Anda di halaman 1dari 15

BAB II

GAMBARAN UMUM

1.1 KEADAAN GEOGRAFIS

1. Letak Geografis
Puskesmas Bahari Berkesan berada di Kelurahan SangoKecamatan
Ternate Utara dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kulaba
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Akehuda
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Halmahera
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Gamalama
Pada akhir tahun 2016 Puskesmas Bahari Berkesan telah terjadi
pemekaran dari Puskesmas Perawatan Siko dengan membawahi 5
Kelurahan menjadi beberapa pembagian wilayah kelurahan yang termasuk
dalam satu wilayah Kecamatan merupakan wilayah pegunungan dan
pesisir (pantai), Kelurahan tersebut terdiri dari :

1. Kelurahan Tubo,
2. Kelurahan Tafure,
3. Kelurahan Tabam,
4. Kelurahan Sango, terdiri dari 4 RW dan 8 RT
5. Kelurahan Tarau, terdiri dari 2 RW dan 4 RT
Dengan demikian, maka luas wilayah kerja Puskesmas Bahari
Berkesanseluas 7 Km2.

1.2 VISI MISI DAN TATA NILAI ORGANISASI


1. Visi

visi “Mewujudkan masyarakat dalam wilayah Puskesmas Bahari Berkesan


yang mandiri dalam hidup Sehat ”.
2. Misi
a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku sehat dan hidup
dalam lingkungan yang sehat dalam upaya kesehatan secara
komprehensif.
b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan
berkualitas.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan
memuaskan bagi masyarakat, demi tercapainya derajat kesehatan
yang lebih baik.
3. Tata Nilai
Untuk mencapai visi Puskesmas BAHARI BERKESAN maka nilai dasar
yang dijadikan pedoman harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: ”
SEHAT ”

S = Santun (Sopan dalam tutur kata dan perilaku)


E = Empati (Melayani sepenuh hati)

H = Handal (Memberikan pelayanan oleh tenaga profesional)


A = Adil (Pelayanan yang merata dan tidak membeda-bedakan)

T = Teladan (Menjadi panutan masyarakat dalam perilaku sehat)


1.3 STRUKTUR ORGANISASI

KEPALA PUSKESMAS
BAHARI BERKESAN
REHAWATI WAHAB, SKM.M.MKes

KETUA TIM MUTU KEPALA TATA USAHA


JAINABUN TUANANY, A.Md. Keb
SAFRUDIN ALI BAADIAH

KOORDINATOR KOORDINATOR
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT(UKM) UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
RACHMAT A. DARAMAN, A.Md. G dr. ENDANG KARTINI

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


 RAWAT JALAN : dr. AGRACIA AMAHORU
UKM ESENSIAL UKM PENGEMBANGAN  POLI UMUM : dr. ENDANG KARTINI
 POLI KIA/KB : JAINABUN TUANANY,
 PERBAIKAN GIZI  KESEHATAN JIWA A.Md.Keb
RUKMINI, A.Md. G ISMAWATI LUKMAN,  POLI GIGI : drg. FARADIBA ALBAAR
 PROMKES dan A.Md.Keb  UGD : YULIATI, S. Kep. Ns
PEMBERDAYAAN  PERKESMAS
MASYARAKAT  LABORATORIUM : FUJI ASTUTI, A.Md.AK
JUBAIDA ISMAIL, A.Md.
NURJALINA .A.  KEFARMASIAN : NAMILA .U.DJAFAR,
Keb
KADAM, SKM  KESEHATAN KERJA S.Farm.Apt
 KESLING FATMAWATI EFRUAN,
FATMAWATI A.Md.KL
EFRUAN, A.Md.KL  KESEHATAN LANSIA
 KIA/KB NOVITASARI HAMZAH,
JAINABUN A.Md. Keb
TUANANY, AMd.Keb  UKS/UKGS
HASMIYANI TUASAMU,
A.Md.Keb
 BATRA
NURHALILAH, A.Md.
Keb

2 BIDAN POLINDES 1 KOORDINATOR


2 KOORDINATOR PUSKESMAS
POSKESKEL
PEMBANTU
1.4 Situasi Upaya Kesehatan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan, Puskesmas Bahari


Berkesan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan perorangan (UKP)
dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) sesuai dengan Upaya Kesehatan
Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan berdasarkan tujuan, sasaran
dan target yang akan dicapai.
1. Upaya Kesehatan Wajib :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak
Menular
e. Upaya Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan (termasuk kegawatdaruratan medis)
2. Upaya Kesehatan Pengembangan :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
c. Upaya Kesehatan Jiwa
d. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

1.5 JUMLAH DAN KONDISI SARANA KESEHATAN


1. Puskesmas Pembantu dan Polindes / Poskeskel
2 BIDAN POLINDES
Puskesmas Bahari Berkesan mempunyai 2 Puskesmas Pembantu
(Pustu) yaitu Pustu Tafure dan Pustu Tarau serta 3 Polindes/Poskeskel.
Tiap Pustu dan Poskeskel tersebut dikelola oleh seorang bidan.
2. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini.
Untuk meningkatkan kualitas posyandu telah dilakukan pengelompokan
posyandu kedalam 4 tingkat perkembangan yaitu :

a. Posyandu Pratama
b. Posyandu Madya
c. Posyandu Purnama
d. Posyandu Mandiri

Di wilayah kerja Pukesmas Bahari Berkesan mempunyai 10 Posyandu


dengan tingkat strata posyandu yang berbeda – beda. 2 posyandu di
kelurahan Tubo dan Keluarahan Sango masuk dalam strata Mandiri, 6
posyandu di Kelurahan Tafure, Tabam, Sango dan Tarau masuk dalam
strata posyandu Purnama sedangkan 2 posyandu di kelurahan Tafure
masuk dalam Strata Posyandu Madya.

1.6 Tugas dan Fungsi Organisasi


Menurut Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, tugas dan fungsi puskesmas, yaitu :
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya
dengan pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan program untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
Puskesmas memiliki fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

1.7 Tugas dan Fungsi Jabatan


Uraian tugas jabatan Bidan Terampil, meliputi:
1. Melakukan pengkajian pada ibu hamil fisiologis;
2. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana pada pelayanan
kebidanan;
3. Merencanakan asuhan kebidanan kasus fisiologis sesuai kesimpulan;
4. Memfasilitasi informed choice dan/atau informed consent;
5. Melakukan tindakan pencegahan infeksi;
6. Memberikan nutrisi dan rehidrasi/oksigenisasi/ personal hygiene;”
7. Memberikan vitamin/suplemen pada klien/ asuhan kebidanan kasus
fisiologis;
8. Melaksanakan kegiatan asuhan pada kelas Ibu hamil;
9. Memberikan KIE tentang kesehatan ibu pada individu/keluarga sesuai
dengan kebutuhan;
10. Melakukan asuhan Kala I persalinan fisiologis;
11. Melakukan asuhan Kala II persalinan fisiologis;
12. Melakukan asuhan Kala III Persalinan fisiologis;
13. Melakukan asuhan Kala IV Persalinan fisiologis;
14. Melakukan pengkajian pada ibu nifas;
15. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas 6 jam sampai dengan hari ke
tiga pasca persalinan (KF 1);
16. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari ke 4-28 pasca persalinan
(KF 2)
17. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari ke 29-42 pasca persalinan
(KF 3);
18. Melakukan asuhan kebidanan pada gangguan psikologis ringan dengan
pendampingan;
19. Melakukan fasilitasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan normal;
20. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal;
21. Melakukan penanganan awal kegawatdaruratan pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR);
22. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kesehatan
anak pada individu/keluarga sesuai kebutuhan;
23. Melakukan pelayanan Keluarga Berencana (KB) oral dan kondom;
24. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kesehatan
reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana (KB) pada
individu/keluarga sesuai kebutuhan;
25. Melakukan promosi dan edukasi tentang perilaku pola hidup sehat untuk
remaja termasuk personal hygiene dan nutrisi;
26. Melakukan pendataan sasaran pada individu (WUS/PUS/Keluarga
Berencana/Ibu hamil/ ibu nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita) di wilayah
kerja Puskesmas melalui kunjungan rumah;
27. Melakukan tabulasi sasaran pada individu (WUS/PUS/Keluarga
Berencana/Ibu hamil/ ibu nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita);
28. Mengikuti pelaksanaan kegiatan Survei Mawas Diri (SMD) atau
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD);
29. Melaksanakan pelayanan kebidanan di Posyandu/Posbindu/kampung
Keluarga Berencana (KB) atau tempat lain sesuai penugasan; dan
30. Melakukan pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah pada
anak sekolah;

1.8 Nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK


Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki fungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa harus
memiliki nilai-nilai dasar ASN dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
nilai-nilai dasar, yaitu:
1. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi Pelayanan adalah komitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasan masyarakat. Demi menciptakan lingkungan kerja yang
berorientasi pelayanan, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar
berorientasi pelayanan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Responsifitas
b. Kualitas
c. Kepuasan
2. Akuntabel

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada


setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasan.
ASN perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan
mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan
perilaku bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas ASN yaitu kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan,
lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik.

Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan


harus relevant (relevan) reliable (dapat dipercaya) understandable
comparable (dapat dimengerti), serta comparable (dapat dibandingkan),
sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat
menunjukkan akuntabilitas publik.
3. Kompeten

UU ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar pengelolaan ASN berbasis


merit. Aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja. Termasuk tidak boleh ada perlakuan
diskriminatif, meliputi agama, kesukuan atau aspek primodial lainnya
yang bersifat subjektif.
Menurut Kamus Kompetensi Loma, perilaku kompetensi memiliki tiga
aspek penting meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Kompetensi dalam konteks ASN adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
jabatan, kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai
profesional dan kompetitif.
Hak pengembangan kompetensi meliputi kompetensi teknis,
kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural. Dalam
menentukan kebutuhan pengembangan kompetensi dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data seperti memanfaatkan indeks
profesionalitas, asesmen kompetensi manajerial (metode assessment
center atau metode lain), seperti survei atau focus group discussion
(FGD).

Hak akses pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan


dilakukan pendekatan pelatihan non klasikal diantaranya e-learning, job
enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan mentoring.
Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi
dan kinerja. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi
sebagai pelayan publik Perilaku etika profesional secara operasional
tunduk pada perilaku BerAkhlak.
4. Harmonis
Harmonis adalah saling peduli dan menghargai perbedaan. Nilai ini
menjadi penting, terutama dalam kaitannya dengan proses,
kemampuan, dan kualitas berorganisasi dalam pekerjaan. Tanpa nilai
ini, tujuan dari organisasi akan sulit tercapai. Oleh karena itu, tujuan dari
organisasi harus disepakati bersama dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang baik.
5. Loyal
Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core
values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh
setiap ASN.

ASN milenial juga dihadapkan pada berbagai tantangan dihadapi


dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi seperti information overload,
uang dapat menyebabkan paradoc of plenty, dimana informasi yang
sangat melimpah namun tidak dimanfaatkan dengan baik. Masalah lain
yang harus dihadapi dengan loyalitas tinggi seorang ASN adalah
semakin besar peluang masuknya budaya dan ideologi alternatif dari
luar ke dalam melalui media informasi yang berpotensi merusak tatanan
budaya dan ideologi bangsa.
Bagi seorang ASN kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada NKRI.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Terdapat
beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya antara lain:
a. Taat pada peraturan
b. Bekerja dengan integritas
c. Tanggung jawab pada organisasi
d. Kemauan untuk bekerja sama
e. Rasa memiliki yang tinggi
f. Hubungan antar pribadi yang baik terhadap pegawai lain atau
pimpinannya.
g. Kesukaan terhadap pekerjaan
h. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi pegawai lain.
Setiap ASN harus menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat PNS, serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara di atas kepentingan sendiri sebagai wujud loyalitas terhadap
bangsa dan negara melalui wawasan kebangsaan setiap ASN.
Sikap loyal ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan sikap
nasionalismenya sehingga mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat serta
pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
6. Adaptif
Adaptif adalah karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Nilai-nilai
adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di
sektor publik, seperti perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang
terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan
teknologi, dsb.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap
(landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership).
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan
perubahan, mengikuti peruabhan lingkungan strategisnya. Budaya
adaptif ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif
pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi
mencapai tujuannya.
Individu atau Sumber daya Manusia (SDM) yang adaptif dan terampil
kian dibutuhkan di dunia kerja ataupun industri yang semakin kompetitif.
Seorang ASN harus selalu adaptif atau mampu menyesuaikan diri
terhadap berbagai keadaan.
7. Kolaboratif
Ratner mengungkapkan terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan
assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu:
a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b. Merencanakan aksi kolaboratif;
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dan keseluruhan
sektor guna mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program, dan pelayanan publik.
Esteve mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi:
a. Kerjasama formal
b. Perjanjian bantuan bersama
c. Memberikan pelatihan
d. Menerima pelatihan
e. Perencanaan bersama
f. Menyediakan peralatan
g. Menerima peralatan
h. Memberikan bantuan teknis
i. Menerima bantuan teknis
j. Memberikan pengelolaan hibah
k. Menerima pengelolaan hibah.

