Anda di halaman 1dari 4

 INFOGRAFIK

 KOMIK
 IBADAH
 FATWA
 BUKU
 ESAI

Ibadah

Amalan Bertemu Nabi yang Diajarkan Nabi


Khidir Kepada Kurz bin Wabarah
16 Feb 2022 07:44 WIB
 5318
.

“Yang mimpi ketemu aku, itulah aku yang sebenarnya.” kata Nabi.
    

Siapa yang tidak ingin bertemu Nabi SAW? Seorang nonmuslim sekalipun
yang mengenal kepribadian beliau, pasti mengagumi. Terlebih seorang
muslim. Meskipun sekedar melihat beliau dari jauh dan walau dalam mimpi,
bahagianya tak terhingga. Karena Nabi saw. telah memvalidasi jauh-jauh
hari, “Yang mimpi ketemu aku, itulah aku yang sebenarnya.” Dalam riwayat
lain, “karena setan tidak bisa menyerupaiku.”

Kurz bin Wabarah, putra dari Wabarah al-Haritsi al-Kufi. Dalam kitab Tahdzib al-
Kamal karya Imam Yusuf bin az-Zaki Abdurrahman Abu al-Hajjaj al-Mizzi
(30/427), disebutkan bahwa Wabarah termasuk guru dari Imam Abu Dawud dan
Imam an-Nasai. Putra beliau, Kurz merupakan wali abdal di masanya sebagaimana
dikatakan Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin.

Suatu ketika Fudhail bin Ghazwan berkunjung ke rumah Kurz bin Wabarah. Beliau
melihat di musholla rumah beliau, ada lubang kecil yang penuh dengan jerami dan
di atasnya terbentang kain. Karena saking lamanya beliau salat, tanah yang
dipijaknya pun tergerus. Wajar saja, beliau sehari semalam mengkhatamkan Al-
Qur’an tiga kali.

Dalam riwayat lain, Ibnu Syubrumah bercerita bahwa Kurz bin Wabarah pernah
meminta kepada Allah swt. Ismu al-A’zham-Nya dengan berjanji tak akan
menggunakannya untuk meminta hal duniawi. Lalu Allah beri. Beliau pun meminta
untuk diberi kekuatan sehingga beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur’an sehari
semalam sebanyak tiga khataman.

Dua riwayat di atas disadur dari kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya, karya
Abu Nuaim Ahmad bin Abdullah al-Asbihani, juz5, hal. 79.

Baca juga:

 Habib Ali Al-Jufri: Amalan Mimpi Bertemu Rasulullah SAW


 Pengalaman Syekh Ali Jumah Mimpi Bertemu Nabi dari Membaca Sirah

Kurz bin Wabarah pernah bertemu dengan Nabi Khidir AS. Beliau berkata, “Ajari
aku amalan yang akan aku lakukan di setiap malam.”
Nabi Khidir menjawab:

Jika engkau telah usai salat Maghrib, salatlah beberapa rakaat. Caranya di setiap
dua rakaat, salam. Lakukan hal ini hingga masuk waktu Isya dengan tanpa
berbicara kepada siapapun. Di setiap rakaat, engkau baca al-Fatihah satu kali dan
al-Ikhlas tiga kali.

Kalau sudah selesai, engkau pulang ke rumahmu. Tanpa berbicara kepada siapapun,
langsung salat dua rakaat. Di setiap rakaat, baca al-Fatihah satu kali dan al-Ikhlas
tujuh kali. Setelah salam, engkau bersujud. Dalam sujudmu, engkau baca istighfar
tujuh kali dan subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar wala
haula wala quwwata illa billah 7 (tujuh) kali.

Lalu engkau duduk dan angkat tanganmu, bacalah:

‫يَا‬  ُّ‫واآلخ ِر ْينَ يَا ِإلهَ ال ُّد ْنيَا واآْل ِخ َر ِة َو َر ِح ْي َمهُ َما يَا َربُّ يَا َرب‬
ِ َ‫يَا َح ُّي يَا قَيُّوْ ُم يَا َذا ْال َجاَل ِل َواِإل ْك َر ِام يَا ِإلهَ اَأل َّولِ ْين‬
‫َربُّ يَا هللا يَا هللا يَا هللا‬

Lalu engkau berdiri sembari mengangkat tanganmu dan berdo’alah dengan doa ini.
Lalu tidurlah semaumu dengan cara miring ke arah kanan sembari menghadap
kiblat. Bersalawatlah! Hingga engkau terlelap.

Kurz bin Wabarah bertanya, “Dari siapa engkau mendengar ini?”.

Nabi Khidir as menjawab, “Aku dulu hadir ketika do’a ini diajarkan dan
diwahyukan kepada Muhammad saw.  Saat itu aku berada di sisi beliau.  Karena
aku hadir di momen itu, aku pun mempelajari do’a ini dari orang yang
mengajarkannya kepada Nabi saw.”

Imam al-Ghazali berkomentar atas kisah ini dengan mengatakan, “Katanya orang
yang mendawamkan do’a dan salat ini dengan keyakinan yang kuat serta niat yang
benar akan bermimpi bertemu Rasulullah saw. sebelum ia wafat.”
“Sebagian orang-orang telah melakukan hal ini, lalu ia melihat dirinya dimasukkan
ke surga dan melihat para nabi di sana. Di surga, ia juga melihat Rasulullah SAW,
beliau mengajak bicara dan mengajarkannya.”

Kisah di atas dan komentarnya disadur dari kitab Ihya’ Ulumiddin juz. 1, hal. 460-
461 karya Imam al-Ghazali.

Imam al-Iraqi dalam kitab takhrijnya terhadap hadis-hadis kitab Ihya’ yang
berjudul  al-Mughni ‘an Hamli al-Asfar fi al-Asfar fi Takhriji Ma fi al-Ihya’I min al-
Akhbar mengatakan bahwa beliau tidak menemukan sumber hadis Kurz bin
Wabarah tentang salat di antara Maghrib dan Isya yang diajarkan Nabi Khidir as.

Kisah di atas memang bukan hadis, melainkan al-muhaddatsah al-


khidriyyah sebagaimana yang disebut oleh Imam al-Hakim at-Tirmidzi dalam
kitabnya Khatmu al-Auliya. Sehingga kisah ini tidak terpengaruh ketika disepakati
atau tidak oleh para ulama hadis. Karena beda disiplin keilmuan. Kisah ini di antara
fannya para auliya. 

Jika ada yang ingin mengamalkan kisah ini, silahkan. Dengan alasan mencari rida-
Nya dan cinta terhadap Nabi-Nya. Karena melakukan sesuatu untuk melihat yang
dicinta tidak perlu embel-embel. Kalau masih ada embel-embel, perlu ditafakkurkan
kembali rasa cinta yang dimilikinya. Toh, yang dilakukan pun salat dan berzikir.
Semoga kita bisa bertemu Nabi saw. WashallalLahu ala sayyidina
Muhammad. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai