Anda di halaman 1dari 39

TARHIB

RAMADHA
N
1445 H
Sutino Sasmito
2024 M
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampung Selatan
Penyuluh Agama Islam pada KUA Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan
MEWASPADAI HADITS-HADITS
DHO’IF DAN MAUDHU’
SEPUTAR RAMADHAN
As-Sunnah yang diceritakan melalui
Apa itu Hadits Nabi SAW :
AS-
SUNNAH
Segala hal yang disandarkan kepada Nabi saw, baik
/ AL- berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat
HADITS ? beliau.

SEBAGIAN ULAMA
BERPENDAPAT BAHWA
TIDAK SEMUA HAL YANG
DISANDARKAN PADA NABI
SAW DISEBUT SEBAGAI
HADIS. HAL INI KARENA
ADA ISTILAH:
Hanya hadis maqbûl yang dapat diterima sebagai hujjah,
yaitu:

1. Hadis Shahih (secara bahasa: sehat / benar),yaitu:

Hadist yang diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil (muslim


yang memiliki integritas akhlaq),sempurna kekuatan
hapalannya, bersambung sanadnya, tidak bercacat & tidak
janggal/ menyimpang

Hadis yang paling sahih adalah hadis mutawâtir,


yaitu: Hadis yang jumlah periwayatnya banyak
pada setiap level sehingga menurut adat tidak
mungkin mereka bersepakat untuk berdusta.
2. Hadits Hasan, yaitu hadis yang memenuhi
kualifikasi hadits sahih, kecuali dalam hal hapalan
yang kurang begitu kuat.
 Adapun hadis mardûd (ditolak sebagai hujjah), yakni:

1. Hadis dla‘îf (lemah), yaitu: hadis yang tidak terkumpul syarat-


syarat hadis maqbul (yakni: syarat hadis sahih &hasan).

 Dari segi kualitas kedaifannya, hadis daif dibagi menjadi 2


tingkatan, yaitu:

 Hadis dla‘îf yang tidak keterlaluan,spt: periwayatanya


lemah/jelek hapalannya.

Hadis dengan periwayat seperti ini masih bisa ditolerir


kelemahannya selama ada dukungan dari hadis lain yang
minimal sederajat.
2. Hadis dla‘îf jiddan (lemah sekali),seperti:
3. Hadtis yang diriwayatkan oleh periwayat pendusta
(=>hadits mawdlû), tertuduh dusta (hadis matrûk
dan hadis munkar), ahli bid‘ah, periwayat yang
mubham / majhûl (tidak dikenal), periwayat yang
hapalannya kacau / kebolak-balik (hadis
mudltarrib).

 Hadis yang kedaifannya keterlaluan, tidak bisa


 saling mendukung satu sama lain, meskipun
 jumlahnya banyak.
Contoh hadits dhaif : Tentang Keutamaan bulan Rajab

Menurut Imam Suyuthi,


Ibn Rajab,al-Albani: hadis
ini daif karena mursal &
majhul.

(Hadits Da’if Mawdlu Riwayat/


HDMR. Bayhaqi & Thabrani
karena melalui Abd al-
Ghafur).

(HDR. Abu Musa karena melalui Syahr bin Hawsyab)…


Menurut Ibn al-Qayyim dan Ibn Hajar, seluruh hadis tentang
keutamaan melakukan puasa Rajab, shalawat dan shalat pada
malam-malam tertentu di bulan Rajab adalah daif dan palsu.
DOA PADA BULAN RAJAB
JELANG RAMADHAN

Hadis Daif & Munkar riwayat Ahmad, Bayhaqi & Thabrani karena
semuanya melalui Za’idah bin Abi al-Ruqad & (dari) Ziyad al-Numayri.
Meski daif, namun karena ini adalah doa yang intinya baik, maka tidak
ada masalah bila dipintakan

Hadis Amalan Nishfu Sya’ban:

Hadis Daif Batil Mawdlu’ riwayat Ibn Majah dari ‘Ali. Demikian
pula hadis tuntunan nishfu Sya’ban untuk mengerjakan shalat 100
rakaat / 12 rkt / 14 raka’at dengan mengulang-ulang surat al-Ikhlas,
juga palsu. Sedangkan tuntunan membaca surat Yasin 3x setelah
Maghrib pada malam nisfu Sya’ban, tidak ada sumber hadisnya.
HADIS : DOA MALAIKAT JIBRIL YANG DIAMINI 3X
OLEH RASULULLAH SAW

 “Ya Allah abaikan puasa umat Muhammad BILA


sebelum memasuki Ramadhan:
 Tidak minta maaf pada kedua orang tuanya,
 Tidak bermaafan antar Suami-Istri,
 Tidak bermaafan dengan saudara atau orang sekitar.”

 Tidak ada sumber hadisnya dengan lafal seperti di atas,


& tidak ada juga dalam kitab kumpulan hadis palsu
sehingga jika disandarkan pada Nabi saw maka
termasuk hadis mawdlu’/palsu. Tampaknya hadis di
atas hasil modifikasi antara tradisi Nusantara dengan
hadis masyhur karena matannya serupa tapi tak sama.
TAPI ADA HADIS DOA JIBRIL SAAT NABI SAW MENAIKI 3 (TIGA) ANAK TANGGA MIMBAR DENGAN
REDAKSI BERIKUT:

HR. Al-Bukhari dlm al-Adab al-Mufrad, 1/153-154 dari Jabir &


Abu Hurayrah; Ibn Khuzaymah 3/193; Ibn Hibban dr Malik bin al-
Huwayrits; al-Bazzar dari ‘Ammar bin Yasir, Jabir, Anas; al-
Thabrani dan al-Hakim dari Ka’ab bin Ujrah,dll).Kualitasnya
beragam,ada yang hasan,daif dan sahih li ghayrihi. Kesimpulannya
SAHIH karena yang lainnya.
HADIS AWAL RAMADLAN > RAHMAH,
PERTENGAHNNYA > AMPUNAN, AKHIRNYA >
PEMBEBASAN DARI NERAKA

HDR. Al-Baghdadi, Daylami, & Ibn Asakir. Al-’Uqayli menyebutnya dalam


Kitab al-Dlu‘afa, al- Suyuthi menilai: daif, & al-Albani menilainya munkar
(karena ada Sallam bin Sawwar) bahkan MATRUK (karena ada
Maslamah bin Shalt). Ada redaksi yang panjang dalam Shahih Ibn
Khuzaymah bahwa Nabi saw khutbah diakhir bulan Sya‘ban:

Matan riwayat ini bagus, tapi sanadnya daif karena ada Ali
bin Zayd bin Jud’an yang tidak dapat dijadikan hujjah, & Ibn
Khuzaimah sendiri meragukan hadisnya.
Hadits:

Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar ! Mereka


bertanya: Apa itu jihad akbar. Jawab Nabi: Yakni jihad hati.”
Sebagian lafal menyebutkan jawabannya:

“Mujahadah seorang hamba menghadapi hawa nafsunya!” (HDR. Al


Baihaqi, Zuhd al-Kabir, No. 384, dari Jabir bin Abdullah. Al Baihaqi
mengatakan: sanadnya dla‘if jiddan karena dalam sanadnya terdapat
tiga perawi lemah, yakni ‘Isa bin Ibrahim, Yahya bin Ya’la, dan Laits
bin Abi Sulaim. (Tahdzibut Tahdzib,8/183).

Sebenarnya hadis ini tidak berkaitan langsung dengan puasa Ramadhan.


Tapi karena cukup sering disampaikan saat ceramah Ramadhan, maka
perlu kita sampaikan untuk diwaspadai.
 Jihad melawan orang kafir yang dzalim termasuk amal yang paling
agung sebagaimana firman Allah Ta’ala :

 “Tidaklah sama orang-orang beriman yang duduk (tidak pergi jihad)


tanpa memiliki udzur (alasan yang benar), dibanding orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya.Allah mengutamakan satu
derajat bagi orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya di
atas orang- orang yang duduk saja. Kepada masing-masing mereka
Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan
orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan
pahala yang besar.” (QS. An Nisa: 95).

 Meski demikian, Islam mengakui bahwa jihad terhadap hawa


nafsu memang ada,hanya saja tidak membandingkan dan
merendahkan jihad melawan kedzaliman penguasa dan orang
kafir.
Misal hadits Nabi saw:

 “Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap hawa nafsunya.” (HHSR.


At Tirmidzi No. 1621; Abu Daud No. 1258, dari Fadlâlah bin ‘Ubaid)

Hadis Doa saat berbuka:


(HDR.Abu Dâwud,al-Thabrâni karena melalui Mu’âdz bin Zuhrah tabi’in
yang majhul dan mursal karena langsung menyandarkan hadisnya ke Nabi
saw. Sementara sanad dari Anas bin Malik ada periwayat yang bernama
Dâwud bin al-Zabarqân yang matrûk).