1.9 Kedudukan dan Peran Manajemen ASN menuju smart ASN


1. Manajemen ASN
Manajemenn ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas adrai intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.
a. Kedudukan ASN
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain
untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan
persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri.
Namun demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
Kesatuan bagi ASN ini sangat penting, mengingat dengan
adanya desentralisasi, otonomi daerah dan sering muncul isu
putra daerah yang menyebabkan perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan
ancaman bagi kesatuan bangsa.Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah.
b. Peran ASN
Pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.Untuk
dapat menjalankan perannya dengan baik, Pegawai ASN
memiliki fungsi sebagai:
1) Pelaksana kebijakan publik
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas untuk:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai
2) dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas.
c. Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan
oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik
pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah
sesuatu yang patut atau layak diterima.
1) PNS berhak memperoleh:
 Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
 Cuti;
 Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
 Perlindungan; dan
 Pengembangan kompetensi
2) Hak perlindungan seperti disebutkan diatas wajib disediakan
oleh Pemerintah untuk PNS berupa:
 Jaminan kesehatan;
 Jaminan kecelakaan kerja;
 Jaminan kematian; dan
 Bantuan hukum.
d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi
acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintah. Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat
penting dalam birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Fungsi tersebut antara lain:
1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil
negara dalam menjalankan tugas dan kewenangan agar
tindakannya dinilai baik;
2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan
birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan
tugas dan kewenangannya; dan
3) Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat
birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada
masyarakat dan menempatkan kepentingan publik di atas
kepentingan pribadi, kelompok dan organisasinya. Etika
diarahkan pada kebijakan yang benar-benar mengutamakan
kepentingan masyarakat luas.
2. Smart ASN
Smart ASN adalah pegawai dengan kompetensi, kinerja, serta
profesionalisme yang tinggi sehingga mampu beradaptasi dan semakin
responsif terhadap perubahan dan pencapaian tujuan organisasi.
a) Literasi digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi.
Keterjangkauan (affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi
ini mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini publik
melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013). Kompetensi literasi
digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini
termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM).
b) Pilar Literasi Digital
 Etika Bermedia Digital
Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
 Budaya Bermedia Digital
Sebagai bangsa Indonesia diwajibkan untuk memiliki sikap dan
perilaku yang menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika. Keduanya menjadi landasan yang kuat dalam
bersosialisasi di masyarakat baik secara tatap muka maupun
melalui kegiatan dalam jaringan (daring). Indikator pertama dari
kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki
Era Digital, secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara
digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga negara
digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan
kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia
digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
 Aman Bermedia Digital
Membahas tentang keamanan digital berarti membahas
berbagai aspek keamanan, mulai dari menyiapkan perangkat
yang aman hingga menyediakan panduan untuk berperilaku di
media digital yang rendah risiko. Ada lima indikator atau
kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area
kompetensi keamanan digital, yaitu:
 Pengamanan perangkat digital
 Pengamanan identitas digital
 Mewaspadai penipuan digital
 Memahami rekam jejak digital
 Memahami keamanan digital bagi anak
 Cakap Bermedia Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai
perangkat keras dan perangkat lunak. Fungsi perangkat keras
dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas
satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa
fungsi jadi keduanya. Dengan demikian, kita perlu mengetahui
dan memahami fungsi perangkat keras dan perangkat lunak
yang digunakan dalam mengakses dunia digital. Beberapa jenis
perangkat digital yang umum diketahui antara lain

Anda mungkin juga menyukai