Anda di halaman 1dari 2

Menuju Undang-Undang Pajak Yang Pro-Koperasi

Pintuair.co, Maumere-Salah satu agenda Harkopnas tingkat Kabupaten Sikka beberapa


waktu lalu adalah rapat dengar pendapat dengan wakil rakyat Kabupaten Sikka.

Saat itu masalah pajak koperasi menjadi salah satu topik yang diangkat oleh gerakan
koperasi. Gerakan koperasi menegaskan, tinjau lagi undang-undang pajak dan beri kelunakan
bagi koperasi.

Dalam diskusi yang berlangsung alot itu, masalah pajak tidak menemukan titik final. Benang
merahnya saat itu, masalah pajak harus disampaikan ke wakil rakyat di pusat.

Seperti gayung bersambut, pada Sabtu (06/08/2016) Anggota DPR RI yang membidangi
urusan pajak, Melchias Markus Mekeng mengadakan sosiliasasi Undang-Undang Nomor 11
tahun 2016 tentang pengampunan Pajak di Capa Resort, Maumere.

Terkait pengampunan pajak, Anggota Komisi XI ini menegaskan, isu pengampunan pajak
sedang hangat. Dia jelaskan, UU tentang pengampunan pajak disahkan 1 Juli 2016 dan
berlaku sampai 31 Maret 2017.

Dari 250 jiwa warga negara Indonesia hanya 35 juta yang terdaftar sebagai wajib pajak,
ungkap Mekeng.

Cari makan di Indonesia, simpan uangnnya di luar negeri. Lebih dari 11 ribu triliun uang
parkir di luar negeri, tambah Mekeng.

Karena itu menurut dia, pengampunan pajak perlu dibuat dan banyak negara yang sukses
dengan terobosan ini.

Kalaupun hal ini tidak dihiraukan oleh wajib pajak, kata Dia, pada tahun 2018 kita akan
masuk era keterbukaan informasi tentang kekayaan.

Nanti semua rekening akan dibuka dan pasti ketahuan. Karena itu, ikutlah pengampuanan
pajak karena diberi kemudahan, ajak Mekeng.

Pajak Koperasi

Diskusi publik ini juga membuka sesi dialog dan para peserta diberi kesempatan untuk
berkomentar dan bertanya soal undang-undang ini. Menariknya sebagian besar penanya
berasal dari insan koperasi di wilayah Kabupaten Sikka.

Salah seorang aktivis koperasi mensharingkan beban pajak yang diberlakukan untuk koperasi
selama ini.

Pajak dikenakan pada anggota yang memiliki simpanan 240 ribu rupiah ke atas,
ungkapnya.

Menurutnya, koperasi merupakan kumpulan orang-orang kecil dan karena itu pajaknya perlu
diberi kelunakan.
Anggota koperasi mengumpulkan satu dua sen di koperasi. Coba pajaknya diperhatikan
lagi, tuturnya.

Salah seorang Pastor dari Keuskupan Maumere juga menegaskan hal yang sama. Menurutnya
koperasi memiliki prinsip dari, oleh dan untuk anggota. Karena itu, Dia mengusulkan, apa
salahnya kalau koperasi tidak dibebankan pajak.

Selain itu, Manajer Puskopdit Swadaya Utama Maumere, Frans De Franzu meminta
peraturan pajak untuk koperasi harus ditinjau lagi.

Sejauh ini, menurutnya, undang-undang pajak untuk koperasi masih double text.

Undang-undang lama membebankan pajak hanya bagi bisnis koperasi di luar kegiatan
simpan pinjam. Sekarang pajaknya disamakan dengan perseroan terbatas, jelas De Franzu.

Menanggapi beberapa pertanyaan ini, perwakilan dari Direktorat Jenderal Pajak, Dadang S.
menegaskan, beberapa pertanyaan ini sangat bagus dan menjadi bahan evaluasi bagi pihaknya
untuk meninjau ulang pajak koperasi.

Kami akan bantu dan lihat lagi aturannya. Benar, pajak untuk koperasi harus diperhatikan,
jawab Dadang.

Sementara itu, Mekeng menanggapi, pada dasarnya setiap penambahan kekayaan adalah
penambahan nilai obyek pajak.

Ia mengungkapkan, tidak lama lagi undang-undang pajak akan diamandemen. Banyak hal
yang berkaitan dengan pajak akan ditinjau ulang.

Kelihatan undang-undang pajak yang baru nanti menunjukkan kecenderungan menurun.


Nilai pajak akan turun, jelas Mekeng.

Ia juga meminta pihak koperasi untuk mengirim surat ke pusat koperasi di Jakarta sehingga
nantinya pihak DPR RI dapat mengundang perwakilan dari koperasi untuk membicarakan
masalah ini. (ijs)

Anda mungkin juga menyukai