Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kematian maternal merupakan indikator yangmencerminkan status

kesehatan ibu,terutama risiko kematian bagi ibu padawaktu hamil dan persalinan. Angka

kematian maternal di Indonesia jika dibandingkan dengan seluruhdunia hampir sama,

namun akan jauh berbeda dengan negara-negara maju ataunegara-negara di Asia

Tenggara. Indonesia sebagai negara berkembang, masihmemiliki angka kematian

maternal cukup tinggi dan perdarahan postpartum masihmenjadi penyebab utama

kematian maternal.Berdasarkan Survei Demografi danKesehatan Indonesia tahun 2012

(SDKI 2012), angka kematian ibu (AKI) diIndonesia sebesar 359 kematian per 100.000

kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target

global MDGs ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015.

Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian ibu pascapersalinan.

Semua wanita yang melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu beresiko

untuk mengalami perdarahan post partum dan gejala sisanya. Meskipun angka kematian

ibu telah sangat menurun di negara maju, kasus ini tetap menjadi penyebab utama

kematian ibu di tempat lain.

Lombaard and Pattinson (2009), menyatakan bahwa perdarahanpostpartum

merupakan faktor utama penyebab kematian dan kesakitan ibu diseluruh dunia. Pada

umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan darahsecara fisiologis sampai

jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguanhomeostatis. WHO mendefinisikan


perdarahan postpartum sebagai perdarahanyang melebihi 500 ml dalam 24 jam setelah

bayi lahir. Namun secara praktis halini tidak dapat digunakan sebagai standar penilaian

karena sering pasien datangdalam kondisi secara klinik presyok atau syok.Perdarahan

dapat terjadi segerasetelah bayi lahir, selama pelepasan dan setelah plasenta

lahir.Perdarahan post partum ini sendiri, selain dapat berujung pada syok, dapat juga

terjadi anemia.

Anemia merupakan sebuah masalah kesehatan umum yang terdapat di seluruh

dunia, umumnya di alami pada wanita usia reproduksi. Anemia disebabkan oleh

defisiensi zat besi. Efek dari anemia tidak hanya berbahaya pada saat proses persalinan

namun juga berbahaya pasca melahirkan atau post partum (enam minggu setelah

kelahiran bayi).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian suplemen zat

besi dan asam folat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sebagai intervensi

kesehatan umum pada wanita dewasa dan remaja wanita di daerah dimana prevalensi

anemia tinggi. Pada periode post partum, suplemen zat besi dan asam folat dapat

mengurangi resiko anemia dengan meningkatkan status zat besi ibunya.


BABII

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BARA-BARAYA

Puskemas Bara-baraya merupakan salah satu puskesmas penyedia fasilitas Rawat

Inap dan merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan

Makassar Kota Makassar. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Makassar, yaitu di

KelurahanBara-baraya tepatnya di jalan Abu Bakar Lambogo No. 141 Makassar.

Dipimpin oleh dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes. Wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya

yang mencakup 6 Kelurahan dari 14 Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Makassar.

Luas wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya secara keseluruhan adalah 0,98 km2 atau

sekitar 43,5 % dari luas Kecamatan Makassar yang seluruhnya seluas 2,25 km2. Wilayah

kerja Puskesmas Pampang terdiri atas enam kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Bara-baraya

2. Kelurahan Bara-baraya Utara

3. Kelurahan Bara-baraya Timur

4. Kelurahan Bara-baraya Selatan

5. Kelurahan Lariangbangi

6. Kelurahan Barana

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah timur : Kelurahan Tamamaung.

b. Sebelah utara : Kelurahan Kelurahan Maccini.

c. Sebelah selatan : Kelurahan Rappocini.

d. Sebelah barat : Kelurahan Maradekaya dan Pisang Utara.


Wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai berikut :

Tabel 2.1Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Bara-Baraya 2013
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) RW RT
1 Bara-baraya 0,16 5 32
2 Bara baraya utara 0,11 5 19
3 Bara baraya timur 0.15 5 28
4 Bara baraya selatan 0,14 4 26
5 Lariangbangi 0,20 4 29
6 Barana 0,22 4 32
Jumlah 0,98 27 166

Puskesmas Bara-baraya memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap dengan

total pegawai berjumlah 39 orang dengan luas wilayah kerja Kelurahan Pampang 0,98

km2, dengan 27 RW dan 166 RT serta jumlah penduduk 36.953 orang. Kelurahan Bara-

baraya dengan luas wilayah 0,16km2, 5 RW dan 32 RT. Kelurahan Bara baraya utara

dengan luas wilayah 0,11 km2, 5 RW dan 19 RT. Kelurahan Bara baraya timur dengan

luas wilayah 0.15 km2, 5 RW dan 28 RT. Kelurahan Bara baraya selatan dengan luas

wilayah 0,14 km2, 4 RW dan 26 RT. Kelurahan Lariangbangi dengan luas wilayah 0,20

km2, 4 RW dan 29 RT. Kelurahan Barana dengan luas wilayah 0,22 km2, 4 RW dan 32

RT.
Peta Wilayah KerjaPuskesmas Bara_Baraya

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas


Keterangan:

1. Keadaan Demografi

2. Luas wilayah : 0,98 km2

3. Jumlah KK : 9.484 KK

4. Jumlah penduduk : 36.953 orang

5. Jumlah ORW/ORT:

a. ORW : 27

b. ORT : 166

A. Susunan Organisasi Puskesmas Bara-Baraya

Pelaksanaan fungsi dan tugas masing-masing tenaga disusun dalam Organisasi

sebagai berikut :

Kepala Puskesmas : dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes


Kepala Tata Usaha : Namchar K. SKM, M.Kes

- Bagian Keuangan : Sadariah S. ST

- Bag. Umum dan Kepegawaian : H. Muh. Hidayat

Nurliah

- Bag. Perlengkapan : Beni Ricardo S.Si, Apt

Muh. Tahir

Jaringan Pelayanan Puskesmas

- Unit Pustu : Wa Fatima, S.ST

- Unit Puskel : Efsuarna, AMK

Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas

- Unit Kesehatan Masyarakat

1. P2M : Mulyani K, S.Kep, Ns

Yuliana Anwar

Asriani S.ST

Ismasari A. S.Kep, Ns

Naomi Tarima

Mamur S.kep

2. Kesehatan Lingkungan : Skolastika ALN, AmdKl

3. Promosi Kesehatan : Hj. Jalla, S.Si

4. Perkesmas/Jiwa : Yuliana Anwar

5. Kesehatan Ibu dan Anak : St. Radiah S.ST

Hj. Harabiah, S.ST

6. Kesehatan Usila : Vonny R, SKM


7. Gizi : Hj. St. Saenab, AMG

Hj. I Murna, AMG

8. UKS/UKGS : Yuliana B, SKM, S.Kep, Ns

9. Keluarga Berencana : Wa Fatma, S.ST

10. Kesehatan Mata : Paskalina Irainingsih, AMK

11. Kesehatan Kerja : Hj. Jaliah, S.Si

12. Kesehatan Gigi & Mulut : drg. Hj. Andi Emmiwaty

Ani Sri Mulyani

13. Pembinaan KesTra : Ika Puspita SQ, S,Si, Apt

14. Kesehatan Olah Raga : Efsuarna AMK

- Unit Kesehatan Perorangan Rawat Inap

1. Umum : dr. Juniarsih

Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns

Paskalima AMK

Ridwan S.Kep

Diana Alham, S.kep, Ns

Afrianti DP. S.Kep, Ns

Rosmini Ladona

2. Persalinan : dr. Dahlia

Nurhaedah Amd. Keb

Asriani S.SIT

Mila Amelia, Amd. Keb

Erni Amd. Keb


Sri Ninsi Tamsi Amd.Keb

- Unit Kesehatan Perorangan Rawat Jalan

1. Poli Umum : dr. Dahlia

Naomi Tarima

Yuliana Anwar

Mamur S.Kep

Ismasari A. S.Kep, Ns

2. Poli Gigi : drg. Hj. A. Emmiwaty

Ani Sri Mulyani

3. Poli Lansia : Vonny Robert, SKM

4. Loket Kartu : Ridwan, SE

Hayani

Fitri Alkadar

5. Laboratorium : Hj. Madendengi

Andi Tenri U. S.ST

6. Apotik : Ika Puspita, S.Si, Apt

Beny R, S.Si, Apt


3. IGD/24 Jam : dr. Juniarsih

Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns

Paskalima AMK

Ridwan S.Kep

Diana Alham, S.kep, Ns

Afrianti DP. S.Kep, Ns

Rosmini Ladona

Efsuarna AMK

B. Keadaan Lingkungan

Puskesmas Bara-baraya terletak di daerah perkembangan kota dengan

lingkungan pemukiman yang padat. Terdapat beberapa daerah yang masih kumuh

terutama daerah pinggiran.Sebagian wilayahnya merupakan datarn rendah, sehingga

memungkin terjadinya banjir.

C. Visi dan Misi

1. Visi:

Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Sulawesi Selatan, lima terbaik

diIndonesia Timur dan 10 terbaik di Indonesia.

2. Misi:

Meningkatkan sarana dan prasarana.

Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelaksanaan

pelayanankesehatan secara berkelanjutan.


Mengembangkan jenis layanan dan mutu pelayanan kesehatan.

Meningkatkan sistem informasi dan manajemen puskesmas.

Mengembangkan kemitraan.

Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat.

Tujuh Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Bara-baraya adalah sebagai berikut:

a) Upaya promisi kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkungan

c) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan penyakit

d) Upaya Pengobatan

e) Upayakesehatan keluarga/kesehatan ibu&anak/keluarga berencana.

f) Upaya perbaikan gizi masyarakat

g) Upaya usaha kesehatan sekolah (UKS)/ Usaha kesehatan gigi sekolah(UKGS)/

UsahaKesehatan gigi Masayarakat (UKGM)

D. Upaya Kesehatan

a. Ketenagaan

Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Bara-baraya adalah 39

orang masing-masing yang dirincikan sebagai berikut:

No Jenis Jumlah

1. Dokter Umum 4 orang

2. Dokter Gigi 2 orang

3. Penyelanggara Keperawatan 11 orang

4. Penyelenggara Kebidanan 10 orang


5. Apoteker 1 orang

6. Asisten Apoteker 1 orang

7. Tata Usaha 2 orang

8. Penyelenggara Gizi 1 orang

9. Pelaksanaan Laboratorium 2 orang

10. Pelaksana sanitasi 1 orang

11. Rekam Medik 1 orang

12. Juru Masak 1 orang

13. Perawat Gigi 2 orang

Jumlah 39 orang

Puskesmas Bara-baraya adalah Puskesmas Plus yang

merupakanpuskesmas yangmelayani selama 24 jam (Rawat Inap), maka tenaga

perawat merupakan tenaga terbanyakdengan jumlah 11 orang dan juga tenaga

bidan sebanyak 10 orang.

b. Pelaksanaan Kegiatan

1) Poliklinik (Health Care and Effective Communication With Patients)

Merupakan pelayanan yang bersifat pribadi (Private Goods) dalam

bentukrawat jalan dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

pemulihankesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan

danpencegahanpenyakit.

2) Kamar Obat

Setelah pasien mendapatkan resep obat dari dokter, pasien dapat

langsungmengambil obat di kamar obat/apotek.


3) Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi di Puskesmas melayani balita, ibu hamil, dan wanita

yangingin menikah (Imunisasi Tetanus Toksoid).

4) Keluarga Berencana (KB)

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk konseling dan cara

penggunaanbermacam-macam alat kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas.

5) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kegiatan ini berupa pelayanan kesehatan yang ditujukan pada ibu

hamil(Antenatal Care) berupa penimbangan BB, Pengukuran TB, LLA, dan

PemeriksaanLeopold.

6) Perawatan Umum

Terdapat kamar perawatan rawat inap, setiap pasien difollow up secara

rutinsetiap hari oleh dokter umum yang bertugas dan dibantu oleh perawat.

7) Perawatan Persalinan

Jika seorang ibu hamil melahirkan di puskesmas, disediakan

perawatanpersalinan untuk dipantau perkembangannya.

8) Laboratorium

Fasilitas laboratorium yang tersedia adalah, Pemeriksaan Darah Rutin (Hb,

Leukosit, LED, Hematokrit, Trombosit), DDR, Widal, GDS, Urin rutin, Plano

Test.
9) Puskesmas Keliling

Kegiatan Puskesmas keliling ini, dirangkaikan dengan kegiatan

posyandu,imunisasi, pengobatan gratis.Pasien yang datang berupa balita, anak-

anak, ibu hamil,dan lansia.

