Anda di halaman 1dari 12

Menyentuh dan Membaca Al-Quran

Hukum menyentuh, membawa, membaca mushaf Al-Quran bagi orang yang


hadas kecil atau besar dan bagi wanita haid dan nifas. Ulama mazhab empat
sepakat bahwa orang yang hadas (batal wudhu atau sedang junub) tidak
boleh menyentuh atau membawa Al-Quran. Hadas ada dua macam yaitu
hadas kecil dan hadats besar. Hadas kecil adalah orang yang batal wudhunya
tanpa jinabah dan tidak haid. Sedangkan hadas besar adalah orang yang
junub, haid dan nifas.

TOPIK KONSULTASI ISLAM


DALIL-DALIL MENYENTUH AL-QURAN HARUS SUCI
HUKUM ORANG HADAS MEMBACA QURAN TANPA MENYENTUH
HUKUM ORANG HADAS, HAID DAN NIFAS MENYENTUH MUSHAF
AL-QURAN
MENULIS MUSHAF AL-QURAN
MEMBAWA MUSHAF AL-QURAN BAGI ANAK KECIL YANG HADAS
HUKUM MENYENTUH KITAB FIKIH DAN TAFSIR AL-QURAN
PENDAPAT MADZHAB EMPAT TENTANG MENYENTUH KITAB SUCI
AL-QURAN
MADZHAB MALIKI

MAZHAB HANAFI

MAZHAB SYAFI'I

MAZHAB HANBALI

PENDAPAT ULAMA WAHABI TENTANG MENYENTUH AL-QURAN


HARUS SUCI ATAU TIDAK
ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ
MUHAMMAD BIN SHOLEH AL-USAIMIN
CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

DALIL-DALIL MENYENTUH AL-QURAN HARUS SUCI -

QS Al-Waqiah :77-80

Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada
kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-
orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah melarang menyentuh mushaf Al-Quran


bagi orang yang tidak suci. Orang hadas tidak suci. Maka ayat ini
menunjukkan tidak bolehnya menyentuh Al-Quran. Allah menyifati Al-Quran
dengan tanzil (yang diturunkan). Makna zahirnya adalah bahwa yang
dimaksud adalah Al-Quran yang ada di depan kita. Kita hendaknya tidak
memalingkan dari makna zahirnya kecuali ada dalil syar'i.

Ismail bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-Dimasyqi dalam Tafsir Ibnu Katsir
7/544-545 menyatakan bahwa ada beberapa penafsiran tentang maksud dari
kalimat " " atau "tidak menyentuhnya (Quran) kecuali orang-
orang yang disucikan". Pendapat pertama menyatakan bahwa Quran yang
dimaksud adalah yang berada di langit atau di Lauh Mahfudz. Sedang kata "
"atau "yang disucikan" adalah malaikat. Ini pendapat Ibnu Abbas
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Menurut pendapat sejumlah ulama yang lain, maksud dari kalimat "
"adalah harus suci dari hadas kecil dan jinabah (hadas besar).
Detailnya sebagai berikut:
: . : ) ( :
- - :
- - :
.

- - :
. :
: :
. " " : - -
.

Artinya: Beberapa ulama berpendapat bahwa makna " " adalah


suci dari jinabah dan hadas. Mereka berkata: "Yang dimaksud dengan Al-
Quran di sini adalah mushaf (kitab suci Al-Quran di dunia, bukan di langit)"
berdasarkan pada hadis riwayat Muslim dari Ibnu Umar: "Bahwa Rasulullah
melarang Ibnu Umar bepergian dengan membawa Al-Quran ke tanah musuh
karena takut dikuasai lawan." Mereka juga berargumen dengan hadits
riwayat Imam Malik dalam kitab Muwatta' dari Abdullah bin Abu Bakar bin
Muhammad bin Amr bin Hazm: "Bahwa dalam surat yang ditulis oleh
Rasulullah pada Amr bin Hazm Nabi bersabda: 'Hendaknya tidak menyentuh
Al-Quran kecuali orang yang suci'". Sanad hadits ini baik sekali dan pernah
dibaca oleh Imam Zuhri dan lainnya.