Tetapi doa:

(HHR. Abu Dâwud & al-Nasâ’i) Tentu doa ini diucapkan setelah minum
secukupnya saat setelah berbuka. Tapi doa yang paling sesuai sunnah
saat mau makan, cukup dengan membaca Bismillah. Adapun doa populer
sebelum (Allahumma Barik lanaa...) & sesudah makan (al-hamdulillâhi-
ladzi ath’amanaa...), doa keluar dari kamar mandi, doa setelah wudlu,
pada umumnya daif sanadnya.
Hanya saja karena lafal doa tidak begitu ketat, maka meskipun lafalnya tidak
ditemukan bersumber dari Nabi saw, maka boleh dipanjatkan, apalagi memang
Nabi saw mempersilahkan untuk berdoa sesuai kehendak selama inti doanya baik.

 Hadis Sengaja Berbuka Tidak Akan Bisa Diganti Puasanya


Meski Puasa Selamanya

HDR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Tirmidzi, Ibn Majah, dll. karena melalui
Ibn al-Muthawwis dari Bapaknya yang majhul. Al-Albani menilainya dla’if
(lemah), dan dilemahkan pula oleh Ibn Khuzaimah, al-Mundziri, al-
Baghawi, al-Qurthubi, al-Dzahabi, al-Darimi sebagaimana yang telah
dinukilkan oleh al-Munawi &Ibn Hajar. Al-Bukhari mengisyaratkan
kelemahannya dengan perkataan awal:
 (disebutkan). Letak kedaifannya ada pada al-jahalah dan al-
inqitha’. Tapi pendapat ini dipegangi sebagian ulama karena
memang tidak sanksi bagi orang yang sengaja meninggalkan
puasa Ramadlan kecuali ia berdosa besar. Tebusannya adalah
tawbatannasuha
HADITS : TENTANG KEUTAMAAN MATI DI
BULAN RAMADLAN

HADITS : SETAHUN PENUH MENJADI RAMADAN SEMUA

Hadis yang sebenarnya matannya panjang diatas adalah HDR.Ibn


Khuzaymah ,Abu Ya‘la,al- Bayhaqi dikutip oleh Utsman al-Khubari
(Durrat al-Nâshihin) & al-Mundziri (al-Targhib wa al- Tarhîb). Selain
tanda kepalsuan ada pada matan yang panjang & janggal karena
pahala yang sangat besar, juga ada pada Jarir bn Ayub al-Bajali
yang dinilai sebagai pemalsu hadis, matruk & munkar.
Hadits : “Tidurnya orang puasa itu ibadah
 HDMR. Al-Bayhaqi.Suyuthi menilainya daif karena ada Ma‘ruf bin
Hisan daif & Sulaiman al-Nakha’i pemalsu hadis. Hadis yang setema
berbunyi:

 “Orang yang berpuasa dalam (keadaan) beribadah,walaupun ia
tidur di atas ranjangnya”.

 HDR. Tammam dalam Fawa’id-nya (2/4:1109) karena melalui


perawi yang majhul dan dla’if, seperti Hasyim bin Abi Hurairah
dan Hisyam bin Hassan.

Hadits
 Hadis Keutamaan Tarawih bulan Ramadlan :

 Sejak Malam pertama sampai dengan malam


ke-30 yang disandarkan kepada Ali bin Abi
Thalib ra sampai Nabi saw adalah hadits
MAWDLU’/PALSU yang terdapat Kitab
Durratun-Nashihin oleh al-Khubawi
 (hal 16-17).
 Hadis ini menyebutkan:

 Awal malam : mengeluarkan mu’min dari dosanya seperti saat ia


dilahirkan dari ibunya
 Di malam ke-4, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca
Taurat, Injil, Zabur, dan Al- Furqan.
 Di malam ke-5, Allah Ta’ala memberikan pahala seperti pahala
shalat di Masjidal-Haram, masjid Madinah, dan Masjidal-Aqsha.
 Di malam ke-8, Allah memberinya apa yang pernah Dia berikan
pada Nabi Ibrahim as.
 Di malam ke-9, seolah-olah ia beribadat kepada Allah
sebagaimana ibadah Nabi saw.
 Di malam ke-20, Allah memberi pahala para Syuhada dan
shalihin.
 Di malam ke-29, Allah memberinya pahala seribu haji yang
diterima.
 Dimalam ke-30, Allah berfirman:‘Hai hamba-Ku,makanlah buah-
buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari
telaga Kautsar. AkulahTuhanmu dan engkau hamba-Ku.’

HUKUM MENGAMALKAN
HADITS DA‘IF
 Ada 3 pendapat besar mengenai hal ini, yaitu:

 Hadis da‘if tidak bisa diamalkan sama sekali,termasuk dalam hal


fadlâ’ilal-a‘mâl (keutamaan amal), targhib wa tarhîb (motivasi) &
mawâ‘idz (nasihat).
 Pendukungnya: Yahya bin Ma‘în, Ibn al-‘Araby, al-Bukhâri, Muslim,
Ibn Hazm, Ahmad Muhammad Syakir, Shubhi Shalih, al-Albani, Yusuf
al-Qaradlawi, ‘Ajjâj al-Khathîb,dll.

 Hadis da‘if bisa diamalkan secara mutlak .Pendukungnya


AbuDâwud=>hadis da‘if lebih baik dari pada ra’yu perseorangan.Ini
karena hadis daif yang diriwayatkannya tetap bersanad,dan bukan
hadis yang parah kedaifannya semisal hadis palsu, matrûk, munkar,
dan semacamnya.
 Dalam hal fadlâ’ilal-a’mâl, mawâ‘idz ,bisa digunakan bila :

 1) keda‘ifannya tidak keterlaluan,


 2) ada ayat atau hadis maqbul yang mendukung substansi
pesannya,
 3) ketika mengamalkannya tidak dikatakan / diyakini dari Nabi saw
tetapi dalam hal aqidah & hukum (halal-haram), tetap tidak bisa
digunakan.
 Pendukung: Ibn al-Mubarak, Imam Ahmad, al- Nawawi, Ibn Hajar
al- ‘Asqalâni & al-Suyuthi.

Boleh meriwayatkan hadis da‘if untuk pengetahuan selama dijelaskan


kedaifannya & tidak diungkap dengan kesan seakan hadisnya mantap
dan sahih.Untuk itu ungkapan yang disepakati dalam meriwayatkan
atau menyampaikan hadis da‘if atau yang diragukan kesahihannya
dengan kalimat pasif: (diriwayatkan) :
HADIS-HADIS SAHIH SEPUTAR RAMADLAN
“Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan
lagi pada bulan Ramadlan saat beliau ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap
malam pada bulan Ramadlan lalu membacakan padanya Al-Qur’an. Sungguh
Rasulullah saw paling dermawan dalam kebaikan daripada angin yang
berhembus.”(Muttafaq‘alayh,dariIbn‘Abbasra.)

 Contoh: Hadis sahih tentang Ru’yat al-Hilal


SHOLAT TARAWIH

 Pengertian :
 Shalat Tarawih atau Qiyamu Ramadlan adalah sebuah
istilah untuk shalat sunnat yang dilakukan setelah shalat
Isya’ pada malam bulan Ramadlan.
 Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari
 yang berarti “istirahat". Disebut tarawih karena
 shalat ini banyak istirahatnya.

 PENDAPAT MENGENAI JUMLAH RAKA’AT SHALAT


TARAWIH :
 Pertama, membatasi hanya 11 rakaat. Alasannya karena
inilah yang dilakukan oleh Nabi saw. Inilah pendapat
Syaikh Al Albani. Syekh Bin Baz menyatakn boleh lebih dr
20 rkt, namun lebih utama 11 rkt karena inilah yang benar-
benar dilakukan oleh Nabi saw.
 Kedua, shalat tarawih adalah 20 raka’at (belum
termasuk witir). Inilah pendapat mayoritas ulama
semacam AtsTsauri, Al Mubarok, Asy Syafi’i, Ash-habur
Ro’yi. Imam Syafi’i pernah menyaksikan umat Islam
melaksanakan shalat tarawih di Madinah dengan 39
rakaat dan di Makkah 33 rakaat.

 Ketiga, shalat tarawih adalah 39 raka’at dan sudah


termasuk witir. Inilah yang terjadi di Masa Umar bin
‘Abdul Azizi dan merupakan pendapat Imam Malik.

 Keempat, shalat tarawih adalah 40+7 raka’at witir,


belum termasuk witir. Ini dilakukan oleh ‘Abdurahman
bin Al Aswad.

Jumlah dan Format Shalat Tarawih
Nabi saw
 Format : 4-4-3 didasarkan pada hadis dari Abu Salamah bin
‘Abdirrahman bahwa beliau pernah bertanya pada
‘Aisyahra.:“Bagaimana shalat malam Rasulullah saw di bulan
Ramadhan?”.Maka jawab Aisyah ra:

 “Rasulullah saw tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam


shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat
lainnya lebih dari 11 raka’at.”

 Selanjutnya ‘Aisyah menyebutkan format 4-4-3, jangan kamu


tanyakan bagus & panjangnya shalat beliau. (HR. Jama’ah).
 11 rakaat : 8+2+1. Ketika Sa‘d bin Hisyâm bertanya
tentang shalat lail Nabi pada Ibn ‘Abbâs, maka ia
disilakan langsung tanya kepada ‘Â’isyah karena dialah
yang paling tahu tentang witirnya Nabi saw. Kata Sa’d:

•Format 2-2-2-2-2+1 juga bersumber dari Aisyah ra:


4+3 rakaat (7 rkt), atau 6 +3 rakaat (9 rkt), atau 8+3 (11 rkt), atau 10+3 (13 rkt):

Intinya tak kurang dair 7 dan tak lebih dari 13 rakaat. Redaksi yang
menyebutkn 13 rakaat, sudah termasuk 2 rakaat yang ringan-ringan
sebelum atau sesudah shalat tarawih. Dlm redaksi al-Bukhari (2/64)
hanya menyebutkan:

•Menurut Ibn ‘Umar bahwa ketika seorang bertanya kepada Nabi saw
tentang Shalat Layl,maka Nabi saw menjawab:
SHALAT TARAWIH 20 RAKAAT ATAU LEBIH, ADAKAH HADISNYA YANG MAQBÛL?

•HR.Al-Hakam,dari Miqsam,dari Ibn‘Âbbâs r.a. :

(Hadis daif & palsu riwayat al-Bayhaqi, al-Thabrani dan


Ibn Abi Syaibah). Kedaifan hadis ini karena terdapat
periwayat Abu Syaibah Ibrahim bin Utsman al-Kûfi yang
hadits - haditsnya munkar, matrûk, bahkan pendusta.
Oleh karenanya jika didasarkan pada hadis yang sangat
lemah ini maka wajib ditolak.
Khalifah ‘Umar bin Khathâb r.a yang jadi “tertuduh” sebagai
orang yang memulai shalat layl 20 rakaat ternyata masih
harus dibuktikan kebenarannya. Hal ini karena:

1. Hadits tersebut adalah hadis dari Malik & Bayhaqi,


dari Yazid bin Ruman (w. 130H, semasa dengan
Umar bin ‘Abdal - Aziz,bukan Umar bin al-Khaththab
r.a),berarti mursal=munqathi’.

2. Beliau yang dikenal sangat ketat memelihara


sunnah, justru memerintahkan untuk mengerjakan11
(sebelas) rakaat. Menurut al-Sâ’ib bin Yazîd–
seorang sahabat kecil—bahwa:
 Daifnya hadis di atas karena Yazîd bin Rumân hidup dimasa
‘Umar bin Abdul Aziz,bukan dimasa Umar bin al-Khaththab
sehingga ulama menilai terputus sanadnya (munqathi’). Baca Ibn
al-Mulaqqin, Badr al-Munir 4/351; ‘Abdullah bn Muhammad al-
Duwaisy, Tanbih al-Qari 1/42:58:
 Jika pelaksanaan shalat tarawih 20 rakaat plus witir 1 atau 3
rakaat didasarkan pd hadis matsna- matsna dari Ibn ‘Umar, kita
masih bisa memahaminya karena hadis tsb memang tidak
menyebutkan batasan jumlah rakaat kecuali disebutkan jika
khawatir masuk waktu Subuh, maka dianjurkan segera berwitir 1
rakaat. TETAPI menurut hemat penulis, dalam memahami hadis
diatas :
 1). Tidak menafikan hadis-hadis yang menginformasikan tidak
 lebih dari 11/13 rakaat, yakni masih dalam koridor
 11/13rakaat;
 2). Hadis tersebut jelas menyebutkan pelaksanaan shalat malam
 Nabi saw pada umumnya di akhir malam, bukan di awal
 malam seperti yang biasa dilakukan orang pada umumnya,
 meskipun di awal malam juga boleh karena pernah dilakukan
 Nabisaw.
KESIMPULAN
 Rasulullah saw melaksanakan qiyamu Ramadlan (shalat
tarawih) ternyata tidak lebih dari 11 rakaat, di luar shalat
iftitah.

 Jumlah rakaat shalat tarawih yang berbeda di kalangan


kaum muslimin janganlah menjadi pemicu pertengkaran,
karena hal tersebut masih didasarkan pada dalil hadis
maqbûl yang dipahami dari sudut pandang yang
berbeda. Dan, pemahaman seperti inipun tidaksalah.

 Wallahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai