Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

PENATALAKSANAAN NYERI LAMBUNG PRE OPERATIVE


DAN POST OPERATIVE

Disusun oleh:

Yoshua Ulido Simangunsong 1161050062


Agrevonna Gracia R. N. Simanjuntak 1261050002

Dosen Pembimbing:

dr. Ratna E. Hutapea, Sp. An

KEPANITRAAN KLINIK ILMU ANESTESI


PERIODE 30 SEPTEMBER 4 NOVEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Yohua Ulido Simangunsong, Agrevonna Gracia R. N. Simanjuntak

Bagian : Kepanitraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Indonesia

Periode : Periode 30 September 4 November 2017

Pembimbing : dr. Ratna E. Hutapea, Sp. An.

Telah diperiksa pada tanggal: Oktober 2017

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepanitraan klinik

Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

Jakarta, Oktober 2017

dr. Ratna Emelia Hutapea, Sp. An.


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Penatalaksanaan Nyeri Lambung Pre-operative dan
Post operative Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Anestesi.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Ratna Emelia Hutapea,
Sp. An, khususnya sebagai pembimbing dan semua staff pengajar di SMF Ilmu Anestesi RS UKI, RS
Tugu Pelabuhan, dan RS PGI Cikini, serta teman-teman di kepaniteraan klinik atas bantuan dan
dukungannya sehingga kami dapat menyelesaikan referat ini.

Kami menyadari bahwa referat ini masih banyak terdapat kekurangan baik mengenai isi,
susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami di dalam menyusun referat ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca referat ini. Semoga referat ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri lambung adalah gejala/ keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu

hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/ begah. Setiap

pasien memliki keluhan yang bervariasi.

Nyeri lambung dapat disebabkan oleh penyebab organic (organic factor) dan penyebab

fungsional (functional factor).

Nyeri lambung sering dikeluhkan pasien yang akan menjalani tindakan operasi dan setelah

menjalankan tindakan operasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Nyeri lambung sering diasosiasikan dengan nyeri pada daerah ulu hati atau perut

bagian atas. Berdasarkaan kriteria Rome II, nyeri atau rasa tidak nyaman pada daerah

perut bagian atas dinamakan dyspepsia.1

2.2. Etiologi

Secara garis besar, penyebab nyeri lambung dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok penyakit organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu

kandung empedu dll) dan kelompok dimana sarana penunjang diagnostik yang

konvensional atau baku (radiologi, endoskopi, laboratorium) tidak dapat

memperlihatkan adanya gangguan patologik struktural atau biokimiawi.

Esofagogastroduodenal Tukak peptik, gastritis, tumor, dsb

Obat-obatan NSAID, teofilin, digitalis, antibiotik, dsb

Hepatobilier Hepatitis, kolestitis, tumor, disfungsi sphincter Odii,

dsb

Pankreas Pankreatitis, keganasan

Penyakit Sistemik DM, penyakit tiroid, gagal ginjal, PJK, dsb

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, IBS

Tabel 1. Penyebab Nyeri Perut Bagian Atas (dyspepsia)


2.3. Patofisiologi1

Berbagai hipotesis mekanisme telah diajukan untuk menerangkan patogenesis

terjadinya nyeri lambung. Proses patofisiologik yang paling banyak dibicarakan dan

potensial berhubungan adalah; hipotesis asam lambung dan inflamasi, hipotesis

gangguan motorik, hipotesis hipersensitifitas, serta hipotesis adanya gangguan

psikologik dan psikiatrik.

Gambar 1. Penyebab Nyeri Lambung2

Sekresi asam lambung

Kondisi nyeri lambung dapat mempunyai tingkat sekresi asam lambung rata-

rata normal. Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap

asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.


Helicobacter pylori

Peran infeksi Helicobacter pylori belum sepenuhnya dimengerti dan diterima.

Dari berbagai laporan kekerapan Hp pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan

tidak berbeda bermakna dengan angka kekerapan Hp pada kelompok orang

sehat.

Dismotilitas gastrointestinal

Nyeri lambung dapat terjadi karena perlambatan pengosongan lambung, adanya

hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus), gangguan akomodasi lambung waktu

makan, disritmia gaster dan hipersensitivitas visceral.. Pada nyeri lambung

yang diakibatkan perlambatan pengosongan lambung berkorelasi dengan

keluhan mual, muntah dan rasa penuh di ulu hati. Sedangkan kasus dengan

hipersensitivitas terhadap distensi lambung biasanya akan mengeluh nyeri,

sendawa dan adanya penurunan berat badan. Rasa cepat kenyang ditemukan

pada kasus yang mengalami gangguan akomodasi lambung pada waktu makan.

Pada keadaan normal, waktu makanan masuk lambung, terjadi relaksasi fundus

dan korpus gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung.

Ambang Rangsang Persepsi

Dinding lambung memiliki banyak reseptor, termasuk reseptor kimiawi,

reseptor mekanik dan nociceptor. Dalam studi, tampaknya kasus dispepsia

mempunyai hipersensitivitas visceral terhadap distensi balon di gaster atau

duodenum. Penelitian dengan menggunakan balon intragastrik didapatkan hasil

bahwa 50% populasi dispepsia fungsional sudah timbul rasa nyeri atau tidak

nyaman di perut pada inflasi balon dengan volum yang lebih rendah

dibandingkan volume yang menimbulkan rasa nyeri pada populasi control.


Disfungsi Autonom

Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas

gastrointestinal. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan dalam kegagalan

relaksasi bagian proksimal lambung waktu menerima makanan, sehingga

menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang.

Psikologis

Adanya stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan

mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan

kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stress

sentral. Tapi korelasi antara factor psikologis stress kehidupan, fungsi otonom

dan motilitas tetap masih controversial.

2.4. Gambaran Klinis

Nyeri yang dirasakan dapat berupa:1

Nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah epigastrium

Mual

Muntah

Kembung

Cepat kenyang

Rasa perut penuh

Sendawa
Gambar 2. Penyebab Muntah dan Komplikasinya3

2.5. Nyeri Lambung Pada Pre-Operasi dan Post-Operasi

a. Nyeri Lambung Pre-Operasi

Salah satu penyebab tersering nyeri lambung pada kondisi pre operasi

adalah anxietas atau kecemasan sebelum menjalani operasi.4 Tidak semua orang

akan mengalami hal ini karen ambang kecemasan tiap orang berbeda. Namun,
nyeri lambung ini dapat terjadi jika seseorang berada dalam kondisi sangat

cemas. Mekanisme terjadinya hal ini diduga karena adanya cortico-tropin

releasing hormon (CRH), mediator untuk respon stress di brain-gut-axis, yang

dapat meningkatkan permeabilitas intestinal sehingga aliran darah menurun dan

mengakibatkan kerusakan dari barier mukosa lambung.4 Selain itu, stress

psikologis dapat merangsang saraf simpatis yang akan meningkatkan produksi

asam lambung. Pengeluaran serotonin akibat stress dapat menyebabkan rasa

tidak nyaman pada daerah abdomen.4

Gambar 3. Gut-Brain-Axis4
b. Nyeri Lambung Post Operasi

Nyeri lambung merupakan keluhan yang sering dialami pasien post operasi.

Selain itu, kondisi mual dan muntah juga sering dialami. Keluhan tersebut sering

dialami pasien pasca operasi kolesistektomi, operasi ginekologi, dan

laparascopy.5 Penggunanan volatile anesthetic agents, durasi anesthesia, dan

penggunaan opioid post-operative juga dapat meningkatkan kemungkinan nyeri

lambung, mual dan muntah.5 Ketika pasien berada dalam kondisi post opeasi

(recovery period), recovery lambung berlangsung lambat. Hal ini berbeda

dengan usus halus ataupun colon yang mengalami masa pemulihan yang cepat.

Nyeri lambung pasca operasi dapat disebabkan karena peningkatan tekanan

intra lambung, pengosongan lambung yang lama dan peningkatan sekresi

lambung. Ketika diberikan obat anestesi, terjadi penurunan motilitas usus yang

dapat menyebabkan penumpukan gas intralumen sehingga dapat menimbulkan

nyeri.

2.6 Penatalaksanaan Nyeri Lambung Pre-Operative dan Post-Operative


Obat-obatan yang digunakan pada penatalaksanaan nyeri lambung dapat berupa

Antasida, H2+ Antagonis, Proton Pump Inhibitor, dan Mucosal Protectant.

Masing-masing obat bekerja pada bagian yang berbeda pada lambung dan saluran

pencernaan..
Gambar 4. Obat Pada Saluran Pencernaan

a. Penatalaksanaan Nyeri Lambung Pre-Operative

Proses patofisiologik yang paling banyak dibicarakan dan potensial

berhubungan dengan nyeri lambung adalah; hipotesis asam lambung dan

inflamasi, hipotesis gangguan motorik, hipotesis hipersensitifitas, serta

hipotesis adanya gangguan psikologik dan psikiatrik.1 Prinsip terapi nyeri

lambung pre-operative dapat didasarkan dengan proses patofisiologik

tersebut.

Antasida

Prinsip kerja dari antasida adalah menurunkan keasaman lambung dengan

cara bereaksi dengan asam lambung untuk membentuk garam dan air.6

Antasida dapat berupa sodium bicarbonate, calcium carbonate,

magnesium hydroxide atau aluminium hydroxide. Dosis yang dapat

digunakan yaitu 300-600 mg tiga kali sehari.


H-2 Receptor Antagonis

H2 receptor blocker akan mem-blok kerja histamin atau berkompetisi

dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal

sehingga mengurangi sekresi asam lambung.6 Atagonis reseptor histamin

H2 yang sering digunakan yaitu cimetidine, ranitidine, famotidine, dan

niazitidine.

Tabel 1. Obat Golongan H-2 Receptor Antagonis6

Proton Pump Inhibitor

Proton Pump Inhibitor (PPI) menghambat sekresi asam lambung dengan

cara berikatan pada pompa proton sehingga ion H+ tidak bisa keluar dan

akibatnya asam lambung tidak terbentuk.6

Tabel 2. Obat Golongan Proton Pump Inhibitor6


Mucosal Protectant

Mucosal Protectant yang sering digunakan adalah sucralfate.

Mekanisme kerja dari obat ini diduga degan cara menempel pada lapisan

lambung terutama pada dasar erosi atau ulkus karena ada muatan

negative pada kandungan sucralfate, yang nantinya akan membentuk

barrier untuk mencegah makin masifnya erosi atau ulkus dan

menstimulasi prostaglandin dan sekresi bikarbonat.6 Sucralfate

diberikan dengan dosis 1g empat kali sehari ketika perut kosong.6

b. Penatalaksanaan Nyeri Lambung Post-Operative

Ketika nyeri lambung, mual dan muntah dialami pasien pasca operasi, obat

harus langsung diberikan. Obat yang bisa diberikan yaitu Antagonis 5-HT3.

Obat dari golongan ini adalah obat yang sudah diteliti untuk menangani

keluhan nyeri lambung pasca operasi.7

Gambar 5. Obat Untuk Penatalaksanaan Nyeri Lambung dan PONV 7

Selain pemberian obat golongan 5-HT3 secara tunggal, dapat diberikan

kombinasi obat untuk meredakan rasa nyeri, mual dan muntah.


Gambar 6. Kombinasi Obat Untuk Penatalaksanaan Nyeri Lambung dan
PONV7
Daftar Pustaka

1. Djojoningrat, D. Dispepsia Fungsional. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 529-533.

2. [Internet]. 2017. Functional Dyspepsia. [cited 15 October 2017]. Available from:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3002577/

3. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. Stuttgart: Georg Thieme Verlag;


2000. p. 208-213

4. Lee S, Sung I, Kim J, Lee S, Park H, Shim C. The Effect of Emotional Stress and
Depression on the Prevalence of Digestive Diseases. 2017.

5. Zhang D, Shen Z, You J, Zhu X, Tang Q. Effect of ondansetron in preventing


postoperative nausea and vomiting under different conditions of general anesthesia: A
preliminary, randomized, controlled study. 2017.

6. Katzung B. Basic And Clinical Pharmacology. Norwalk: Mcgraw-Hill Educ Medical;


2017.

7. Gan T, Diemunsch P, Habib A, Kovac A, Kranke P, Meyer T et al. Consensus


Guidelines for the Management of Postoperative Nausea and Vomiting. 2017.

Anda mungkin juga menyukai