- Hadits riwayat Nasai, Daruqutni, Baihaqi



Artinya: Bahwa Nabi menulis surat kepada penduduk Yaman dalam surat itu
Nabi bersabda: Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci.

Ibnu Abdil Bar berkata tentang hadits ini: bahwa statusnya menyerupai
hadits mutawatir dan disahihkan oleh Ibnu Ishaq bin Rahawiyah seperti
dinukil oleh Ibnu Munzir.

Dari apa yang dikatakan oleh Abdul Qadir Al-Arnaut dalam kitab Takhrij Jamik
Al-Ushul: Hadis di atas dikeluarkan Imam Malik dalam Al-Muwatta' secara
mursal dengan sanad yang sahih dan disahihkan oleh Al-Hakim, Ibnu Hibban,
dan yang lain.
- Hadits riwayat Thabrani dalam Al-Kabir was Shaghir. Menurut
Haitami: para perawi hadits ini dapat dipercaya

Artinya: Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci (dari
hadas)

- Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Dirayah 1/87-88 mengutip hadis sahih


riwayat Daruqutni (1/123-124):

:
:

Artinya: Dari Abdurrohman bin Yazid bahwa Salman Al-Farisi pernah


melaksanakan hajatnya lalu keluar lalu datang padaku. Maka aku berkata:
"Seandainya engkau berwudhu niscaya kami akan bertanya padamu tentang
beberapa ayat Quran." Salman berkata: "Aku tidak menyentuh Al-Quran.
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (QS Al-Waqiah :79)"
Lalu ia membaca beberapa ayat yang kami minta.

- Hadits sahih riwayat Baihaqi (1/88), Malik dalam Al-Muwatta'


(1/42):
:
: :

Artinya: Dari Mis'ab bin Saad bin Abi Waqqash ia berkata: "Aku memegang
mushaf Al-Quran di dekat Saad bin Abi Waqqash. Lalu aku menggaruk
badanku." Saat bertanya: "Apa kamu menyentuh kemaluanmu?" Aku
menjawab: "Iya". Saat berkata: "Bangun dan berwudhuklah." Lalu aku
bangun, berwudhu dan kembali.
HUKUM ORANG HADAS MEMBACA QURAN TANPA MENYENTUH
Apabila hadasnya adalah hadas kecil maka boleh bagi yang hadas membaca
Al-Quran tanpa menyentuh berdasarkan kesepakatan ulama (ijmak). Adapun
bagi yang hadas besar maka diperinci sebagai berikut: (a) Apabila junub
maka tidak boleh membaca Quran menurut jumhur (mayoritas) ulama kecuali
apabila membaca Quran sebagai zikir dan doa. Seperti ucapan:
atau dan semacamnya.
Dan tidak haram melihat bacaan dzikir dan doa tersebut dalam kitab Quran
dan membacanya dalam hati tanpa melafalkan. Adapun hadas besar karena
haid atau nifas, maka boleh baginya membaca Quran tanpa menyentuh
kecuali apabila wanita haid atau nifas itu guru atau pelajar atau sedang
berobat dengan cara ruqyah maka dia mendapat rukhsoh (dispensasi) untuk
menyentuh Quran. Ini menurut pendapat madzhab Maliki (Lihat, Hasyiyah
Dasuqi 1/434; Syarah Al-Kabir lid Dardir 1/126

Adapun dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ia
berkata:

Artinya: Tidak ada yang menghalangi Rasulullah dari Al-Quran tidak juga
junub. Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasai dan
disahihkan oleh Tirmidzi. Ibnu Hajar berkata: yang benar hadits ini masuk
kategori hadits hasan dan bisa dijadikan hujjah. Menurut Abdul Qadir Al-
Arnaut dalam Takhrij Jamik Al-Ushul: Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad
dalam Al-Musnad dan Ibnu Majah dan Hakim dan lainnya. Hadits ini adalah
hadits hasan sanadnya.

