BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1990-an, tetapi saat ini tergeser dengan perangkat lunak yang lain terutama
Macromedia Flash.
Dalam beberapa dekade terakhir, proses konversional sudah mulai
ditinggalkan oleh banyak studio. Proses digitalisasi gambar menjadi vektor, dalam
pembuatan bentuk objek, dan pewarnaan semua dikerjakan dengan mudah melalui
komputer. Secara ekonomi, teknik baru dalam pembuatan animasi ini menekan
biaya produksi jauh lebih murah. Selain itu lebih cepat dari pada proses
konvensional yang memakan banyak waktu pengerjaan. Efisiensi yang dapat
dicapai itu menjadikan banyak studio animasi beralih pada teknologi digital dalam
produksi animasi.
animasi serta dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows pada Personal
Computer.
2.4. Blender
dan deformasi berbasis kisi, kunci bentuk (morph sasaran animasi), animasi non-
linear, kendala, dan vertex pembobotan.
Alat simulasi untuk dinamika tubuh lembut termasuk deteksi jala
tabrakan, LBM dinamika fluida, simulasi asap, Bullet dinamika benda tegar,
pembangkit laut dengan gelombang. Sebuah sistem partikel yang meliputi
dukungan untuk rambut berbasis partikel.
Sebagian besar perintah dapat diakses melalui hotkeys. Ada juga menu
GUI yang komprehensif.
Input Numerik
Tombol angka dapat "diseret" untuk mengubah nilai mereka langsung
tanpa perlu bertujuan widget tertentu, serta yang ditetapkan menggunakan
keyboard. Kedua slider dan tombol angka dapat dibatasi untuk berbagai
ukuran langkah dengan pengubah seperti Ctrl dan tombol Shift. ekspresi
Python juga dapat diketik langsung ke nomor kolom entri, yang
memungkinkan ekspresi matematika untuk menentukan nilai-nilai.
Manajemen Workspace
Blender GUI membangun ubin sendiri (non-overlapping) sistem
windowing di atas satu atau beberapa jendela yang disediakan oleh
platform yang mendasari. Satu platform window (sering berukuran untuk
mengisi layar) dibagi menjadi beberapa bagian dan sub-bagian yang dapat
dari setiap jenis tampilan Blender atau jendela-jenis. Pengguna dapat
menentukan beberapa layout dari jendela Blender tersebut, disebut layar,
dan beralih cepat antara mereka dengan memilih dari menu atau dengan
cara pintas keyboard. Setiap jendela-jenis ini elemen GUI sendiri dapat
dikendalikan dengan alat yang sama yang memanipulasi tampilan 3D.
Sebagai contoh, seseorang dapat memperbesar dan keluar dari GUI-tombol
menggunakan kontrol yang sama satu memperbesar dan keluar di viewport
3D. GUI viewport dan layar tata letak sepenuhnya user-disesuaikan. Hal
ini dimungkinkan untuk mengatur antarmuka untuk tugas-tugas tertentu
seperti editing video atau pemetaan UV atau texturing dengan
menyembunyikan fitur yang tidak digunakan untuk tugas tersebut.
Format File
Blender fitur sistem file internal yang dapat pak beberapa adegan ke dalam
satu file (disebut ".blend" file). Semua ".blend" file Blender adalah maju,
mundur, dan cross-platform yang kompatibel dengan versi lain dari
blender.
Video Editor (VSE)
10
bawah bimbingan Guru Besar Jerman terkenal yaitu P.G. Unna da H.C. Plaut.
Selama berada di Negeri Belanda, Soetomo sangat aktif di Indische Vereeniging
dan merupakan penggerak dalam perubahan perkumpulan tersebut menjadi
perhimpoenan Indonesia tahun 1922.
Soetomo kembali ke Indonesia pertengahan tahun 1923 dan ditugaskan di
Surabaya. Sejak itu, ia bekerja di Rumah Sakit Umum (CBZ) dan NIAS. Tetapi,
Soetomo pada waktu itu juga menerjunkan diri ke dalam berbagai kegiatan
politik. Indische Studieclub didirikan pada tanggal 11 Juli 1924 dan di bawah
pimpinan Soetomo melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menakjubkan, tidak
hanya dalam bidang politik, tetapi juga dalam lapangan sosial ekonomi. Sebagai
Pak Tom , Soetomo menjadi seorang tokoh nasional.
Segera setelah Soetomo kembali ke Indonesia, ia mulai menderita
berbagai penyakit dan meninggal dunia pada tanggal 30 Mei 1938, sebelum
mencapai umur 50 tahun.
seseorang di dunia ini. Ia juga seorang yang tabah hati, yang segan atau enggan
berbicara tentang dirinya sendiri, sebaliknya dia suka memuji kebaikan orang lain.
Pernyataan-pernyataan yang menunjukkan Soetomo dan teman-temannya
di STOVIA sebagai pendiri Boedi Oetomo telah dibuat oleh banyak sarjana asing.
Pernyataan-pernyataan demikian itu juga telah dibuat oleh tokoh-tokoh terkemuka
bangsa Indonesia seperti Profesor dr. Sardjito, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, dr.
Angka, dan dr. Kadijat. Karena beberapa di antara mereka ini ada di STOVIA
pada saat Boedi Oetomo didirikan, maka pernyataan-pernyataan mereka tentulah
memiliki bobot kebenaran yang tidak dapat diabaikan.
meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 1969. Meskipun beliau sudah tiada tapi
jasa-jasanya di bidang pendidikan tidak akan terlupakan, apabila para lulusan INS
tersebar ke berbagai pelosok tanah air, yang tentu saja kiprahnya sangat besar bagi
pembangunan bangsa dan negara.
Pendidikan menurut Syafei memiliki fungsi membantu manusia keluar
sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam
penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa. (Thalib Ibrahim, 1978: 25).
Perjuangan beliau dititikberatkan pada bidang pendidikan. Pada tahun 1922 beliau
menjadi guru pada sebuah Sekolah Kartini di Jakarta dan sejak itu aktivitasnya di
bidang pendidikan terus bertambah. Mohamad Syafei pernah diangkat menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada Kabinat Syahrir dan
menjadi Anggota DPA.
pohon rambutan, tetapi jadikanlah setiap pohon menghasilkan buah yang manis!
(setiap insan memiliki talenta berbeda), serta, Jadilah engkau menjadiengkau!
Oleh karena itu, dasar pendidikan di INS Kayutanam ini adalah
mendorong tumbuh dan berkembangnya bakat bawaan (talenta) yang dimiliki
oleh masing-masing peserta didik. Ini yang membedakan pendidikan menengah
di INS dengan pendidikan menengah yang kita kenal sebagai Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau Sekolah Menengah Kejuruan(SMK).
Perbedaan juga yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia (yang terkait dengan
aspek akademik) di INS Kayutanam digunakan untuk merangsang tumbuh dan
berkembangnya talenta peserta didik dalam bidang :
1) Jurnalis
2) Cerpenis,
3) Novelis Penulis Naskah:Drama, Skenario Filem,Skenario Sinetro(TV).
4) Penulis Buku,
5) PengajarBahasaIndonesia,
6) Penerjemah,
7) EditorBuku,
8) EditorMajalah,
9) ReporterTV,
10)PresenterTV,
11) Kejujuran,
12) Akhlak Mulia.
Hal yang sama juga berlaku untuk mata pelajaran matematika, bahasa
Inggris, fisika, biologi, kimia, dan mata pelajaran lainnya.
INS kemudian merupaka singkatan dari Indonesia National School
menitikberatkan pendidikannay pada dunia kerja. INS menyelenggarakan
pendidikan pada jenjang berikut
a. Ruang bawah, yakni setara dengan Sekolah Rendah atau Sedkolah Dasar. Lma
pendidikannya tujuh tahun.
b. Ruang Atas, yakni setar dengan Sekolah Menengah Lama Pendidikannya enam
tahun.
18
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya
sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad
Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.[1]
Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan
Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Kedua orang tua dan kehidupan rumah tangga K.H. Ahmad Dahlan
adalahpusat dan sumber pembinaan mental jiwa agama , intelektual dan karakter
pribadi K.H. Ahmad Dahlan terbentuk, K.H. Ahmad dahlan belajar segala ilmu
agama dan cabang-cabangnya , pertama dengan kesedua orang tuanya, selanjutnya
suka belajar sendiri membaca kitab-kitab akarangan ulama-ulama Mesir, Hijaz
(Arab) dan sebaaginya, meskipun ilmunya juga didapat diwaktu di Mekah
(bermukim di sana)., Di samping itu, beliau suka memperluas ilmu dan
penyelidikannya sapai pada haqqul yaqin.
K.H. Ahmad Dahlan yang semula di kenal sebagai pedagang, Guru Agama
dan Khotib Mesjid besar Kauman juga sebagi seorang mualim yang berani dan
bijaksana berpikiran merdeka, toleran dalam ppergaulan, tampak kelembutan
budi, peramah serta cintasesama manusia, cinta fakir miskin, tenang menghadapi
20
mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang
kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain.
Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA
Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi.
Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati
untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa
mengatasi semua rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan
Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah
Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta.
Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan
organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah
dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain
telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan
pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan
menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar
Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir
di Ujung Pandang, Ahmadiyah[4] di Garut. Sedangkan di Solo berdiri
perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan
dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia
menganjurkan adanya jamaah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan
menjalankan kepentingan Islam.
Perkumpulan-perkumpulan dan Jamaah-jamaah ini mendapat bimbingan
dari Muhammadiyah, yang di antaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin,
Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam,
Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Taawanu alal birri, Taruf bima kanu wal-
Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad
Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui
22
Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan
berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Shaleh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin
Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Joyoningrat pun turut serta melancarkan perjuangan Raden Ajeng Kartini. Peranan
suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini meningkatkan perjuangan sangat
menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan suaminya beliau dapat
mendirikan sekolah kepandaian putri dan di sanalah beliau mengajarkan tentang
kegiatan wanita, seperti belajar jahit-menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk
bangsa Indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan
dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat
biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja
karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak
boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat
untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.
Inilah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang telah berhasil menempatkan
kaum wanita di tempat yang layak, yang mengangkat derajat wanita dari tempat
gelap ke tempat yang terang benderang. sesuai dengan karya tulis beliau yang
terkenal, yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
sesuatu yang bagus daripada bangsa yang satu dicampur dengan barang sesuatu
yang bagus daripada bangsa lain, maka akan timbul yang baik.
putri Bupati Bandung R.A.A Wiranata kusuma IV, yang terkenal dengan sebutan
Dalem Bintang. Dewi Sartika lahir pada tanggal 04 desember 1884 di Cicalengka.
Cita-cita putri bangsawan ini adalah mendirikan sekolah istri, ia sudah mengidam-
idamkan sekolah tersebut sejak kecil.
Dewi Sartika adalah simbol kebangkitan kesadaran perempuan atas harga
dirinya. Ia berjuang agar kaumnya sejajar dengan lawan jenisnya. Dengan segala
keterbatasan dan pagar-pagar bersepuh emas yang bernama etika, mereka
mencoba untuk mengembangkan diri dan keyakinan.
Semasa kecil, Dewi Sartika diperkenankan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk masuk sekolah pada kelas satu (Eerste Klasse School). Suatu saat
terjadi kejadian penting pada keluarganya, sehingga dia terpaksa mengakhiri
sekolah sampai kelas 2 B. Di sekolah itu, dia memperoleh pendidikan dasar yaitu
membaca, menulis dan bahasa Belanda. Selain itu, dia mempunyai banyak teman
dari bangsa sendiri maupun dari bangsa Belanda. Meskipun dia bersekolahnya
hanya sebentar, namun semangat untuk belajar masih sangat besar. Dia mencari
ilmu dari kehidupan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, sampai dia berhasil
menjadi pimpinan salah satu sekolah. Walaupun tangan kanannya cedera gara-
gara jatuh waktu bermain, dia tetap menjalankan tugasnya dengan baik.
Tetapi pada bulan Juli tahun 1893 kedamaian keluarga Dewi Sartika
berakhir karena ayahandanya dituduh terlibat dalam peristiwa pemasangan
dinamit. Hukuman yang diterima adalah hukuman buangan ke Ternate. Sang ibu
juga ikut menyertai ke Ternate sehingga Dewi Sartika dan saudara-saudaranya
dititipkan pada sanak keluarga tanpa bekal apapun karena harta bendanya disita
semuanya. sedangkan Dewi Sartika oleh bapak tuanya dibawa di tengah-tengah
kehidupan keluarganya di Cicalengka.
Di Cicalengka, Dewi Sartika tidak diperlakukan semestinya dan
dikucilkan. Dia hanya dianggap sebagai pelayan dan ditempatkan di belakang jauh
dari tempat yang lazim dihuni oleh keluarganya / anak didiknya. Walaupun dia
merasa kesepian dan sedih, dia tidak pernah menghiraukannya karena dia
mempunyai tugas-tugas yang harus diselesaikan setiap hari. Meskipun dia
32
membahayakan dan patut dicurigai. Tapi, setelah melihat secara dekat, Den
Hammer menilai positif, bahkan terkesan dengan pemikiran dan obsesi Dewi
Sartika yang ingin mendirikan sekolah wanita pribumi. Dukungan Den Hammer
ternyata tak cukup. Masih saja ada yang menghalangi usahanya. Alasannya
bertentang dengan adat istiadat.
Inilah yang lebih menyedihkan Dewi Sartika. Dalam salah satu artikelnya
dia menyayangkan, masih banyak di antara orang-orang setanah air saya yang
rupanya selalu berusaha untuk lebih dahulu menentang segala yang baru. Den
Hammer ikut prihatin. Dia lalu mengusulkan agar Dewi Sartika meminta bantuan
dari Bupati Bandung R.A. Martanegara. Dewi Sartika ragu. Dia belum bisa
melupakan pengalaman pahit yang menimpa keluarganya sembilan tahun silam.
Ketika itu ayahnya, Raden Rangga Somanegara, harus menjalani hukuman buang
ke Ternate hingga meninggal dunia di sana. Pemerintah Hindia Belanda
membuangnya karena ayahnya menentang pelantikan R.A. Martanegara sebagai
Bupati Bandung.
Bupati Bandung R. A. Martanegara terkejut mengetahui Dewi Sartika
hendak menghadapnya. Apalagi mendengar gagasan Dewi Sartika yang ingin
mendirikan sekolah bagi wanita pribumi. Ada rasa haru, kagum, tapi sang Bupati
perlu waktu untuk merundingkan ide itu dengan sejumlah sahabat dan kerabat
dekatnya.
Tak lama kemudian Dewi Sartika dipanggil ke Pendopo Dalem. Nya atuh
Uwi, ari Uwi panting jeung kekeuh hayang mah, mugi-mugi bae dimakbul ku
Allah nu ngawasa sekuliah alam, urang nyoba-nyoba nyien sakola sakumaha
kahayang Uwi. Pikeun nyegah bisi aya ka teu ngeunah di akhir, sekolah teh hade
lamun di pendopo wae heula. Lamun katanyaan henteu aya naon-naon, pek bae
pindah ka tempat sejen, ujar Martanegara. Hilang debaran dan rasa was-was itu.
Dewi Sartika senang. Ucapan sang Bupati menandakan dukungan dan
perlindungan atas rencananya mendirikan sekolah untuk wanita pribumi.
Maka pada 16 Januari 1904, Sekolah Istri berhasil dibentuk-istri dalam
bahasa Sunda berarti juga wanita. Tenaga pengajarnya tiga orang; Dewi Sartika
dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Untuk sementara
34
zaman yang sama dengan Kartini. Pada zaman itu akses perempuan untuk
mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi. Ia adalah perdiri surat kabar
perempuan pertama di Indonesia
Rohana adalah seorang perempuan yang mempunyai komitmen yang kuat
pada pendidikan terutama untuk kaum perempuan. Pada zamannya Rohana
termasuk salah satu dari segelintir perempuan yang percaya bahwa diskriminasi
terhadap perempuan, termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan adalah
tindakan semena-semena dan harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian,
pengorbanan serta perjuangannya Rohana Kudus melawan ketidakadilan untuk
perubahan nasib kaum perempuan.
Walaupun Rohana tidak bisa mendapat pendidikan secara formal namun ia
rajin belajar dengan ayahnya, seorang pegawai pemerintah Belanda yang selalu
membawakan Rohana bahan bacaan dari kantor. Keinginan dan semangat
belajarnya yang tinggi membuat Rohana cepat menguasai materi yang diajarkan
ayahnya. Dalam Umur yang masih sangat muda Rohana sudah bisa menulis dan
membaca, dan berbahasa Belanda. Selain itu ia juga belajar abjad Arab, Latin, dan
Arab-Melayu.
Saat ayahnya ditugaskan ke Alahan Panjang, Rohana bertetangga dengan
pejabat Belanda atasan ayahnya. Dari istri pejabat Belanda itu, Rohana belajar
menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang merupakan keahlian perempuan
Belanda. Di sini ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat
berbagai berita politik, gaya hidup, dan pendidikan di Eropa yang sangat digemari
Rohana.
Sumatera Barat, 17 Februari 1908 meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur
73 tahun) adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik.
a. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang
Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang
berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.
b. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji
Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau,
sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul
Malik bin Abdul Karim Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis politik dan
penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Ia lahir pada 17 Februari
1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Ayahnya ialah
Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang
pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada
tahun 1906.
Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga
kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan
Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan
mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di
surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa,
Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus
Hadikusumo.
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di
Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun
1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan
Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.
Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan
Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau
menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi
meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi
43
pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi).
Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.
Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya
ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan,
Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab
juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert
Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl
Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran
dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas
Surjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo
sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi
Muhammadiyah. Ia mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk
melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai
tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada
tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua
tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian
beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat
oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun
1946. Ia menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31
di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti
Ali melantik Hamka sebagai Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau
kemudian meletakkan jabatan itu pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak
dipedulikan oleh Pemerintah Indonesia.
Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi
anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu
menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan
44
menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan, Sumatera Utara. Pada tahun
1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional Indonesia. Ia
menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam
Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudian diharamkan oleh pemerintah
Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka
dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa
dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan
karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai
anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional Indonesia, anggota Majelis
Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang
wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi
wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang
Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor
majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan
menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor
majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.
Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti
novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan
antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks
sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan
antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-
Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan
gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.
Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan
pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Ia
bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara
kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam nusantara, termasuk Malaysia dan
Singapura, turut dihargai.
45
Aksi sosial Syahrir kemudian menjurus jadi politis. Ketika para pemuda
masih terikat dalam perhimpunan-perhimpunan kedaerahan, pada 20 Februari
1927, Syahrir termasuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan
pemuda nasionalis, Jong Indonsie. Perhimpunan itu kemudian berubah nama jadi
Pemuda Indonesia yang menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda
Indonesia. Kongres monumental yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Sebagai siswa sekolah menengah, Syahrir sudah dikenal oleh polisi
Bandung sebagai pemimpin redaksi majalah himpunan pemuda nasionalis. Dalam
kenangan seorang temannya di AMS, Syahrir kerap lari digebah polisi karena
membandel membaca koran yang memuat berita pemberontakan PKI 1926; koran
yang ditempel pada papan dan selalu dijaga polisi agar tak dibaca para pelajar
sekolah.
Syahrir melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda di Fakultas Hukum,
Universitas Amsterdam, Leiden. Di sana, Syahrir mendalami sosialisme. Secara
sungguh-sungguh ia berkutat dengan teori-teori sosialisme. Ia akrab dengan
Salomon Tas, Ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan istrinya Maria
Duchateau, yang kelak dinikahi Syahrir, meski sebentar. (Kelak Syahrir menikah
kembali dengan Poppy, kakak tertua dari Soedjatmoko dan Miriam Boediardjo).
Dalam tulisan kenangannya, Salomon Tas berkisah perihal Syahrir yang
mencari teman-teman radikal, berkelana kian jauh ke kiri, hingga ke kalangan
anarkis yang mengharamkan segala hal berbau kapitalisme dengan bertahan hidup
secara kolektif-saling berbagi satu sama lain kecuali sikat gigi. Demi lebih
mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Syahrir pun bekerja pada
Sekretariat Federasi Buruh Transportasi Internasional.
Selain menceburkan diri dalam sosialisme, Syahrir juga aktif dalam
Perhimpunan Indonesia (PI) yang ketika itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Di
awal 1930, pemerintah Hindia Belanda kian bengis terhadap organisasi
pergerakan nasional, dengan aksi razia dan memenjarakan pemimpin pergerakan
di tanah air, yang berbuntut pembubaran Partai Nasional Indonesia (PNI) oleh
aktivis PNI sendiri. Berita tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis
PI di Belanda. Mereka selalu menyerukan agar pergerakan jangan jadi melempem
47