10) Penyuluhan (Promosi Kesehatan)

Penyuluhan kesehatan dilakukan dibeberapa Sekolah yang berada di

wilayahkerja Puskesmas, serta di Posyandu.

11) Unit Gawat Darurat ( UGD)

Selama 24 jam Puskesmas Bara-baraya membuka pelayan UGD, yangmelayani

kasus emergency yang trauma maupun yang non trauma ataupun

nonemergency.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah

bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi

dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menetukan jumlah perdarahan yang

terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari

normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh

lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90

mmHg, denyut nadi >100/menit, kadar Hb <8 g /dL.Berdasarkan waktuterjadinya

perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perdarahanpostpartum primer

(terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir) dan perdarahanpostpartum sekunder (terjadi

setelah 24 jam setelah bayi lahir). Adapun dampak dari perdarahan post partum yaitu

dapat terjadi anemia hingga syok.

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi

pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh.

Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off points anemia berbeda-beda antara

kelompok umur, maupun golongan individu. Kelompok umur atau golongan individu

tertentu dianggap lebih rentan mengalami anemia dibandingkan kelompok lainnya.

2. EPIDEMIOLOGI

Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung di

Amerika Serikat diperkirakan 7-10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistik
nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan oleh

perdarahan post partum. Di negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat

pada 3 peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan

hipertensi. Di beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000

wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari

kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan perkiraan 100.000

kematian maternal tiap tahunnya.

3. ETIOLOGI

Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum, faktor-

faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalahatonia uteri, perlukaan jalan

lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainanpembekuan darah.

a. Tone Dimished : Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksidan

mengecil sesudah janin keluar dari rahim.Perdarahan postpartum secara fisiologis di

control oleh kontraksi serat-seratmyometrium terutama yang berada disekitar

pembuluh darah yangmensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.Atonia uteri

terjadiketika myometrium tidak dapat berkontraksi.Pada perdarahan karena

atoniauteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi.Atonia uteri juga dapattimbul

karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterusdan

mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedangsebenarnya bukan

terlepas dari uterus.Atonia uteri merupakan penyebabutama perdarahan

postpartum.Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum

memperbesarkemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita


berkurang.Perdarahan yang banyak bisa menyebabkan Sindroma Sheehan

sebagaiakibat nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufiensibagian

tersebut dengan gejala : astenia, hipotensi, dengan anemia, turunnyaberat badan

sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksualdengan atrofi alat-alat

genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak,penurunan metabolisme dengan

hipotensi, amenorea dan kehilangan fungsilaktasi.

b. Tissue

1) Retensio plasenta

2) Sisa plasenta

3) Plasenta acreta dan variasinya.

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itudinamakan

retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasentabelum lepas dari dinding

uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belumdilahirkan.Jika plasenta belum

lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabilaterlepas sebagian maka akan

terjadi perdarahan yang merupakan indikasiuntuk mengeluarkannya.Plasenta belum

lepas dari dinding uterus karena :

- kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasentaadhesiva )

- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalismenembus

desidva sampai miometrium sampai dibawah peritoneum( plasenta akreta

perkreta )

c. Trauma

Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalanlahir


1) Ruptur uterus

2) Inversi uterus

3) Perlukaan jalan lahir

4) Vaginal hematom

Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa

menyebabkanantara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi

uterussebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus

seringterjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya.Laserasi dapat

mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanyaterjadi karena persalinan

secara operasi ataupun persalinan pervaginamdengan bayi besar, terminasi kehamilan

dengan vacuum atau forcep, walaubegitu laserasi bisa terjadi pada sembarang

persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan

menyebabkan hematom,perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya

karena tidakakan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya

syok.

Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenaiartery

atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antaraepisitomi dan

persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan danperbaikan episitomi.

d. Thrombin : Kelainan pembekuan darah

Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunanataupun

didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :

1) Hipofibrinogenemia,

2) Trombocitopeni,
3) Idiopathic thrombocytopenic purpura,

4) HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and lowplatelet count ),

5) Disseminated Intravaskuler Coagulation,

6) Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8unit karena

darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponenfibrin dan trombosit sudah

rusak.

4. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko perdarahan post partumdapat ada saat sebelum kehamilan, saat

kehamilan, dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi usia, indeks

massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko selama kehamilan

meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum, kehamilan ganda,

plasenta previa, preeklampsia, dan penggunaan antibiotik. Sedangkan untuk faktor

risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta previa mayor,

peningkatan suhu tubuh >37, korioamnionitis, dan retensio plasenta

Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya perdarahan post

partum. Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada persalinan sesar

dibanding persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa ibu

yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk mengalami perdarahan post

partum.

Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko perdarahan

akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada wanita dengan
indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2% dengan persalinan

normal.

5. GEJALA KLINIS

Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil,

derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan.

Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi

dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan

darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda

syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,

ekstrimitas dingin, dan lain-lain.

6. DIAGNOSIS

a. Pemeriksaan fisik

b. Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat,

kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus.

c. Pemeriksaan obstetri

d. Uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan

mungkin karena luka jalan lahir

e. Pemerikasaan ginekologi

f. Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, pada

pemeriksaan dapat diketahui kontraksi uterus, adanya luka jalan lahir dan retensi

sisa plasenta.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar

hemoglobin di bawah 10g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk.

2) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode

antenatal.

3) Pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan.

b. Pemeriksaan radiologi

1) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan

penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium

atau radiologi dapat dilakukan. Pemeriksaan USG dapat membantu untuk

melihat adanya gumpalan darah dan retensi sisa plasenta.

2) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien denan

resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post

partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan

sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya.

8. PENATALAKSANAAN
Kasus perdarahan postpartum harus segera mendapatpenanganan yang tepat

karena kasus perdarahan postpartum dapat mengancamjiwa. Seorang ibu dengan

perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidakmendapat perawatan medis yang sesuai,

termasuk pemberian obat-obatan,prosedur klinis sederhana, transfusi darah dan operasi.

Di daerah dengan aksesterbatas untuk memperoleh perawatan petugas medis,

transportasi, dan pelayanangawat darurat akan menyebabkan terjadinya keterlambatan

penanganan sehinggarisiko kematian karena perdarahan postpartum meningkat. Kondisi

tersebutdiperburuk apabila ibu mengalami anemia.

Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalahpenggantian

cairan.Keterlambatan atau ketidaksesuaian dalam memperbaikihipovolemia merupakan

awal kegagalan mengatasi kematian akibat perdarahanpostpartum.Meskipun pada kasus

perdarahan kedua komponen darah yaituplasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan

pertama untuk menjagahomeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah

pemberian cairan.

a. Tatalaksana Umum

Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara simultan menilai

sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Apabila menemukan tanda-tanda syok,

lakukan penatalaksanaan syok yaitu, memberikan oksigen, memasang infus intravena

dengan jarum besar, memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer

Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Melakukan pengambilan

sampel darah untuk pemeriksaan.Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah

lengkap.Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan

jumlah cairan yang masuk.Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan


pernapasan ibu. Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut

luka, dan tinggi fundus uteri. Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat

perdarahan dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).

Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban. Menyiapkan transfusi darah

jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat

Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana spesifik sesuai

penyebab

b. Tatalaksana Khusus Atonia uteri :

Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer

Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20

unitd alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40

tetes/menit hingga perdarahan berhenti. Retensio Plasenta : Melakukan plasenta

manual secara hati-hati. Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks

terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui

oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau

dilatasi dan kuretase. Robekan Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan

dinding vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks lakukan

penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar

sehingga semua robekan dapat dijahit. Gangguan Pembekuan Darah : Memberikan

transfusi darah lengkap segar untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel darah

merah. Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak

sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas yang lebih

memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan laparotomi. Bila laparotomi
tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total. Ruptura uteri :

Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan operasi untuk

dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila histerorafi tidak berhasil dapat

dilakukanhisterektomi sub total hingga total.

9. PENCEGAHAN
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang

disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja

dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan

antenatal care yang baik.Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan

postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.

ANTENATAL CARE

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi

persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi

secara wajar.

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau

dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya

masalah atau komplikasi.


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan

anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan

kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester

kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu

dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.


BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur (tahun) : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Periksa : 20/09/2017
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Perdarahan terus menerus pasca persalinan.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang pasien di UGD maternal PKM bara-baraya mengalami
perdarahan secara terus menerus melalui jalan lahir yang
dialami sejak beberapa saat setelah persalinan normal
sebanyak kurang lebih 3000 cc. G2P2A0, pasien mulai
merasakan nyeri perut tembus ke belakang pada pukul 15.00
yang kemudian di bawa ke UGD maternal PKM bara-baraya.
Pada pukul 23.00 pasien melahirkan bayi laki-laki. Dengan
plasenta lahir lengkap pada pukul 23.10. saat ini pasien
mengeluh lemas dan pusing, pasien mengaku sering
mengkonsumsi sayur dan buah pada masa kehamilan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
4. Riwayat Pengobatan
Pasien kontrol ke poli KIA puskesmas Bara-baraya sebanyak 4
kali selama masa kehamilannya.
5. Riwayat Alergi
Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah :90/70 mmHg
Nadi :120 x/i
Pernapasan :28 x/i
Suhu : 36,8
BB : 54 kg
TB : 148 cm
IMT : 24,65
Status Gizi : Overweight
a. Kepala
Bentuk : tidak ada kelainan
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : serumen (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : bibir pucat, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : simetris
Trakea : di tengah
KGB : tidak terasa pembesaran KGB
JVP : tidak meningkat
c. Thorax
- Paru
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan napas simetris
kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapangan paru,
Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga V linea
midclavicularis kiri
Perkusi : pekak
Auskultasi : bumyi jantung I-II regular, murmur (-),
gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar,simetris, eritema (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Aukultasi : bising usus (+) normal

D. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin
Tanggal 6/2/2017 : 11,2 g/dl
Tanggal 22/9/2017 : 6,2 g/dl
Tanggal 28/9/2017 : 5,2 g/dl
E. Diagnosis Kerja
Perdarahan Post Partum + Anemia

F. Terapi
23.15 : IVFD RL 2 jalur
Ki = Drips Oxitocin 1 amp 20 tpm
Ka = RL kosong cor
Massage kontraksi uterus
Melakukan KPE/KPI
(TD 90/80mmHg)
23.25 Ganti infus RL botol kedua cor
Massage kontraksi uterus
Injeksi Oxitocin 1 amp (paha kiri)
Injeksi ergometri (paha kanan)
Jumlah perdarahan +/- 500 cc
23.40 Observasi TTV
TD : 90/70 mmHg
N : 82 x/i
S : 37,5
P : 24 x/i
Perdarahan +/- 200 cc
23.55 TD : 100/70 mmHg
Perdarahan +/- 100 cc
00.10 Perdarahan +/- 100 cc
00.35 Perdarahan +/- 100 cc
Kontraksi uterus baik
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/i
S 37,3
P : 24 x/i
Perdarahan +/- 100 cc teratasi
07.00 Ganti infus RL drips botol kedua 20 tpm (kiri)
07.05 Ganti RL kosong keempat 20tpm (kanan)

Penatalaksanaan setelah perdarahan teratasi :


Ivfd RL 20 tpm
Amoxicilin 3x1
As. Mefenamat 3x1
BcomC 1x1
SF 1x1
Pada tanggal 23/9/2017 pasien di bolehkan pulang.
BAB V

PEMBAHASAN

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah

bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Pada kasus

kali ini jumlah perdarahan yaitu sebanyak 2600 cc, yang terjadi beberapa saat setelah

kelahiran. Pasien mengeluhkan lemas dan pusing beberapa saat setelah perdarahan

teratasi yang mendukung adanya tanda-tanda anemis dengan konjungtiva anemis, bibir

pucat, palmar pucat, dan CRT >2. Hal ini didukung pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan Hb pasien pada saat ANC yaitu 11,2 g/dl, dan Hb post partum yang diambil

pada hari ke dua setelah partus yaitu 6,2 g/dl, kemudian diambil lagi Hb pasien pada hari

ke 8 setelah partus yaitu 5,2 g/dl.

Beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya perdarahan post partum yaitu

diantaranya usia, dimana usia ibu merupakan faktor independen terjadinya perdarahan

post partum. Semakin tua usia ibu maka jumlah perdarahan akan semakin besar. Pada

pasien ini usia bukanlah merupakan salah satu faktor resiko karena usia pasien yaitu 25

tahun, dimana usia ini termasuk usia produktif. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien

termasuk kategori overweight, hal ini mendukung sebagai salah satu faktor resiko

perdarahan post partum. Riwayat perdarahan post partum sebelumnya disangkal.Riwayat

persalinan sebelumnya normal.


Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum

adalahpenggantiancairan.Meskipun pada kasus perdarahan kedua komponen darah

yaituplasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk menjagahomeostatis

tubuh dan mempertahankanperfusi jaringan adalah pemberian cairan. Pada pasien ini

diberikan terapi awal pemberian cairan RL dengan 2 jalur, salah satu nya diberikan drips

Oksitosin 1 ampul dan dilanjutkan dengan pemberian Oksitosin 1 ampul dan Ergometri

via IM masing-masing di paha kanan dan kiri. Dilakukan juga massage uterus sambil

mengobservasi tanda-tanda vital sehingga sekitar 1 jam perdarahan dapat teratasi 100

cc. Hal ini sesuai dengan teori dengan memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml

larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM.

Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat

dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti dan melakukan pengawasan

tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu. Sebaiknya pasien ini dipasangkan kateter Folley

untuk memantau urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.

Selama kehamilan pasien melakukan kunjungan antenatal care sebanyak 4 kali,

trimester pertama sebanyak satu kali, trimester ke 2 sebanyak 1 kali, dan trimester ke 3

sebanyak 2 kali, dimana sesuai dengan aturan kunjungan antenal care dilakukan minimal

4 kali selama kehamilan.dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan

trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-

28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan

sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan. Pada saat kunjungan ANC pasien diberikan

vitamin B6, antasida, asam folat, SF, Suntik TT di kunjungan kedua, serta edukasi dari

petugas kesehatan PKM bara-baraya sehingga mengoptimalkan kesehatan mental dan


fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan

ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang diangkat, dapat disimpulkan bahwa Perdarahan postpartum

adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari

1.000 ml setelah persalinan abdominal.Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk

menetukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai

perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain

pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah

sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >100/menit, kadar Hb <8 g /dL.Berdasarkan waktuterjadinya

perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perdarahanpostpartum primer (terjadi

dalam 24 jam setelah bayi lahir) dan perdarahanpostpartum sekunder (terjadi setelah 24 jam

setelah bayi lahir).

Perdarahan post partum merupakan masalah kesehatan yang memerlukan

perhatian khusus karena di negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3

peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi dan

juga beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000

kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan

oleh perdarahan post partum


Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalahatonia uteri,

perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainanpembekuan darah.

Adapun dampak dari perdarahan post partum yaitu dapat terjadi anemia hingga

syok.

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang

disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja

dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan

antenatal care yang baik.

Kasus perdarahan postpartum harus segera mendapatpenanganan yang tepat

karena kasus perdarahan postpartum dapat mengancamjiwa. Seorang ibu dengan

perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidakmendapat perawatan medis yang sesuai,

termasuk pemberian obat-obatan,prosedur klinis sederhana, transfusi darah dan operasi.

Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalahpenggantian

cairan.Keterlambatan atau ketidaksesuaian dalam memperbaikihipovolemia merupakan

awal kegagalan mengatasi kematian akibat perdarahanpostpartum.Meskipun pada kasus

perdarahan kedua komponen darah yaituplasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan

pertama untuk menjagahomeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah

pemberian cairan.

B. Saran
Saran untuk UKM :
1. Pada ibu Hamil agar memeriksakan diri pada Unit pelayanan kesehatanyaitu
puskesmas minimal 4 kali.
2. Ibu yang memiliki riwayat Kelainan pada kehamilan sebelumnya atau proses
melahirkan yang memiliki gangguan agar mengetahui kelainan
sebelumnya,mengantisipasi kehamilan selanjutnya.
3. Pemeriksaan berkala pada ibu hamil.
4. Jika ada kelainan atau keluhan pada kehamilan agar segera ke unit
pelayanan kesehatan.
5.Melakukan penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya konsumsi SF pada ibu
hamil saat kehamilan

Saran Untuk PKM :


1. Pendataan ibu hamil yang Lengkap serta pendeteksian secara dini ibu hamil yang
memiliki resiko tinggi.
2. Pendampingan secara berkala pada ibu hamil yang memiliki kelainan pada
kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai