BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tebu
Tebu merupakan tanaman sub-tropis dan tropis yang menyukai banyak sinar
matahari dan air yang melimpah (akar tidak tergenang) untuk pertumbuhan optimal.
Beberapa spesies yang dikembangkan yaitu Saccharum officinarum, S. spontaneum,
S.barberi, dan S.sinense. Tanaman tebu termasuk suku rumput-rumputan yang
tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Akarnya berbentuk serabut. Batangnya
bulat panjang dan berbuku-buku. Tingginya dapat mencapai 6 meter. Warna
batangnya beragam,ada yang hijau, kuning, ungu, merah dan lain-lain. Permukaan
batangnya kadang-kadang berlilin. Pada buku-buku batang terdapat mata akar dan
tunas. Helaian daun berbentuk pita. Panjang daun dapat mencapai panjang 1 -2 m
dan lebar 4-8 cm. Pada permukaan daun atas dan bawah terdapat bulu-bulu yang
panjang dan tajam. Bunganya tersusun dalam malai yang tegak berwarna putih
(Dhiyaudzdzikrillah, 2011).
Tebu (Sacharum Officinarum) adalah tanaman rumput – rumputan yang banyak
mengandung gula pada batangnya. Namun untuk sampai menghasilkan gula, terlebih
dahulu tebu hasil panen dari kebun harus segera dikirim ke Pabrik Gula (PG) untuk
selanjutnya diolah. Dari pengolahan tebu ini dihasilkan apa yang dikenal sebagai
Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes sebagai produk utama. Disamping itu proses
pengolahan tebu ini juga memproduksi ampas tebu yang kemudian dapat
dimamfaatkan sebagai bahan bakar Boiler, media jamur merang, serta pupuk organik
(Kompos). Sedangkan blotong yang dihasilkan dari proses pemurnian, dapat
dimamfaatkan pula sebagai pupuk organic (Prawiro, 2011).
Komposisi kandungan tebu terdiri dari 11-19% sukrosa, 65-75% air, serta
komponen lainnya. Demi mencapai nilai sukrosa yang tinggi, dalam system
pemanenan tebu, faktor kemasakan tebu menjadi sangat penting. Tebu yang masak
akan memberikan tingkat kandungan gula yang tinggi. Kemasakan tebu secara umum
diukur berdasarkan nilai brix, pol, harkat kemurnian, dan rendemen
(Dhiyaudzdzikrillah, 2011).
14
Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu yang memproduksi
GKP I (Gula Kristal Produk I) dengan bahan baku utama adalah tebu dan bahan
pembantu proses adalah kapur tohor dan belerang. Tanaman tebu dipanen saat
tanaman memiliki kadar gula dan sukrosa yang tinggi yakni pada umur sekitar 10-12
bulan. Sebelum tebu dipanen, terlebih dahulu diadakan analisis pendahuluan selama
2 bulan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan
optimal berdasarkan perhitungan rendemen, faktor kemasakan, koefisien
peningkatan, dan koefisien daya tahan tebu. Komposisi batang tebu adalah sebagai
berikut:
Monosakarida : 0,5-1,5%
Sakarosa : 11-19%
Serat (selulosa dan pentosa) : 11-19%
Zat organik : 0,5-1,5%
Asam organik : 0,15%
Air : 65-75%
(Hugot, 1986).
Kadar gula yang diperoleh dari batang tebu adalah 7-8% dan kapasitas bahan
baku yang dipergunakan adalah 3.400-3.600 ton/hari (maksimum 4.000 ton/hari).
Jadi, batang tebu pada dasarnya terdiri dari:
1. Zat padat (sabut)
2. Zat cair terdiri dari air, gula, dan bukan gula (kotoran terlarut)
Tebu yang masuk ke gilingan sebaiknya memiliki kualitas yang baik atau
memenuhi kriteria manis, bersih, dan segar (MBS), yaitu:
Manis artinya tebu dalam kondisi kemasakan optimal sehingga mengandung
banyak sukrosa. Sukrosa dalam nira biasanya dinyatakan dalam % pol. Nilai
pol pada nira berkualitas baik adalah lebih dari 10%.
Bersih berarti tebu bebas dari trash (daun, sogolan, pucukan), tanah, dan
kotoran lainnya. Kadar trash dan kotoran pada tebu giling harus maksimum
5%.
Tebu segar menggambarkan bahwa tebu digiling dalam rentang waktu kurang
dari 24 jam setelah ditebang. Tebu yang lambat tergiling biasanya
mengandung pati dan dekstran dalam jumlah banyak sehingga akan
menganggu proses pemurnian dan menurunkan perolehan sukrosa.
Setelah tebu ditebang, fungsi kehidupan batang tebu secara menyeluruh terhenti,
tetapi masing-masing bagian dari batang (seperti sel-sel tebu) masih tetap hidup.
Akibat gangguan fisik dari luar, seperti terkena sinar matahari langsung, maka sel-sel
tersebut dapat mati dan sel itu akan bersifat asam. Cairan dalam sel tebu tidak stabil
15
dalam suasana asam karena akan terjadi hidrolisis. Hal ini dapat digambarkan dengan
reaksi berikut :
C12 H 22 O 11 H 2 O asam
C 6 H 12 O 6 C 6 H 12 O 6
Sukrosa Air Glukosa Fruktosa
(Tarigan, 2000)
Jumlah sukrosa yang pecah karena proses hidrolisis di atas tergantung dari
keasaman dan lamanya gangguan fisik. Tanaman tebu dari Perkebunan PGKM dapat
dilihat pada Gambar 3.1. Tebu yang layak giling adalah yang telah mencapai fase
kemasakan, dimana rendemen batang tebu bagian pucuk mendekati rendemen batang
tebu bagian bawah. Tebu yang masak, selnya mudah pecah sehingga ekstraksi
(pemerahan) dapat optimal dibandingkan dengan tebu yang belum masak. Tebu yang
layak giling mempunyai kriteria sebagai berikut:
Pol tebu : 9-11 %
HK (Harkat Kemurnian) nira mentah : 74-84 %
Kotoran tebu : maksimum 5 %
Kadar sabut : 13-16 %
(Tarigan, 2000)