HUKUM ORANG HADAS, HAID DAN NIFAS MENYENTUH MUSHAF AL-


QURAN

Ulama fikih sepakat bahwa haram menyentuh mushaf bagi orang yang tidak
suci dengan kesucian sempurna dari hadas kecil dan besar kecuali dalam
keadaan darurat seperti dikuatirkan mushaf tersebut terhina kalau tidak
dipegang.
Menurut Mazhab Maliki boleh bagi orang hadas atau wanita haid membawa
atau menyentuh mushaf apabila untuk tujuan belajar atau mengajar atau
sedang berobat ruqyah. (Lihat, Hasyiyah Dasuqi Syarah Al-Kabir lid Dardir
1/126, 1/434). Namun tetap haram menurut mazhab Syafi'i, Hanafi, Hanbali.

MENULIS MUSHAF AL-QURAN

Menurut mazhab Hanafi dan Maliki orang hadas kecil tidak boleh menulis
keseluruhan atau sebagian mushaf. Menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali
boleh menulis keseluruhan mushaf atau sebagiannya dalam keadaan hadas
kecil.

MEMBAWA MUSHAF AL-QURAN BAGI ANAK KECIL YANG HADAS

Menurut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i boleh bagi anak kecil yang belum akil
baligh membawa dan menyentuh mushab untuk tujuan belajar atau
mengajar.

Menurut mazhab Hanbali tidak boleh bagi wali anak itu membolehkan
anaknya membawa mushaf atau menyentuhnya dalam keadaan hadas kecil
agar terbiasa menghormati dan menyucikan mushab. Begitu juga
menulisnya.

HUKUM MENYENTUH KITAB FIKIH DAN TAFSIR AL-QURAN

- Menurut mazhab Syafi'i, Hanbali, Maliki apabila penafsiran dalam kitab


Tafsir itu lebih banyak dari Al-Quran maka boleh menyentuh tafsir bagi orang
yang hadas. Baik hadas kecil atau besar.

- Menurut mazhab Syafi'i dan Hanafi: apabila tafsir dalam kitab tafsir itu lebih
sedikit atau sama dengan Al-Quran, maka menyentuh kitab tafsir bagi orang
yang hadas itu berdosa.
- Menurut kesepakatan ulama Boleh bagi orang yang hadas kecil atau besar
menyentuh kitab fikih dan semacamnya walaupun di dalamnya ada ayat-ayat
Quran.

Dalilnya berdasarkan pada hadits sahih riwayat Bukhari


Artinya: Bahwa Nabi pernah menulis surat pada Kaisar yang di dalamnya
terdapat ayat Quran.

Dan karena dalam kitab-kitab fikih dan semacamnya ini tidak ada nama
mushaf dan tidak ada dalil atas keharamannya. Menurut keempat mazhab
boleh menyentuh uang atau baju yang ada tulisan ayat Quran atau sebagian
dari ayat.

PENDAPAT ULAMA FIKIH MADZHAB EMPAT TENTANG MENYENTUH


KITAB SUCI AL-QURAN

Wajibnya suci dari hadas kecil dan besar bagi yang hendak menyentuh kitab
suci Al-Quran (mushaf0 dan haramnya bagi yang tidak dalam keadaan suci
merupakan pendapat yang disepakati (ijmak) oleh semua ulama dari
keempat madzhab yaitu Mazhab Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hanbali. Berikut
uraian detail dari sumber-sumber rujukan kitab ulama masing-masing
madzhab.

MADZHAB MALIKI

Al-Hafidz Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar 2/472 berkata:








Artinya: Ulama sepakat bahwa tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang
yang suci (dari hadas kecil dan besar). Ini adalah pendapat Imam Malik,
Syafi'i, Abu Hanifah dan para ulama mereka, Tsauri, Auza'i, Ahmad bin
Hanbal, Ishak bin Rahawiyah, Abu Tsaur, Abu Ubaid; mereka adalah ahli ra'yi
dan ahli hadis pada masanya. Mereka meriwayatkan pendapat tersebut dari
Saad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Thaus, Hasan, Al-Sya'bi, Qasim bin
Muhammad Atha'. Mereka semua adalah para Imam dari kalangan Tabi'in di
Madinah, Makkah, Yaman, Kufah dan Bashrah.

MAZHAB HANAFI

Kamaluddin bin Abdul Wahid (Ibnu Hammam) dalam kitab Fathul Qadir 1/149
dan Al-Wiqayah hlm. 126 berkata:



.

Artinya: Haram menyentuh kitab suci Al-Quran dalam keadaan junub, haid,
nifas, dan hadas kecil kecuali dengan pembungkus yang terpisah dari Quran.
Dan makruh tahrim menyentuh Quran dengan lengan menurut pendapat
yang sahih karena lengan itu ikut pada tangan. Jadi, menyentuh dengan
lengan sama dengan menyentuh dengan tangan.

MAZHAB SYAFI'I

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk Syarah Al-Muhadzab 2/80 berkata:




:
.

.

Artinya: Haram bagi orang yang hadas (tidak suci) menyentuh dan membawa
kitab suci Al-Quran baik membawanya dengan gantungan, atau pada lengan
atau pada kepalanya. Qadhi Husain dan Mutawalli meriwayatkan pendapat
lain bahwa membawa dengan gantungan itu boleh tapi ini pendapat yang
minoritas dan lemah dalam madzhab Syafi'i. Ulama Syafi'i berkata:
(keharaman itu) meliputi menyentuh tulisannya atau di antara tulisan atau
bagian pinggir atau kulitnya. Semua itu haram. Namun dalam soal
menyentuh kulit Quran ada pendapat yang dhaif bahwa itu dibolehkan. Al-
Darimi meriwayatkan pendapat yang sangat syadz (langka) bahwa
menyentuh kulit kitab suci itu tidak haram termasuk juga menyentuh bagian
pinggir, antara tulisan tidak haram kecuali tulisan itu sendiri. Pendapat yang
sahih seperti yang ditetapkan jumhur (mayoritas) ulama adalah haram
semuanya.

MADZHAB HANBALI

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam Al-Mughni 1/168 berkata:


:

(

Artinya: Tidak boleh menyentuh mushaf Al-Quran kecuali orang yang suci.
Maksudnya, suci dari dua hadas besar dan kecil semuanya. Pendapat ini
diriwayatkan dari Ibnu Umar, Al-Hasan, Thawus, Sya'bi, Al-Qasim bin
Muhammad. Ini adalah pendapat dari Imam Malik, Syafi'i, dan ulama Ahli
Ra'yi. Kami tidak mengetahui pendapat yang berbeda kecuali Dawud.

Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa Al-Kubro 1/282 menyatakan:


: :
:
)) :
: .((

.

Artinya: Pertanyaan, apakah boleh menyentuh mushaf Al-Quran tanpa


wudhu? Jawab, menurut para Imam madzhab empat tidak boleh
menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci sebagaimana sabda Nabi dalam
surat yang ditulisnya untuk Amr bin Hazm "Bahwa tidak boleh menyentuh
Quran kecuali orang yang suci." Imam Ahmad (bin Hanbal) berkata: Tidak
diragukan lagi bahwa Nabi menulis surat tersebut pada Amr bin Hazm. Ini
juga pendapat Sahabat Salman Al-Farisi, Abdullah bin Umar dan lainnya.
Tidak ada dari Sahabat lain yang berpendapat berbeda.

PENDAPAT ULAMA WAHABI TENTANG MENYENTUH AL-QURAN HARUS


SUCI ATAU TIDAK

Ada beberapa pendapat yang berbeda soal menyentuh kitab suci Al-Quran di
kalangan ulama Wahabi seperti Bin Baz, Albani dan Ibnu Usaimin: apakah
harus suci dari hadas atau tidak?

ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ

Dalam salah satu fatwanya, Bin Baz sepakat dengan pendapat jumhur ulama
mazhab empat bahwa menyentuh kitab suci Al-Quran harus dalam keadaan
suci dari hadas kecil atau besar. Jadi, orang yang junub, haid, nifas, batal
wudhu tidak boleh menyentuh atau membawa Al-Quran. Dalam buku Majmuk
Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah Vol. 4 ia berkata:



:
)) (( :



Artinya: Tidak boleh bagi muslim menyentuh mushaf (kitab) Al-Quran apabila
tidak punya wudhu menurut jumhur (mayoritas) ulama. Ini pendapat empat
mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi'i, Hanbali). Inilah pendapat yang difatwakan
oleh para Sahabat Nabi seperti disebut dalam sebuah hadits sahih riwayat
Amr bin Hazm: Bahwa Nabi pernah menulis surat pada penduduk Yaman
"Agar tidak menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci". Ini hadits yang
baik yang memiliki beberapa jalur sanad yang saling memperkuat satu
dengan yang lain. Oleh karena itu dimaklumi bahwa tidak boleh menyentuh
Al-Quran bagi muslim kecuali dalam keadaan suci dari dua hadas kecil dan
besar. Begitu juga tidak boleh memindahkan Al-Quran dari satu tempat ke
tempat yang lain apabila tidak dalam keadaan suci akan tetapi apabila
menyentuhnya atau memindahnya itu dengan perantaraan, seperti
mengambil Quran dalam bungkus atau dalam wadah atau dengan
menggantungnya, maka tidak apa-apa. ( Selanjutnya Bin Baz menyatakan
bahwa adapun membaca Al-Quran tanpa menyentuhnya maka tidak apa-apa
dalam keadaan hadas kecil. Sedangkan bagi yang hadas besar seperti junub,
haid dan nifas maka tidak boleh membacanya. Lihat,
http://www.binbaz.org.sa/mat/130)

MUHAMMAD BIN SHOLEH AL-USAIMIN

Al-Utsaimin memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan Bin Baz


walaupun sama-sama ulama Wahabi yang biasanya kompak. Dalam salah
satu fatwanya yang terdapat dalam Fatawa Nur alad Darb ia berkata:


Artinya: Membaca Al-Quran tanpa menyentuh bagi orang yang hadas kecil
tidak apa-apa dan tidak wajib suci walaupun kalau suci itu lebih utama dan
lebih sempurna. Adapun menyentuh kitab suci (mushaf) tanpa wudhu maka
yang sahih adalah boleh akan tetapi sebaiknya tidak menyentuh Al-Quran
tanpa wudhu. Ibnu Usaimin juga memaknai kata " "dalam ayat "
"sebagai mushaf yang ada di Lauh Mahfudz karena dhamirnya kembali
pada kata "kitab maknun" yang berada di Lauh Mahfuz bukan kembali pada
kitab suci Al-Quran yang ada di dunia. Kata " "menurut Usaimin bisa
juga bermakna malaikat yang suci. Lihat:
http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_873.shtml

Namun dalam fatwanya yang lain Ibnu Usaimin tampaknya berubah


pendapat. Ia menyatakan:
" "
)
( 6: ( )

Artinya: ... Setelah aku pikir secara mendalam atas hadits Nabi "Tidak boleh
menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci", kata orang yang suci secara
umum bermakna suci dari hadas kecil dan besar karena firman Allah QS Al-
Maidah 5:6 "Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu.." Dan bukanlah kebiasaan Nabi mengibaratkan mukmin
dengan istilah "orang yang suci" karena menyifati dengan iman itu lebih kuat.
Maka jelaslah bagiku bahwa tidak boleh menyentuh Al-Quran bagi yang
hadas baik hadas kecil atau besar. (Lihat,
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=122151)

Anda mungkin juga menyukai