PENDAHULUAN
kesehatan ibu,terutama risiko kematian bagi ibu padawaktu hamil dan persalinan. Angka
(SDKI 2012), angka kematian ibu (AKI) diIndonesia sebesar 359 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target
global MDGs ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000
Semua wanita yang melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu beresiko
untuk mengalami perdarahan post partum dan gejala sisanya. Meskipun angka kematian
ibu telah sangat menurun di negara maju, kasus ini tetap menjadi penyebab utama
merupakan faktor utama penyebab kematian dan kesakitan ibu diseluruh dunia. Pada
bayi lahir. Namun secara praktis halini tidak dapat digunakan sebagai standar penilaian
karena sering pasien datangdalam kondisi secara klinik presyok atau syok.Perdarahan
dapat terjadi segerasetelah bayi lahir, selama pelepasan dan setelah plasenta
lahir.Perdarahan post partum ini sendiri, selain dapat berujung pada syok, dapat juga
terjadi anemia.
dunia, umumnya di alami pada wanita usia reproduksi. Anemia disebabkan oleh
defisiensi zat besi. Efek dari anemia tidak hanya berbahaya pada saat proses persalinan
namun juga berbahaya pasca melahirkan atau post partum (enam minggu setelah
kelahiran bayi).
besi dan asam folat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sebagai intervensi
kesehatan umum pada wanita dewasa dan remaja wanita di daerah dimana prevalensi
anemia tinggi. Pada periode post partum, suplemen zat besi dan asam folat dapat
Inap dan merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan
Makassar Kota Makassar. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Makassar, yaitu di
Dipimpin oleh dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes. Wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya
Luas wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya secara keseluruhan adalah 0,98 km2 atau
sekitar 43,5 % dari luas Kecamatan Makassar yang seluruhnya seluas 2,25 km2. Wilayah
1. Kelurahan Bara-baraya
5. Kelurahan Lariangbangi
6. Kelurahan Barana
Tabel 2.1Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Bara-Baraya 2013
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) RW RT
1 Bara-baraya 0,16 5 32
2 Bara baraya utara 0,11 5 19
3 Bara baraya timur 0.15 5 28
4 Bara baraya selatan 0,14 4 26
5 Lariangbangi 0,20 4 29
6 Barana 0,22 4 32
Jumlah 0,98 27 166
total pegawai berjumlah 39 orang dengan luas wilayah kerja Kelurahan Pampang 0,98
km2, dengan 27 RW dan 166 RT serta jumlah penduduk 36.953 orang. Kelurahan Bara-
baraya dengan luas wilayah 0,16km2, 5 RW dan 32 RT. Kelurahan Bara baraya utara
dengan luas wilayah 0,11 km2, 5 RW dan 19 RT. Kelurahan Bara baraya timur dengan
luas wilayah 0.15 km2, 5 RW dan 28 RT. Kelurahan Bara baraya selatan dengan luas
wilayah 0,14 km2, 4 RW dan 26 RT. Kelurahan Lariangbangi dengan luas wilayah 0,20
km2, 4 RW dan 29 RT. Kelurahan Barana dengan luas wilayah 0,22 km2, 4 RW dan 32
RT.
Peta Wilayah KerjaPuskesmas Bara_Baraya
1. Keadaan Demografi
3. Jumlah KK : 9.484 KK
5. Jumlah ORW/ORT:
a. ORW : 27
b. ORT : 166
sebagai berikut :
Nurliah
Muh. Tahir
Yuliana Anwar
Asriani S.ST
Ismasari A. S.Kep, Ns
Naomi Tarima
Mamur S.kep
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Rosmini Ladona
Asriani S.SIT
Naomi Tarima
Yuliana Anwar
Mamur S.Kep
Ismasari A. S.Kep, Ns
Hayani
Fitri Alkadar
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Rosmini Ladona
Efsuarna AMK
B. Keadaan Lingkungan
lingkungan pemukiman yang padat. Terdapat beberapa daerah yang masih kumuh
1. Visi:
2. Misi:
Mengembangkan kemitraan.
d) Upaya Pengobatan
D. Upaya Kesehatan
a. Ketenagaan
No Jenis Jumlah
Jumlah 39 orang
b. Pelaksanaan Kegiatan
danpencegahanpenyakit.
2) Kamar Obat
PemeriksaanLeopold.
6) Perawatan Umum
rutinsetiap hari oleh dokter umum yang bertugas dan dibantu oleh perawat.
7) Perawatan Persalinan
8) Laboratorium
Leukosit, LED, Hematokrit, Trombosit), DDR, Widal, GDS, Urin rutin, Plano
Test.
9) Puskesmas Keliling
nonemergency.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi
terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari
normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh
lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90
(terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir) dan perdarahanpostpartum sekunder (terjadi
setelah 24 jam setelah bayi lahir). Adapun dampak dari perdarahan post partum yaitu
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh.
Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off points anemia berbeda-beda antara
kelompok umur, maupun golongan individu. Kelompok umur atau golongan individu
2. EPIDEMIOLOGI
Amerika Serikat diperkirakan 7-10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistik
nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan oleh
perdarahan post partum. Di negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat
pada 3 peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari
kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan perkiraan 100.000
3. ETIOLOGI
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksidan
atoniauteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi.Atonia uteri juga dapattimbul
b. Tissue
1) Retensio plasenta
2) Sisa plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itudinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasentabelum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belumdilahirkan.Jika plasenta belum
lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabilaterlepas sebagian maka akan
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalismenembus
perkreta )
c. Trauma
2) Inversi uterus
4) Vaginal hematom
mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanyaterjadi karena persalinan
dengan vacuum atau forcep, walaubegitu laserasi bisa terjadi pada sembarang
persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan
karena tidakakan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya
syok.
atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antaraepisitomi dan
1) Hipofibrinogenemia,
2) Trombocitopeni,
3) Idiopathic thrombocytopenic purpura,
6) Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8unit karena
darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponenfibrin dan trombosit sudah
rusak.
4. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko perdarahan post partumdapat ada saat sebelum kehamilan, saat
kehamilan, dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi usia, indeks
massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor risiko selama kehamilan
meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum, kehamilan ganda,
risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta previa mayor,
partum. Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada persalinan sesar
yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk mengalami perdarahan post
partum.
akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada wanita dengan
indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2% dengan persalinan
normal.
5. GEJALA KLINIS
Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan
syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
6. DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan fisik
b. Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat,
kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus.
c. Pemeriksaan obstetri
d. Uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, perdarahan
e. Pemerikasaan ginekologi
f. Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, pada
pemeriksaan dapat diketahui kontraksi uterus, adanya luka jalan lahir dan retensi
sisa plasenta.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode
antenatal.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
2) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien denan
8. PENATALAKSANAAN
Kasus perdarahan postpartum harus segera mendapatpenanganan yang tepat
perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidakmendapat perawatan medis yang sesuai,
perdarahan kedua komponen darah yaituplasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan
pemberian cairan.
a. Tatalaksana Umum
sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Apabila menemukan tanda-tanda syok,
dengan jarum besar, memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Melakukan pengambilan
luka, dan tinggi fundus uteri. Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat
perdarahan dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat
penyebab
manual secara hati-hati. Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks
terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui
oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau
dilatasi dan kuretase. Robekan Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan
dinding vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks lakukan
penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar
transfusi darah lengkap segar untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel darah
merah. Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak
sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas yang lebih
memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan laparotomi. Bila laparotomi
tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total. Ruptura uteri :
Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan operasi untuk
dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila histerorafi tidak berhasil dapat
9. PENCEGAHAN
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja
dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
antenatal care yang baik.Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan
ANTENATAL CARE
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya
anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan
kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester
kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur (tahun) : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Periksa : 20/09/2017
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Perdarahan terus menerus pasca persalinan.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang pasien di UGD maternal PKM bara-baraya mengalami
perdarahan secara terus menerus melalui jalan lahir yang
dialami sejak beberapa saat setelah persalinan normal
sebanyak kurang lebih 3000 cc. G2P2A0, pasien mulai
merasakan nyeri perut tembus ke belakang pada pukul 15.00
yang kemudian di bawa ke UGD maternal PKM bara-baraya.
Pada pukul 23.00 pasien melahirkan bayi laki-laki. Dengan
plasenta lahir lengkap pada pukul 23.10. saat ini pasien
mengeluh lemas dan pusing, pasien mengaku sering
mengkonsumsi sayur dan buah pada masa kehamilan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
4. Riwayat Pengobatan
Pasien kontrol ke poli KIA puskesmas Bara-baraya sebanyak 4
kali selama masa kehamilannya.
5. Riwayat Alergi
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah :90/70 mmHg
Nadi :120 x/i
Pernapasan :28 x/i
Suhu : 36,8
BB : 54 kg
TB : 148 cm
IMT : 24,65
Status Gizi : Overweight
a. Kepala
Bentuk : tidak ada kelainan
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : serumen (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : bibir pucat, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : simetris
Trakea : di tengah
KGB : tidak terasa pembesaran KGB
JVP : tidak meningkat
c. Thorax
- Paru
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan napas simetris
kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapangan paru,
Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga V linea
midclavicularis kiri
Perkusi : pekak
Auskultasi : bumyi jantung I-II regular, murmur (-),
gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar,simetris, eritema (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Aukultasi : bising usus (+) normal
D. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin
Tanggal 6/2/2017 : 11,2 g/dl
Tanggal 22/9/2017 : 6,2 g/dl
Tanggal 28/9/2017 : 5,2 g/dl
E. Diagnosis Kerja
Perdarahan Post Partum + Anemia
F. Terapi
23.15 : IVFD RL 2 jalur
Ki = Drips Oxitocin 1 amp 20 tpm
Ka = RL kosong cor
Massage kontraksi uterus
Melakukan KPE/KPI
(TD 90/80mmHg)
23.25 Ganti infus RL botol kedua cor
Massage kontraksi uterus
Injeksi Oxitocin 1 amp (paha kiri)
Injeksi ergometri (paha kanan)
Jumlah perdarahan +/- 500 cc
23.40 Observasi TTV
TD : 90/70 mmHg
N : 82 x/i
S : 37,5
P : 24 x/i
Perdarahan +/- 200 cc
23.55 TD : 100/70 mmHg
Perdarahan +/- 100 cc
00.10 Perdarahan +/- 100 cc
00.35 Perdarahan +/- 100 cc
Kontraksi uterus baik
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/i
S 37,3
P : 24 x/i
Perdarahan +/- 100 cc teratasi
07.00 Ganti infus RL drips botol kedua 20 tpm (kiri)
07.05 Ganti RL kosong keempat 20tpm (kanan)
PEMBAHASAN
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Pada kasus
kali ini jumlah perdarahan yaitu sebanyak 2600 cc, yang terjadi beberapa saat setelah
kelahiran. Pasien mengeluhkan lemas dan pusing beberapa saat setelah perdarahan
teratasi yang mendukung adanya tanda-tanda anemis dengan konjungtiva anemis, bibir
pucat, palmar pucat, dan CRT >2. Hal ini didukung pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb pasien pada saat ANC yaitu 11,2 g/dl, dan Hb post partum yang diambil
pada hari ke dua setelah partus yaitu 6,2 g/dl, kemudian diambil lagi Hb pasien pada hari
Beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya perdarahan post partum yaitu
diantaranya usia, dimana usia ibu merupakan faktor independen terjadinya perdarahan
post partum. Semakin tua usia ibu maka jumlah perdarahan akan semakin besar. Pada
pasien ini usia bukanlah merupakan salah satu faktor resiko karena usia pasien yaitu 25
tahun, dimana usia ini termasuk usia produktif. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien
termasuk kategori overweight, hal ini mendukung sebagai salah satu faktor resiko
yaituplasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk menjagahomeostatis
tubuh dan mempertahankanperfusi jaringan adalah pemberian cairan. Pada pasien ini
diberikan terapi awal pemberian cairan RL dengan 2 jalur, salah satu nya diberikan drips
Oksitosin 1 ampul dan dilanjutkan dengan pemberian Oksitosin 1 ampul dan Ergometri
via IM masing-masing di paha kanan dan kiri. Dilakukan juga massage uterus sambil
mengobservasi tanda-tanda vital sehingga sekitar 1 jam perdarahan dapat teratasi 100
cc. Hal ini sesuai dengan teori dengan memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml
Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu. Sebaiknya pasien ini dipasangkan kateter Folley
trimester pertama sebanyak satu kali, trimester ke 2 sebanyak 1 kali, dan trimester ke 3
sebanyak 2 kali, dimana sesuai dengan aturan kunjungan antenal care dilakukan minimal
trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-
28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan
sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan. Pada saat kunjungan ANC pasien diberikan
vitamin B6, antasida, asam folat, SF, Suntik TT di kunjungan kedua, serta edukasi dari
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang diangkat, dapat disimpulkan bahwa Perdarahan postpartum
adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari
menetukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain
pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >100/menit, kadar Hb <8 g /dL.Berdasarkan waktuterjadinya
dalam 24 jam setelah bayi lahir) dan perdarahanpostpartum sekunder (terjadi setelah 24 jam
perhatian khusus karena di negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3
peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi dan
juga beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000
kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan
Adapun dampak dari perdarahan post partum yaitu dapat terjadi anemia hingga
syok.
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja
dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidakmendapat perawatan medis yang sesuai,
perdarahan kedua komponen darah yaituplasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan
pemberian cairan.
B. Saran
Saran untuk UKM :
1. Pada ibu Hamil agar memeriksakan diri pada Unit pelayanan kesehatanyaitu
puskesmas minimal 4 kali.
2. Ibu yang memiliki riwayat Kelainan pada kehamilan sebelumnya atau proses
melahirkan yang memiliki gangguan agar mengetahui kelainan
sebelumnya,mengantisipasi kehamilan selanjutnya.
3. Pemeriksaan berkala pada ibu hamil.
4. Jika ada kelainan atau keluhan pada kehamilan agar segera ke unit
pelayanan kesehatan.
5.Melakukan penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya konsumsi SF pada ibu
hamil saat kehamilan