Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukan bahwa hasil

penelitian dari 48 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang

kepatuhan berobat sebanyak 32 responden (62,5%) dan yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 16 responden (33,3%). Hal ini

disebabkan oleh karena responden menyadari betapa pentingnya untuk

merubah suatu perilaku karena makin tahu sesuatu maka seseorang

akan lebih mudah termotivasi dalam melakukan hal yang positif bagi

dirinya

c. Motivasi

Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukan bahwa hasil

penelitian dari 48 responden yang memilik motivasi tinggi sebanyak 33

responden (68,8%) dan yang memiliki motivasi rendah tentang

pengobatan penyakit Diabetes Mellitus sebanyak 15 responden (31,3%).

Hal ini karena besarnya keinginan dari responden untuk sembuh dari

penyakit yang dideritanya. Pada dasarnya juga seseorang dalam

mengarahkan daya dan potensinya ditentukan oleh kekuatan tingkat

kebutuhannya sebagai tingkat motivasinya

d. Dukungan keluarga

Berdasarkan data hasil analisa univariat menunjukan bahwa hasil

penelitian dari 48 responden yang memiliki dukungan keluarga baik

sebanyak 30 responden (62,5%). Dan yang memiliki dukungan keluarga


kurang tentang kepatuhan penyakit Diabetes Mellitus sebanyak 18

responden (37,5%). Hal ini disebabkan oleh karena tingginya tingkat

pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga tentang suatu

masalah kesehatan dan bangaimana caranya mengatasi penyakit yang

dideritanya.

2. Analisis bivariat

a). Hubungan pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien Diabetes

Mellitus Tipe II

Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa hasil penelitian dari 48

responden yang memiliki pendidikan tinggi dan patuh berobat yaitu

sebanyak 27 (56,3%) Sedangkan responden dengan pendidikan

tinggi dan tidak patuh berobat sebanyak 3 (6,2%) responden.

Responden yang memiliki pendidikan rendah dan patuh berobat

sebanyak 6 (12,5%). Sedangkan responden dengan pendidikan

rendah dan tidak patuh berobat 12 (25%).

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukaan oleh Abdulah

(1997) bahwa yang berpendidikan baik lebih mudah menerima ide

baru atau mudah menerima pesan dan mudah terjadi pergeseran nilai-

nilai karena pendidikan yang baik sekuat memegang nilai-nilai lama

dibanding yang memiliki nilai kurang. Teori ini diperkuat juga oleh

Royston menyatakan bahwa pendidikan sangat erat kaitanya dengan

status kesehatan terutama yang berpendidikan rendah, pendidikan


tinggi memegang peranan yang sangat besar untuk memperbaiki

masalah kesehatan. 18

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka

akan semakin patuh berobat.

b. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien diabetes

mellitus tipe II.

Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa hasil penelitian dari 48

responden yang memiliki pengetahuan baik dan patuh berobat yaitu

sebanyak 30 responden (62,5%) Sedangkan yang tidak patuh 2

responden (4,2%) hal ini disebabkan oleh karena kesibukan pekerjaan

dirumah maupun aktivitas diluar rumah sehingga mereka tidak

mengikuti program yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan.

Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang dan patuh

berobat sebanyak 3 responden (6,2%). Sedangkan yang tidak patuh

sebanyak 13 responden (27,1%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Soejono, S (1982). Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang tentang penyakit semakin terdorong

untuk menjaga kesehatannya agar tetap sehat termasuk hubungannya

dengan kepatuhan pengobatan karena dengan mengetahui dampak

dari suatu penyakit akan bahaya termasuk upaya pencegahan dan

pengobatan demi untuk meningkatkan status kesehatannya.


Makin tahu sesuatu maka seseorang akan lebih mudah

termotivasi untuk melakukan hal yang positif untuk dirinya. Pernyataan

diatas diperkuat juga oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Tualela ,M,S (2003). Mengatakan semakin baik pengetahuan

seseorang akan semakin patuh.

Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat yang telah

dikemukakan maka dapat dikatakan pada hasil sejalan dengan

pendapat yang telah dikemukakan tersebut pengetahuan seseorang

yang semakin tinggi tentang penyakit atau kesehatan akan semakin

terdorong untuk menjaga kesehatannya agar tetap sehat termasuk

hubungannya dengan kepatuhan berobat. Jika seseorang mengetahui

manfaat sesuatu hal akan membantu seseorang mengembangkan

cakrawala berfikirnya yang memudahkan baginya untuk berperilaku

sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan dalam hal ini kepatuhan

berobat.

c. Hubungan motivasi dengan kepatuhan berobat pasien diabetes

mellitus tipe II

Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa hasil penelitian dari 48

responden yang memiliki motivasi tinggi dan patuh berobat sebanyak

31 responden (64,6%). Sedangkan responden yang memiliki motivasi

tinggi dan tidak patuh sebanyak 2 responden (4,2%). Hal ini


disebabkan karena tempat tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan

yang susah dijangkau.

Responden yang memiliki motivasi rendah dan patuh berobat

yaitu sebanyak 2 responden (4,2%). Sedangkan yang tidak patuh 13

responden (27,1%) Hal ini disebabkan karena kurangnya dukungan

yang diberikan oleh keluarga.

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Koortz, et al

(1993), ada lima tingkatan kebutuhan Maslow terdiri dari kebutuhan

fisiologi (physiological needs), kebutuhan keamanan dan kenyamanan

(security of safety needs), kebutuhan hubugan sosial (Affiliation or

acceptance needs), kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan

kebutuhan aktualisasi diri (self actualization need).

Maslow berasumsi bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan

yang fisiologis dulu, setelah itu perilaku diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi (kesehatan) dalam hal ini kepatuhan

berobat. Apabila seperangkat kebutuhan telah terpenuhi maka itu tidak

lagi berfungsi sebagai motivator.

Douglas Mc. Gregor dalam Gibson, J, L et al (1996)

mengemukaan bahwa dalam memotivasi seseorang harus

menyelesaikan dengan sifat-sifat yang dimilikinya, yang dapat

dibedakan dalam dua kelompok yaitu kelompok X dan kelompok Y.


Manusia kelompok X pada umumnya memiliki sifat-sifat : (1) tidak

suka bekerja (malas) dan mungkin menghindari pekerjaan. (2) tidak

punya ambisi, tidak bertanggung jawab, perlu dipimpin, perlu dipaksa,

diawasi dan diancam agar mau bekerja. (3) Hanya melihat kebutuhan

pribadinya. (4) Menolak perubahan

Manusia kelompok Y pada umumnya memiliki sifat-sifat : (1)

Menyukai pekerjaan dan pekerjaannya merupakan sumber kepuasan

baginya. (2) Memandang keberhasilan tugasnya sebagai suatu

perangsang untuk bekerja lebih baik. (3) Mempunyai rasa tanggung

jawab. (4) Melakukan control dari luar dan memberikan sangsi, bukan

satu-satunya cara untuk membuat mereka berusaha.

Jadi seseorang yang memiliki motivasi tinggi berada pada

manusia kelompok Y dimana seseorang suka bekerja dalam hal ini

adalah untuk meningkatkan status kesehatanya (patuh)

d. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pasien

diabetes mellitus II.

Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa hasil penelitian dari 48

responden yang memiliki dukungan keluarga baik dan patuh berobat

sebanyak 25 responden (52,1%). Sedangkan responden yang memiliki

dukungan keluarga baik dan tidak patuh sebanyak 5 responden

(10,1%). hal ini disebabkan karena kurangnya keinginan dari

responden untuk berobat.


Responden yang memiliki dukungan keluarga kurang dan patuh

berobat yaitu sebanyak 8 responden (17,6%). Sedangkan yang tidak

patuh 10 responden (20,2%).

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Keliat (1992).

Segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk melakukan sesuatu

terhadap penderita Diabetes Mellitus dukungan keluarga ini tidak

terlepas dari 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu keluarga

nampak mengenal masalah kesehatan, keluarga yang mengalami

masalah kesehatan, keluarga yang mampu mengambil keputusan,

keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan, keluarga dalam

rangka meningkatkan kesehatan keluarga dan keluarga mampu

menggunakan fasilitas yang ada dalam rangka menangani masalah

kesehatan yang dihadapi. Pernyataan diatas diperkuat juga oleh hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Tualela, M, S (2004) mengatakan

semakin tinggi dukungan yang diberikan seseorang akan semakin

patuh. Jadi dimana semakin baik dukungan yang diberikan oleh

keluarga maka akan semakin patuh untuk berobat. 23

3. Analisa multivariat

Analisa multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan semua

variabel independen dan dependen yang bermakna untuk melihat

besarnya pengaruh masing-masing variabel setelah dilakukan analisis


secara bersama-sama. Dari hasil analisis multivariat ditemukan 4

variabel independen yang berhubungan yaitu pendidikan,

pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga Dengan menggunakan uji

signifikasi dengan nilai p kurang dari 0,05 dan uji Chi Square dari

keempat variabel independen tersebut hasil analisa menunjukkan

bahwa didapatkan 3 variabel yaitu pendidikan, pengetahuan dan

motivasi yang paling berhubungan dengan nilai p 0,000 terhadap

kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus di Poli Endokrin RS

Labuang Baji Makassar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis multivariat ditemukan 4 variabel independen yang

berhubungan yaitu pendidikan, pengetahuan, motivasi, dukungan

keluarga.

2. Dengan menggunakan uji signifikasi dengan nilai p kurang dari 0,05

dan uji Chi Square dari keempat variabel independen tersebut hasil

analisa menunjukkan bahwa didapatkan 3 variabel yaitu pendidikan,

pengetahuan dan motivasi yang paling berhubungan dengan nilai p

0,000 terhadap kepatuhan berobat pasien Diabetes Mellitus Tipe II di

Poli Endokrin RS Labuang Baji Makassar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diberi beberapa saran:

1. Bagi instansi terkait dalam hal ini RS Labuang Baji diharapkan

memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya penderita

diabetes mellitus tentang penyakit diabetes mellitus dan metode

pengobatannya.
2. Diharapkan kepada klien Diabetes Mellitus agar mencari tahu tentang

penyebab-penyebab terjadinya penyakit Diabetes Mellitus serta klien

harus lebih banyak melakukan chek-up untuk mengetahui lebih

banyak tentang masalah kesehatannya.

3. Diharapkan pada pasien supaya selalu sabar dan tabah dalam

menghadapi masalah penyakitnnya dan selalu patuh dalam berobat

karena kalau lalai dalam berobat akibatnya bisa fatal.

4. Bagi keluarga agar selalu mendampingi setiap periksa sesuai jadwal

yang telah ditentukan oleh petugas kesehatan dan memberi dukungan

atau dorongan moril , material dan spiritual selama dalam preses

pengobatan.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Noer, Sjaifoellah H. M.,dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Jilid 1. Ed. 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

2. Brunner, & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Ed. 8. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Ngatimin, R. (1990). Mengenal Pendidikan Kesehatan dan Tingkah


Lakunya. Bumi Aksara. Jakarta.

4. Penyusun program dan laporan. (2006) Rumah Sakit Labuang Baji


Makassar

5. Mansjoer, Arif, dkk. (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Ed. 3.


Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.

6. Corwin, E. J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

7. Sarwono, Waspadji (2003). Metabolik Endokrin Bagian 1. Jakarta.


Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, RSUP Cipto
Mangunkusumo.

8. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2000). Konsensus Pengelolaan


Diabetes di Indonesia

9. Doenges, M. E., dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Ed. 3. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

10. Irwanto (1996). Perilaku Manusia Dalam Kehidupan. Arcani , Jakarta

11. Gibson, J, L et al.(1996) Organisasi Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia,


Bina Rupa Aksara,Jakarta.

12. Nursalam, & Pariani Siti. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. CV Sagung Seto. Jakarta.

13. Bastable, S.B., (2002) Perawat Sebagai Pendidik. Penerbit


Buku Kedokteran: EGC.
14. Natoatmodjo,S. (2003) Pendidikan dan perilaku kesehatan.
Penerbit Rineka cipta. Jakarta

15. Abdulah,R (2006) Pemenuhan kebutuhan oksigen. UNHAS.


Makassar

16. Soejono,S (1982) Sosiologi suatu pengantar. Radar jaya.


Offset. Jakarta

17. Tahir, Takdir (2004) Hubungan Motivasi Dan Persepsi


Keluarga. Skripsi ( tidak diterbitkan) Universitas Hasanuddin
Makassar.

18. Samma M, Waris R. (2001). Faktor-faktor Yang Berhubungan


Dengan Jumlah kunjungan ke Posyandu Di Kecamatan. BT.
Bira Kab. Bulukumba, Skiripsi, FK-Unhas, Makassar.

19. Nevel, N (2002) Psikologi kesehatan. Ed. 2. Jakarta. EGC

20. Nursalam. (2000) Manajemen : Aplikasi dan Praktek keperawatan


Profesional. Salemba Medika. Jakarta

21. Smet Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Gramedia Widiasarana


Indonesia. Jakarta.

22. Pardede Gibson, (2003).Kepatuhan berobat penderita TB Paru. Skripsi


(tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makassar.

23. Tualela,M,S (2003) Kepatuhan berobat penderita TB paru. Skripsi


(tidak diterbitkan) FK.UNHAS. Makassar.
KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


BEROBAT PASIEN DIABETES MELLITUS DI RS LABUANG BAJI
MAKASSAR

Petunjuk pengisian angket.

