Anda di halaman 1dari 4

Infeksi Viral Moluskum Kontagiosum yang Diobati dengan

Pengenceran Preparat Povidone - Iodine / Dimethylsulfoxide

ABSTRAK
Pengantar : Moluskum kontangiosum adalah salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh infeksi virus yang menyebar melalui kontak langsung, baik melalui
orang ke orang melalui sentuhan atau via fomite. Ada banyak anekdot tentang
pengobatan penyakit kulit ini, namun tidak satu pun obat yang efektif dalam uji
klinis terkontrol.

Laporan Kasus : Seorang gadis berusia 16 tahun memiliki sekitar 75 lesi pada paha
bagian dalam yang timbul akibat gesekan dengan seragam atletik yang
digunakannya. Dia mencoba menggunakan antibiotik salep dan steroid topikal
selama beberapa minggu namun tidak terlihat adanya perbaikan yang berarti, dan
penyebaran lesinyapun semakin bertambah luas.
Kesimpulan: Topikal povidone - iodine / dimetilsulfoksida sangat efektif dalam
menangani moluskum kontagiosum ini. Povidone - iodine / dimetilsulfoksida
merupakan kombinasi yang menjamin perbaikan penyakit moluskum
kontangiosum.
Kata kunci : Dimethylsulfoxide ; moluskum kontagiosum ; Povidone-iodine

PENGANTAR
Moluskum kontagiosum (MC) adalah infeksi kulit akibat virus yang
disebabkan oleh virus moluskum kontangiosum yang termasuk dalam golongan
poxvirus DNA. Moluskum kontangiosum (MC) ditularkan melalui kontak
langsung, baik melalui orang ke orang dengan menyentuh lesi yang terinfeksi atau
penularan yang dimediasi oleh fomite. Infeksi kulit ini paling sering terjadi pada
anak-anak namun juga dapat diderita pada orang dewasa akibat hubungan seksual.
MC dapat timbul pada setiap area kulit , dan tetap menular sampai lesi kulit pulih.
Kebanyakan lesi akan sembuh tanpa pengobatan, dengan lama waktu rata-rata
infeksi berlangsung antara 6 hingga 18 bulan. Meskipun ada banyak solusi anekdot

1
untuk infeksi kulit ini, namun belum ada yang terbukti secara efektif sebagai pilihan
pengobatan yang terkontrol dengan uji klinis.

LAPORAN KASUS
Seorang gadis berumur 16 tahun datang dengan keluhan ruam yang bersifat
asimptomatik di bagian medial superior paha. Hal ini sudah dialami selama 4
minggu belakangan ini. Kelainan kulit ini dimulai dengan timbulnya beberapa lesi
pada paha kanan dan selanjutnya selama beberapa minggu menyebar ke arah lutut
dan paha yang berdekatan. Menurut pasien, kelainan kulit ini muncul akibat
gesekan terus menerus di daerah paha karena seragam atlet hocket yang
dikenakannya. Pada pemeriksaan fisik terdapat sekitar 75 papula umbilikasi
berwarna dengan beberapa diantaranya menunjukkan berbagai tingkat peradangan.
Pasien inipun telah memperoleh terapi antibiotik topikal dan steroid topikal
sebelumnya selama 2 minggu sebelum pasien datang ke klinik namun tidak
terdapat perbaikan. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis
MC pun ditegakkan.
Setelah itu, pasien diberi larutan topikal povidone iodine 1 % ( PVP - I)
dalam dimetilsulfoksida ( DMSO ). Larutan ini diberikan dua kali sehari. Pada 3
minggu berikutnya pasien datang kembali dan hasilnya sekitar setengah dari lesi
telah sembuh dan tidak ada lesi baru muncul. Dalam jangka waktu 6 minggu terjadi
proses resolusi secara lengkap. Efek samping yang terjadi hanya berupa kulit
kering yang bersifat ringan, selain itu pasien mengatakan tidak ada efek samping
lainnya yang muncul.

DISKUSI
Moluskum kontangiosum (MC), meskipun secara medis bersifat jinak namun
infeksi virusnya sangat mudah menular dan dapat memperburuk penilaian secara
kosmetik sehingga mendorong banyak orang untuk mencari pengobatan. Satu-
satunya pengobatan yang disetujui FDA adalah Cantharidin , yang bekerja secara
mekanis melalui akantolisis selektif intraepidermal yang menginduksi blister di
daerah kulit yang terlibat. Kerusakan lokal pada lesi juga dapat dilakukan dengan

2
teknik kuretase , laser, cryotherapy atau ekstraksi jarum, tetapi terapi ini membuat
nyeri dan tidak ditoleransi dengan baik oleh anak-anak sehingga penelitian terus
dilakukan untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan ini. Pengobatan pada
lesi mungkin juga dapat dilakukan dengan teknik kimiawi (asam trikloroasetat
,tretinoin) , atau proses imunologi ( imiquimod ) yang menyebabkan respon
peradangan yang meregulasi sistem kekebalan tubuh untuk mengeliminasi proses
infeksi yang terjadi. Penatalaksaan menggunaan sidofovir topikal digunakan pada
pasien dengan imunosupresi, namun belum secara sistemik dipelajari untuk
populasi secara umum.
PVP -I digunakan terutama dalam bidang dermatologi sebagai persiapan
untuk tindakan pembedahan dan agen biosidal bebas resistensi selama bertahun -
tahun. Meskipun tidak sepenuhnya dipahami, kemungkinan bahwa PVP-I dengan
yodium bebas elektron transport dapat menghambat respirasi sel , mendestabilkan
membran, menghambat sintesis protein serta berperan dalam proses denaturasi
asam nukleat. PVP -I selain berfungsi untuk membunuh mikroorganisme termasuk
bakteri , virus , ragi, jamur dan protozoa juga telah digunakan untuk proses asepsis
dermatologi.
DMSO adalah agen farmasi yang sangat efektif untuk meningkatkan
penetrasi perkutan bila digunakan dengan kombinasi zat lain. DMSO memfasilitasi
difusi melalui stratum korneum , memicu pembentukan deposisi obat di dermis dan
membantu transportasi ke pembuluh darah lokal. Penambahan PVP -I dalam
DMSO biasa digunakan dalam praktik untuk berbagai indikasi, seperti
onikomikosis , veruka vulgaris , kemoterapi akibat paronychia dan jaringan
granulasi.

KESIMPULAN
Melalui penelitian ini ditemukan bahwa kombinasi PVP-I dan DMSO sangat
efektif digunakan untuk terapi moluskum kontangiosum. Topikal povidone -
iodine/DMSO ini telah terbukti sangat efektif dalam memberantas infeksi kulit jenis
ini secara luas. Kombinasi keduanya ini membutuhkan uji coba terkontrol untuk
lebih menjelaskan utilitas klinisnya agar dapat disetujui oleh FDA.

3
4

Anda mungkin juga menyukai