NIM : 2204016050
َفَلَّم ا َج َّن َع َلْيِه اَّلْيُل َر ٰا َك ْو َك ًباۗ َقاَل ٰه َذ ا َر ِّبْۚي َفَلَّم ٓا َاَفَل َقاَل ٓاَل ُاِح ُّب اٰاْل ِفِلْيَن
Artinya : Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam". (QS. Al-An'am ayat 76)
Tafsir al-Jalalain
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat (malam hari atasnya,
dia melihat sebuah bintang) menurut suatu pendapat bahwa yang
dimaksud adalah bintang Zahrah/Venus (lalu dia berkata) kepada
kaumnya yang pada waktu itu menjadi para penyembah bintang-
bintang ("Inilah Tuhanku") menurut persangkaan kamu (Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam) surut (dia berkata, "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam.") maksudnya aku tidak suka
menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak patut
mempunyai sifat yang berubah-ubah dan pindah-pindah tempat
karena kedua sifat ini hanyalah pantas disandang oleh makhluk-
makhluk akan tetapi ternyata cara yang disampaikan oleh Nabi
Ibrahim ini tidak mempan pada diri mereka.1
Tafsir Ibnu Katsir
1
As-Suyuthi, Jalaluddin, and Jalaluddin Al-Mahalli. "Tafsir jalalain." Surabaya:
Imaratullah (2003).hlm.223
Ketika malam telah menjadi gelap. Artinya, kegelapan telah
meliputi dan menutupinya.
...dia melihat sebuah bintang. Yakni bintang-bintang di langit.
...lalu dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu
tenggelam. Yaitu terbenam dan tidak kelihatan lagi.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa al-uful
artinya pergi. Ibnu Jarir mengatakan bahwa disebutkan afalan
najmu ya-fulu waya-filu artinya tenggelam, bentuk masdar-nya
adalah ufulan dan ufulan, sama dengan apa yang disebutkan oleh
Zur Rumah dalam salah satu bait syairnya, yaitu: Bagaikan pelita-
pelita yang gemerlapan, tetapi bukan bintang-bintang yang beredar.
Bagaikan bintang-bintang di langit, tetapi bukan seperti bintang-
bintang yang lenyap tenggelam. Bila dikatakan, "Ke manakah
kamu selama ini menghilang dari kami?" Artinya, "Ke mana saja
kamu absen dari kami?" dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam.”
Menurut Qatadah, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa Tuhannya
adalah kekal, tidak akan tenggelam ataupun lenyap.2
Tafsir Quraish Shihab
Ibrâhîm mencari Tuhannya, lalu diberi petunjuk oleh Allah. Ketika
kegelapan malam datang, dan ia melihat bintang berbinar-binar, ia
mengatakan, "Ini Tuhanku." Tetapi setelah bintang itu tenggelam,
ia menolak menjadikannya Tuhan dengan mengatakan, "Aku tidak
bisa menerima tuhan-tuhan yang bisa menghilang dan berubah-
ubah."3
َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّسْع َي َقاَل ٰي ُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰر ى ِفى اْلَم َناِم َاِّنْٓي َاْذ َبُحَك َفاْنُظْر َم اَذ ا
َتٰر ۗى َقاَل ٰٓيَاَبِت اْفَع ْل َم ا ُتْؤ َم ُۖر َس َتِج ُد ِنْٓي ِاْن َش ۤا َء ُهّٰللا ِم َن الّٰص ِبِر ْيَن
Artinya : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
2
Katsir, Imam Ibnu. Kisah para nabi. Pustaka Al-Kautsar, 2001.hlm.272
3
Shihab, M. Quraish. Secercah cahaya ilahi: Hidup bersama al-quran. Mizan Pustaka,
2007.hlm.165
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar". (QS. As-Saffat ayat 102)
Tafsir Al-Misbah
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim. (Ash Shaaffat:102) Yakni telah tumbuh
menjadi dewasa dan dapat pergi dan berjalan bersama ayahnya.
Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. setiap waktu pergi menengok
anaknya dan ibunya di negeri Faran, lalu melihat keadaan
keduanya. Disebutkan pula bahwa untuk sampai ke sana Nabi
Ibrahim mengendarai buraq yang cepat larinya, hanya Allah-lah
Yang Maha mengetahui. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.
Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Ata Al-Khurrasani, dan Zaid
ibnu Aslam serta lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-
Nya: Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, (Ash Shaaffat:102) Maksudnya, telah
tumbuh dewasa dan dapat bepergian serta mampu bekerja dan
berusaha sebagaimana yang dilakukan ayahnya. Maka tatkala anak
itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu! ” (Ash Shaaffat:102) Ubaid ibnu Umair mengatakan
bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu, kemudian ia membaca
firman-Nya: Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” (Ash Shaaffat:102) Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain
ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Abu Abdul Malik
Al-Karnadi, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu
Uyaynah, dari Israil ibnu Yunus, dari Sammak, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu. Hadis ini tidak
terdapat di dalam kitab-kitab Sittah dengan jalur ini. Dan
sesungguhnya Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada
putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus
untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak
usia dini terhadap ketaatan kepada Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلىdan baktinya
kepada orang tuanya. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu.” (Ash Shaaffat:102)
Maksudnya, langsungkanlah apa yang diperintahkan oleh Allah
kepadamu untuk menyembelih diriku. insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash
Shaaffat:102). Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya
demi pahala Allah ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلىDan memang benarlah, Ismail a.s.
selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu, dalam ayat lain
disebutkan melalui firman-Nya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia
adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk
salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di
sisi Tuhannya. (Maryam:54-55)4
Ayat 102 " fa lamma balaga mabahussa'ya qola ya bunayya inni ara
fil-manami anni azbahuka fanzur maza taro" artinya " maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!. Ubaid Ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para
Nabi adalah wahyu.6
Tafsir Jalalain
َو ِإْذ َقاَل ِإْب َٰر ِهۦُم َر ِّب َأِر ِنى َك ْي َف ُتْح ِى ٱْلَم ْو َتٰى ۖ َقاَل َأَو َلْم ُتْؤ ِمنۖ َقاَل َب َلٰى
َو َٰل ِكن ِّلَي ْط َم ِئَّن َقْلِبىۖ َقاَل َفُخ ْذ َأْر َبَع ًة ِّم َن ٱلَّط ْي ِر َفُصْر ُهَّن ِإَلْي َك ُثَّم ٱْج َع ْل َع َلٰى
ُك ِّل َج َب ٍل ِّم ْن ُهَّن ُج ْز ًءا ُثَّم ٱْد ُعُهَّن َي ْأِتيَن َك َس ْع ًياۚ َو ٱْع َلْم َأَّن ٱَهَّلل َع ِز يٌز َح ِكيٌم
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab:
"Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan
imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung,
lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan
diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tafsir Jalalain
Analisis
Ayat ini juga menyoroti bahwa keberhasilan dan pengetahuan sejati tidak
tergantung pada faktor-faktor manusiawi semata, tetapi merupakan
pemberian Allah kepada mereka yang Dia tunjuk untuk menerimanya. Ini
menggarisbawahi pentingnya tawakal (berserah diri) kepada Allah dan
mengakui bahwa petunjuk sejati datang dari-Nya.
10
Zaini, Hery Hebriyansyah, Fatqurhohman Fatqurhohman, and Nurul Imamah Ah. "KONSEP
MATEMATIKA DALAM AL-QUR’AN PADA SURAT AL-BAQARAH." Laplace: Jurnal
Pendidikan Matematika 6.2 (2023): 421-430.
dengan hati yang sedih memberitahukan kepada Ismail tentang perintah
Tuhan yang disampaikan kepadanya melalui mimpi. Dia meminta
pendapat anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan
dengan penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang
besar bagi orang tua dan anak. Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu,
Ismail dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar
melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya. Dia akan taat,
rela, dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala
perintah-Nya dan pasrah kepada-Nya. Ismail yang masih sangat muda itu
mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi
cobaan itu, tidak akan ragu menerima qada dan qadar Tuhan. Dia dengan
tabah dan sabar akan menahan derita penyembelihan itu. Sikap Ismail
sangat dipuji oleh Allah dalam firman-Nya: Dan ceritakanlah
(Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar
seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.