Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap industri baik itu industri kelapa sawit maupun industri lainnya mau
tidak mau akan menghasilkan limbah industri yang akan berakibat buruk bagi
lingkungan jika tidak dikelola dengan tepat.
Dalam kegiatan operasional di Pabrik Kelapa Sawit, disamping akan
dihasilkan produk utama (Main Product) berupa CPO dan PKO, juga akan dihasilkan
produk sampingan (By-Product), baik berupa limbah padat maupun limbah cair dan
juga polutan ke udara bebas (khusus bagi PKS yang menggunakan incenerator).
Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari sisa
tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan
panen kelapa sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah dan gulma. Dalam
setahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit menghasilkan limbah pelepah
daun sebanyak 10.4 ton bobot kering.
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah
padat, limbah cair, dan limbah gas.
a. Limbah Padat
Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong sawit
(TKS). Tempurung kelapa sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa
sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar
dari limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih
kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin.
b. Limbah Cair
Dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal dari
kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosilikon. Tingginya kadar tersebut
menimbulkan beban pencemaran yang besar, karenanya diperlukan degradasi bahan
organik yang lebih besar pula. Lumpur disebut juga lumpur primer yang berasal dari
proses klarifikasi dan merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses
pengolahan kelapa sawit dan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi
disebut lumpur sekunder.
c. Limbah gas
Selain limbah padat dan cair dari industri kelapa sawit, pengolahan kelapa
sawit juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain gas
cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit.
Jika limbah tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Bila dikelola akan memiliki dampak positif yang cukup besar. Untuk itu
sebuah PKS harus memiliki kemampuan mengelola limbah agar tidak menimbulkan
dampak negatif bagi penduduk, masyarakat dan lingkungan pada umumnya.

1.2 Perumusan Masalah


Dalam makalah ini yang menjadi permasalahan adalah pengolahan limbah
padat dari pabrik kelapa sawit.

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini ditulis bertujuan untuk mengetahui pengolahan limbah padat
pabrik kelapa sawit.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu memberikan informasi dan
mengetahui tentang pengolahan limbah padat dari pabrik kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kelapa Sawit

Kelapa Sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,


minyak industry, maupun bahan bakar (biodiesel). Tinggi kelapa sawit dapat
mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang
banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya
itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya
dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan
pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan
arang.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya
Bogor,sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias
di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an.
Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak
nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian
muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi
dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan
secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan
pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran,
Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika
Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok
utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot
hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Usaha peningkatan pada masa
Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil
meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu
Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,
dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa
sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran
minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor
hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan
kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

2.2. Perkebunan Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang terkenal di
Indonesia, dan sebagai tanaman penghasil minyak paling tinggi persatuan luas.
Pemanenan sawit dapat dimulai pada umur 3,5 sampai 4 tahun sejak
pembibitan.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mayoritas dikelola oleh perusahaan
Negara (BUMN) dan perkebunan besar swasta yang berlokasi diluar pulau
Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Khususnya di Riau
dari tahun ketahun perkebunan kelapa sawit selalu mengalami peningkatan
yang signifikan, terbukti dalam 20 tahun terakhir (1985-2005) pertumbuhan
perkebunan kelapa sawit baik milik negara, swasta maupun perkebunan rakyat
mencapai lima juta hektare atau meningkat sampai 83 persen.
2.3. Industri Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi
minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit.
Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak
lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.
Gambar 1. Peta Wilayah Penyebaran Ketersediaan Lahan Produksi Kelapa
Sawit

2.4. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan
dari fatty acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya.
Didalam keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80%
dari masingmasingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon
yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa
minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa sawit
sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari
vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K
dan magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic acid
dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan minyak kelapa
sawit.
Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai acuan:

2.5. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit


Proses pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan dua produk, yaitu
minyak mentah (Crude Palm Oil) dan Inti Sawit yang dihasilkan melalui
proses dan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Perebusan
Perebusan buan tandan segar (TBS) kelapa sawit dengan metode
0
diberikan tekanan uap panas 2,4 sampai 3,4 kg/cm, dengan temperatur 1350 C
0
1450 C selama 60 90 menit. Tujuan perebusan adalah untuk sterilisasi
bakteri, menonaktifkan enzim yang dapat mengubah minyak menjadi asam
lemak, dan melumatkan daging buah segar mudah dalam proses selanjutnya.
Pada proses perebusan ini dihasilkan air buangan yang banyak mengandung
minyak dan kotoran yang bersifat asam.
2. Pengeperasan
Proses pengeperasan merupakan tahap pemurnian minyak dengan
memisahkan minyak dari kotoran air. Alat yang digunakan adalah decanter,
pada proses ini banyak memerlukan air panas sebagai media pemisah antara
CPO dengan Sludge. Limbah cair yang paling potensial sebagai sumber
pencemar adalah air limbah (sludge) dari proses pengeperasan.
3. Kernel
Inti sawit dan cangkang dipisahkan dengan menggunakan separator,
selanjutnya inti sawit masuk dalam alat pengering. Inti sawit yang sudah kering
dipecah dan menghasilkan cangkang. Untuk memisahkan cangkah dari inti
sawit diperlukan alat hidrocyclone, alat ini banyak memerlukan air untuk
memisahkan dua komponen yang berbeda berat jenisnya, sehingga banyak
dihasilkan sisa air kotor.
Bagan 1. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

2.6. Limbah Kelapa Sawit


Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah
juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita
tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa
berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu
lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah
secara benar maka bias menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal
dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik, pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca,
organik, bakteri, kulit telur, dll.
Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak
termasuk dalam product utama yang merupakan hasil ikutan pada proses
pengolahan kelapa sawit.
Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan
limbah industri kelapa sawit.
1. Limbah Perkebunan Kelapa Sawit
Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari
sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan serta
peremajaansaat panen kelapa sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu,
pelepah daun, dan gulma. Dalam satu tahun setiap satu hektar
perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun
sebanyak 10,4 ton bobot kering.
2. Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada
saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah dari industri dapat
membahayakan kesehatan manusia karena dapat merupakan pembawa
suatu penyakit (sebagai vehicle), merugikan segi ekonomi karena dapat
menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam tanaman
dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di
dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dan dapat
merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk dan pemandangan yang
tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan
daerah rekreasi (Sugiharto, 1987)
Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam kategori
kimia organik maupun anorganik. Parameter kimia paling dominan
dalam mengukur kondisi badan air akibat buangan industri. Barangkali
parameter ini yang paling banyak menciptakan kecemaran dan bahaya
terhadap lingkungan. Oksigen mempunyai peranan penting dalam air.
Kekurangan oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya
mikroorganisme dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk merugikan zat
organik dalam air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik
oleh adanya bakteri aerobik. Atas dasar reaksi ini dapat diperkirakan
bahan pencemar oleh zat organik (Perdana Gintings, 1992). Limbah ini
digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan gas.
a. Limbah padat
Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah
tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah padat mempunyai ciri
khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam limbah padat
tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih
kecil seperti abu, hemiselulosa dan liqnin. Selain itu limbah padat
lainnya adalah serat sisa perasan buah sawit dan
tempurung/cangkang kelapa sawit.
b. Limbah cair
Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salat satu produk
samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang
berasal dari :
1. Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit
pengempaan (pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan
bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan
injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil
kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit
pengempaan.
2. Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak
yang terikut bersama batok/cangkang.
3. Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap
kedalam unit penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak
dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada unit
pemecah biji.
4. Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau
penyimpan inti.
5. Penambahan air pada hydrocyclone (claybath) yang bertujuan
mempermudah pemisahan serat dari cangkang.
6. Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan
sisa minyak dari ampas.
Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka
sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen
terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam,
dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Oleh karena itu industri
kelapa sawit melakukan suatu perlakuan terhadap limbah cairnya
sebelum dibuang kebadan air sehingga mengurangi pencemaran limbah
cair PKS pada badan air. Limbah cair PKS mengandung padatan
melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air.
c. Limbah gas
Industri kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan cair,
juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain
dari gas cerobong dan buangan uap air pada saat perebusan.

2.7. Komposisi Limbah Kelapa Sawit Dan Pemanfaatannya


Limbah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
a. Tandan kosong
Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh
pabrik pengolahan sawit. Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi dan dimanfaatkan
kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan pupuk tandan
kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium hingga 20
%. Satu ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg
kompos. Selain itu tandan kosong kelapa sawit mengandung 41,3 - 46,5 %
selulose, 25,3 33,8 % hemiselulose dan 27,5 32,5 % lignin. Tingginya
kadar selulose pada polisakarida tersebut dapat dihidrolisis menjadi gula
sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol. Bioetanol ini dapat
digunakan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat
diperbaharui dengan cepat (renewable). Satu ton tandan kosong kelapa sawit
dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonymous, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pulp untuk pembuatan kertas dan papan partikel. Selain itu dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga
dapat menambah pendapatan dan mengurangi limbah padat.
Tandan kosong ini juga mengandung protein 3,7 % sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan nilai gizinya sama atau lebih baik dari
pada jerami (Osman, 1998). Akan tetapi, teksturnya keras seperti kayu,
sehingga, tidak disukai oleh ternak kecuali bahan ini diolah lebih dahulu
dalam bentuk lain yang lebih disukai.
b. Cangkang Sawit dan serat perasan buah
Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber
energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk
menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang dan
serat telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa sawit.
Namun seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat, maka serat
dan cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang sawit
mengandung selulosa sebesar 45% dan hemiselulosa 26% yang baik untuk
dimanfaatkan sebagai arang aktif, papan partikel dan bahan campuran
pembuatan keramik.
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti
benang. Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36%.
Dari komposisi kimia yang dimiliki, bahan ini mempunyai kandungan gizi
yang setara dengan rumput.
Penggunaan serat perasan buah sawit dalam ransum sapi telah diteliti
oleh Hutagalung et al. (1986). Bahan ini mernpunyai nilai kecernaan sekitar
47%. Penggunaan serat perasan dalam ransum sapi disarankan sekitar 10% dari
konsumsi bahan kering. Serat perasan ini kurang disukai oleh ternak sapi, oleh
karena itu perlu pengolahan agar bahan ini dapat digunakan secara optimal.
Selain itu serat juga dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk, pulp untuk
pembuatan kertas dan papan partikel.
c. Pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit
Limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit berupa pelepah
kelapa sawit yang mengandung protein kasar 9,22% dan lemak kasar 3,34%
dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan pulp untuk
pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah kelapa sawit
digunakan untuk pakan ternak ruminansia.
d. Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan
yang sangat banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini
mengandung bahan pencemar yang sangat tinggi, yaitu. biochemical oxygen
demand (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004). Pengurangan
bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat
decanter, yang menghasilkan solid decanter atau lurnpur sawit. Bahan padatan
ini berbentuk seperti lumpur, dengan kandungan air sekitar 75%, protein kasar
11-14% dan lemak kasar 10-14%. Kandungan air yang cukup tinggi,
menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila dibiarkan di lapangan bebas
dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang
berwarna kekuningan. Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan
dan terasa sangat kasar dan keras. Banyak penelitian telah dilaporkan tentang
penggunaan lumpur sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia maupun
non-ruminansia. Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada ternak sapi,
Suharto (2004) menyimpulkan bahwa kualitas lumpur sawit lebih unggul dan
dedak padi.
e. Solid Membran
Limbah cairan yang dikeluarkan setelah pengutipan lumpur sawit, masih
mengandung bahan padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu, bahan ini
merupakan sumber kontaminan bagi lingkungan bila, tidak dikelola, dengan
baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan cahun~ dengan
menggunakan alat penyaring membran keramik sedang dikembangkan di P.T.
Agricinal -Bengkulu (Wenten, 2004). Aplikasi teknik ini dapat mengutip
padatan dengan jumlah sekitar dua, kali lipat lebih banyak dari padatan yang
dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut solid heavy phase atau solid
membran, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar 90%, dan berwarna
kecoklatan. Bahan yang sudah dikeringkan mengandung protein kasar sekitar 9
%, serat kasar 16% dan lemak kasar 15%. Dari kandungan gizinya,
kemungkinan bahan ini bukan hanya, cocok digunakan sebagai bahan pakan
untuk temak ruminansia, tetapi kemungkinan juga. baik untuk temak non-
nuninansia. Belum ada, penelitian tentang penggunaan bahan ini sebagai bahan
pakan temak, eksplorasi untuk ini sedang dilakukan di Balai Penelitian Temak
- Ciawi.
f. Limbah Cair
Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung senyawa anorganik dan
organic seperti karbohidrat, protein dan lemak yang dapat dan tidak dapat
dirombak oleh mikroorganisme. Limbah yang mengandung senyawa organik
umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat dikendalikan secara biologis.
Salah satu alternatif pengolahan limbah cair adalah dengan mengolahnya
menjadi biodiesel. Pembuatan biodiesel dengan bahan baku CPO parit sebagai
sumber energi terbarukan adalah suatu pemanfaatan yang relatif baru.
BAB III
ISI

3.1 Pengolahan Limbah Padat


3.1.1 Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan
baku ini dirajang terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan
memakai mesin rajang agar dekomposisi dapat dipercepat. Penguraian bahan
organik tergantung kepada kelembaban lingkungan. Kelernbaban optimum
antara 50-60%, dan jika kadar air bahan >85%, perlu ditambahkan aktifator
untuk mengurangi kadar air, agar masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya
dilakukan pengaturan pH antara 6,8-7,5.Kompos merupakan limbah padat yang
mengandung bahan organik yang telah mengalami pelapukan, dan jika
pelapukannya berlangsung dengan baik disebut sebagai pupuk organik.
Inokulum yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang diisolasi atau kotoran
ternak sebanyak 15-20%, dan dicampurkan dengan pupuk urea sebagai sumber
nitrogen, lalu diaduk secara merata dengan Tankos. Limbah padat ini kemudian
dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut tromol dengan kapasitas 3 m3.
Waktu fermentasi berlangsung cukup lama yaitu antara 14-21 hari dengan
menggunakan bakteri mesofil dan termofil. Tromol diputar selama 5-7 jam
perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi antara 45-60oC.
Pemutaran tromol bertujuan untuk mempercepat homogenasi dan penguraian
bahan organik majemuk menjadi bahan organik sederhana. Setelah fermentasi,
dan limbah mengalami biodegradasi menjadi kompos, lalu dikeluar-kan dari
dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan ketinggian 1 meter, atau
volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini berpengaruh terhadap suhu
fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini masih
berlangsung antara 5-7 hari pada suhu antara 60-70C. Selanjutnya timbunan
kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas untuk menurunkan
suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu dan dikering anginkan.
3.1.2 Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan
dalam proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini
biasanya hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah
saja. Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan
partikel yang berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa
sawit sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi. MInyak yang
terdapat pada sabut kelapa sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam
pembuatan papan partikel. Oleh karena situ kadar minyak harus dikurangi
seminimal mungkin. Pengurangan kadar minyak dapat dilakukan salah satunya
dengan memasak sabut kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam.
Tahapan Pembuatan Papan Partikel Sebagai berikut:
Serat dari sabut kelapa sawit yang akan digunakan dalam pembuatan
papan partikel baik yang belum mengalami proses pengurangan kadar
minyak ataupun yang sudah mengalami proses pengurangan kadar minyak,
dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga kadar air
maksimal 10%.
Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.
Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk
secara merata. Masukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan
dipa-datkan secara merata.
Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut,
kemudian diaduk dengan cepat sampai campuran kelihatan homogen dan
sempurna.
Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam cetakan yang telah
diolesi dengan minyak pelumas, kemudian dikempa sampai tercapai tebal
papan 1,2 cm.
Papan dikempa selama 24 jam
Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya
baik selama 28 hari.
3.1.3 Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern.
Peranannya sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan
kebudayaan maupun untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan
lain yang sesuai dengan kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit
merupakan alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan
kertas HVS, doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll. Tahapan
Pembuatan :
Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5 kg yang bersih dari
daunnya.
Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran panjang 3 cm.
Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit yang telah bersih kemudian
dipotong halus dengan pisau.
Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah dihaluskan tadi dengan
ketelitian 4 desimal.
Tentukan kadar air dengan metode Oven (dipanaskan sekaligus selama 4
jam dan ditimbang beratnya).
Hitung kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK).
Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih
(point 1).
Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.
Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan bahan (BBK)
dengan air (ratio pemasakan) 1 : 10.
Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu kebutuhan air
sesungguhnya dikurangi dengan air dalam bahan.
Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point 10).
Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5
jam dalam suasana mendidih.
Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.
Saring
Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus pulp yang didapat
dijadikan 1 gumpalan.
Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua desimal).
Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan dalam Oven 105oC
(selama 4 jam/berat konstan). Hitung BBK yang diperoleh dalam
persentase
Dengan bantuan angka pada point di atas dapat diketahui berat pulp yang
diperoleh sesungguhnya pada point 16.

3.1.4 Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit


Proses Karbonasi
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam
bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum
atau kaleng yang telah dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang
sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup bagian bawahnya.
Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk.
Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.
Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit
sampai setingga permukaan drum atau kaleng.
Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.
Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah
dan dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.
Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin
cepat pemanasan semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang
yang dihasilkan lebih rendah sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar
rendemen arang.
Proses Aktifasi
Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat
dihilangkan pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara
kimia menggunakan aktifator HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses
dehidrasi dengan garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.
Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150m.
Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang
cangkang sawit, material direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10%
dan ZnCl2 10% selama 3 jam.
Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.
Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.
Manfaat arang aktif diantaranya adalah : Bahan bakar alternative, Zat
penghilang bau, Pengontrol kelembaban yang efektif, Industri rumah tangga,
Pemanasan di industri peternakan.

3.1.5 Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit


Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang
mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis
konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa
melibatkan berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi,
dan kondensasi.Pembuatan asap cair dilakukan dengan destilasi. Bahan
cangkang sawit sebelumnya dianalisa kadar hemiselulosa, selulosa dan lignin
kemudian kadar airnya dibuat menjadi 8%, 13% dan 18% dengan pengering
kabinet. Asap cair dibuat dengan memasukkan 1 kg cangkang sawit ke dalam
reaktor kemudian ditutup dan rangkaian kondensor dipasang.Selanjutnya dapur
pemanas dihidupkan dengan mengatur suhu dan waktu yang dikehendaki. Pada
penelitian ini suhu yang digunakan 350C, 400C dan 450 C sedangkan waktu
yang digunakan adalah 45 menit, 60 menit dan 75 menit yang dihitung pada
saat tercapai suhu yang dikehendaki. Asap yang keluar dari reaktor akan
mengalir ke kolom pendingin melalui pipa penyalur asap yang mana pada pipa
ini terdapat selang yang dihubungkan botol penampung untuk menampung tar ,
kemudian ke dalam kolom pendingin ini dialirkan air dengan suhu kamar
menggunakan aerator sehingga asap akan terkondensasi dan mencair. Embunan
berupa asap cair yang masih bercampur dengan tar ditampung kedalam
erlenmeyer, selanjutnya disimpan di dalam botol, sedangkan asap yang tidak
terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur asap sisa.Selanjutnya asap
cair + tar yang terdapat didalam botol dilakukan pengendapan untuk
memisahkan tar dan asap cair.

3.1.6 Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel


Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat
dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit
tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel,
furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat
diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.

3.1.7 Potensi Produksi Xylose dari tandan kosong


Rahman et.al (2006) meneliti bahwa tandan buah kosong kelapa sawit
dapat dijadikan sumber yang potensial untuk produksi xylosa. Biomassa tandan
kosong mengandung sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24%
dari total biomassa tandan kosong tersusun atas xylan, polimer gula yang tediri
dari gula pentose yaitu xylose. Xylosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan senyawa lain melalui proses kimia dan bioteknologi,salah satunya
adalah xylitol. Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari industri pangan
(sebagai pemanis alternative untuk penderita diabetes), sebagai antikariogenik
dalam formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet vitamin,dan
sebagainya.Pembuatan xylose dengan cara hirolisis asam,yaitu merendam
tandan kosong kelapa sawit dengan H2SO4 dengan konsentrasi,suhu dan waktu
tertentu. Setelah reaksi selesai,padatan yang dihasilkan dipisahkan dari liquid
dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa kondisi optimum yang menghasilkan
yield xylose terbanyak adalah pada suhu 119C, waktu hidrolisis 60
menit,dengan konsentrasi asam sulfat 2%.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami mengingkatan


yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil
(CPO) sebagai sumber minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel. Namun industri
pengolahan kelapa sawit merupakan industri yang yang sarat dengan residu hasil
pengolahan. Jika tidak dilakukan pengolahan secara baik dan profesional, maka
limbah industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun
lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus
pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses
produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya
alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi
terbentuknya limbah pada sumbernya. Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari
limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair dimanfaatkan untuk pembuatan biodiesel
dengan teknik esterifikasi dan transesterifikasi dan air sisanya dapat digunakan
untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara
limbah padat dapat dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk
pembuatan kertas, pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber energi,
pembuatan berikat arang aktif, bahan campuran pembuatan keramik, serta pakan
ternak ruminansia dengan teknik pengolahan yang berbeda-beda.

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Chapter I & II Penelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal
Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Departemen
Perindustrian. Jakarta Selatan.
Antonim. 2013. Limbah Pabrik Kelapa Sawit.
Djajadiningrat, Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan. Bandung; Penerbit Rekayasa Sains
Hidayanto, M. 2008. Limbah Kelapa Sawit Sebagai Sumber Pupuk Organik dan
Pakan Ternak. Jurnal Pertanian, Kalimantan Timur.
Irvan Hulman, Herdhata Agusta dan Sudirman Yahya. 2009. Pengelolaan Limbah
Kelapa Sawit. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian
Loekito, Henry. 2002. Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Vol. 3,
No. 3. 242-250. Jurnal Teknologi Lingkungan. Fakultas Pertanian
Menurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah
Limbah Sawit. Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Nanda, Ridzky. 2010. Studi Pengelolaan Limbah Industri Sebagai Upaya Penerapan
Produksi Bersih Di Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA III. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Naibaho, Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Pranowo, Galih. 2010. Makalah Tentang Limbah Padat. Yogyakarta : Institut Sains
dan Teknologi AKPRID.
Rahardjo, Petrus Nugro. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Lingkungan 10 (1), Jakarta. Institut
Pertanian Bogor..
Suryanto, Muhammad. 2010. Makalah Pengelolaan Limbah Industri.
http://suryantomuhammad.blogspot.com/2010/05/makalah-pengelolaan-
limbah-industri.html.(Online). Diakses 24 September 2012
Widyatmoko, Kurnia Aji. 2013. Penanganan Limbah Kelapa Sawit.
Wikipedia. 2010. Kelapa Sawit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit(Online).
Diakses tanggal 20 September 2012.

Anda mungkin juga menyukai