1. Bacalah terlebih dahulu pengisian kuisioner ini dengan seksama.

2. Nomor identitas diisi oleh peneliti

3. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan

diberi tanda ( ) pada bagian yang telah disediakan.

4. Bila ada pertanyaan yang tidak jelas tanyakan kepada peneliti.

A. Identitas responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : ( ) pria ( ) wanita

4. Pendidikan : ( ) SD/sederajat

( ) SLTP/sederajat

( ) SLTA/sederajat

( ) Akademi

( ) Perguruan tinggi
5. Pertanyaan tentang pengetahuan.

Ket : B = benar

S = salah

No Pernyataan B S
1 Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena

produksi gula yang berlebihan dalam tubuh

2 Diabetes Mellitus terjadi karena pola makan yang tidak

terkontrol

3 Diabetes Mellitus disebabkan bukan karena faktor

keturunan.

4 Gejala Dabetes Mellitus adalah rasa haus yang berlebihan

dan sering buang air kecil.

5 Penderita DM tidak boleh makan atau minum yang

mengandung glukosa.

6 Diabetes Mellitus terdiri dari 2 tipe yaitu Diabetes Mellitus

tergantung insulin dan tidak tergantung insulin.


7. Pertanyaan tentang dukungan keluarga

Ket : SL = selalu

SR = sering

KK = kadang-kadang

TP = tidak pernah

No Pertanyaan SL SR KK TP
1 Keluarga anda mengantar anda bila berobat ke

RS.

2 Keluarga anda menganjurkan anda untuk berobat

ke RS.

3 Keluarga anda memperhatikan jenis makanan

yang anda konsumsi setiap hari.

4 Keluarga melarang anda makan makanan yang

mengandung glukosa.

5 Keluarga anda mengingatkan anda untuk berobat

6 Keluarga anda menasehati anda bila malas

minum obat.

7 Keluarga anda membantu saat anda mau minum

obat.

8 Keluarga anda mengambil obat ke RS bila anda

berhalangan.

9 Keluarga anda mengingatkan jadwal pengobatan


atau pemeriksaan.

10 Keluarga anda mencari tahu perkembangan

penyakit anda pada petugas kesehatan.

6. Pernyataan tentang motivasi

Ket : Y = ya
TDK = tidak

No Pernyataan YA TDK
1 Saya datang ke Rumah Sakit sendiri untuk berobat.

2 Saya berobat atas keinginan sendiri.

3 Saya akan minum obat yang di berikan sampai habis.

4 Saya akan minum obat yang diberikan walaupun

mungkin rasanya tidak enak.

5 Saya akan minta ke Rumah Sakit bila obat yang saya

minum sudah habis.

6 Demi mencapai kesembuhan saya akan selalu

mengikuti program pengobatan.

7 Setelah melakukan pemeriksaan berulang kali saya

tidak merasa bosan.

8 Saya akan control atau periksa jika pengobatan sudah

dihentikan.

8. Pertanyaan tentang kepatuhan

Ket : Y = ya

TDK = tidak
No Pertanyaan YA TDK
1 Anda minum obat sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan oleh petugas kesehatan.

2 Anda minum obat sesuai dengan dosis yang telah

ditentukan oleh petugas kesehatan.

3 Selama pengobatan apa anda siap mengikuti program

pengobatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

4 Anda periksa atau kontrol sesuai jadwal yang telah

ditentukan oleh petugas kesehatan.

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu/Saudara(i) calon responden


Di Poli Endokrin RS Labuang Baji

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Gema Insan Akademik, saya

akan melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan berobat pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan

Pendidikan, Pengetahuan, Motivasi, Dukungan Keluarga dengan kepatuhan

berobat pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II.

Oleh sebab itu besar kiranya harapan peneliti agar Bapak/Ibu bersedia untuk

menandatangani persetujuan responden (terlampir).

Demikian permohonan ini, atas bantuan dan partisipasinya disampaikan

terima kasih

Makassar, ............. 2007

Peneliti

Selfiana Paembonan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, maka

saya bertanda tangan di bawah ini, Menyatakan (bersedia/Tidak bersedia)


menjadi responden dari Saudara Selfiana Paembonan dalam penelitian yang

berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat

pasien rawat jalan Diabetes Mellitus Tipe II.

Dan apabila sewaktu-waktu dia tidak bersedia atau mengundurkan diri

menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada tuntutan atau sanksi

yang dikenakan di kemudian hari kepada saya.

Demikian pernyataan ini saya dengan penuh kesadaran.

Makassar, .2007

Responden

Nama & Tanda tangan

*) Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai