Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

TAFSIR AYAT FALSAFI

TAFSIR AYAT TEOLOGIS SEJARAH NABI IBRAHIM

Dosen pengampu : Ahmad Hakim M.Ag.

Nama : Mahfudh Purbo Jati

NIM : 2204016050

Kelas : AFI B-3

1. Surat Al-An’am 6:ayat 76

‫َفَلَّم ا َج َّن َع َلْيِه اَّلْيُل َر ٰا َك ْو َك ًباۗ َقاَل ٰه َذ ا َر ِّبْۚي َفَلَّم ٓا َاَفَل َقاَل ٓاَل ُاِح ُّب اٰاْل ِفِلْيَن‬
Artinya : Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam". (QS. Al-An'am ayat 76)

 Tafsir al-Jalalain
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat (malam hari atasnya,
dia melihat sebuah bintang) menurut suatu pendapat bahwa yang
dimaksud adalah bintang Zahrah/Venus (lalu dia berkata) kepada
kaumnya yang pada waktu itu menjadi para penyembah bintang-
bintang ("Inilah Tuhanku") menurut persangkaan kamu (Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam) surut (dia berkata, "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam.") maksudnya aku tidak suka
menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak patut
mempunyai sifat yang berubah-ubah dan pindah-pindah tempat
karena kedua sifat ini hanyalah pantas disandang oleh makhluk-
makhluk akan tetapi ternyata cara yang disampaikan oleh Nabi
Ibrahim ini tidak mempan pada diri mereka.1
 Tafsir Ibnu Katsir
1
As-Suyuthi, Jalaluddin, and Jalaluddin Al-Mahalli. "Tafsir jalalain." Surabaya:
Imaratullah (2003).hlm.223
Ketika malam telah menjadi gelap. Artinya, kegelapan telah
meliputi dan menutupinya.
...dia melihat sebuah bintang. Yakni bintang-bintang di langit.
...lalu dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu
tenggelam. Yaitu terbenam dan tidak kelihatan lagi.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa al-uful
artinya pergi. Ibnu Jarir mengatakan bahwa disebutkan afalan
najmu ya-fulu waya-filu artinya tenggelam, bentuk masdar-nya
adalah ufulan dan ufulan, sama dengan apa yang disebutkan oleh
Zur Rumah dalam salah satu bait syairnya, yaitu: Bagaikan pelita-
pelita yang gemerlapan, tetapi bukan bintang-bintang yang beredar.
Bagaikan bintang-bintang di langit, tetapi bukan seperti bintang-
bintang yang lenyap tenggelam. Bila dikatakan, "Ke manakah
kamu selama ini menghilang dari kami?" Artinya, "Ke mana saja
kamu absen dari kami?" dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam.”
Menurut Qatadah, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa Tuhannya
adalah kekal, tidak akan tenggelam ataupun lenyap.2
 Tafsir Quraish Shihab
Ibrâhîm mencari Tuhannya, lalu diberi petunjuk oleh Allah. Ketika
kegelapan malam datang, dan ia melihat bintang berbinar-binar, ia
mengatakan, "Ini Tuhanku." Tetapi setelah bintang itu tenggelam,
ia menolak menjadikannya Tuhan dengan mengatakan, "Aku tidak
bisa menerima tuhan-tuhan yang bisa menghilang dan berubah-
ubah."3

2. Surat As-Saffat ayat 102

‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّسْع َي َقاَل ٰي ُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰر ى ِفى اْلَم َناِم َاِّنْٓي َاْذ َبُحَك َفاْنُظْر َم اَذ ا‬
‫َتٰر ۗى َقاَل ٰٓيَاَبِت اْفَع ْل َم ا ُتْؤ َم ُۖر َس َتِج ُد ِنْٓي ِاْن َش ۤا َء ُهّٰللا ِم َن الّٰص ِبِر ْيَن‬
Artinya : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang

2
Katsir, Imam Ibnu. Kisah para nabi. Pustaka Al-Kautsar, 2001.hlm.272
3
Shihab, M. Quraish. Secercah cahaya ilahi: Hidup bersama al-quran. Mizan Pustaka,
2007.hlm.165
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar". (QS. As-Saffat ayat 102)

 Tafsir Al-Misbah
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim. (Ash Shaaffat:102) Yakni telah tumbuh
menjadi dewasa dan dapat pergi dan berjalan bersama ayahnya.
Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. setiap waktu pergi menengok
anaknya dan ibunya di negeri Faran, lalu melihat keadaan
keduanya. Disebutkan pula bahwa untuk sampai ke sana Nabi
Ibrahim mengendarai buraq yang cepat larinya, hanya Allah-lah
Yang Maha mengetahui. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.
Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Ata Al-Khurrasani, dan Zaid
ibnu Aslam serta lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-
Nya: Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, (Ash Shaaffat:102) Maksudnya, telah
tumbuh dewasa dan dapat bepergian serta mampu bekerja dan
berusaha sebagaimana yang dilakukan ayahnya. Maka tatkala anak
itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu! ” (Ash Shaaffat:102) Ubaid ibnu Umair mengatakan
bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu, kemudian ia membaca
firman-Nya: Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” (Ash Shaaffat:102) Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain
ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Abu Abdul Malik
Al-Karnadi, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu
Uyaynah, dari Israil ibnu Yunus, dari Sammak, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu. Hadis ini tidak
terdapat di dalam kitab-kitab Sittah dengan jalur ini. Dan
sesungguhnya Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada
putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus
untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak
usia dini terhadap ketaatan kepada Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬dan baktinya
kepada orang tuanya. Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu.” (Ash Shaaffat:102)
Maksudnya, langsungkanlah apa yang diperintahkan oleh Allah
kepadamu untuk menyembelih diriku. insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash
Shaaffat:102). Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya
demi pahala Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬Dan memang benarlah, Ismail a.s.
selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu, dalam ayat lain
disebutkan melalui firman-Nya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia
adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk
salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di
sisi Tuhannya. (Maryam:54-55)4

 Tafsir Ibnu Katsir

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu


Jubair, Ata Al_Khurrasani dan Zaid Ibnu Aslam serta yang lainnya
sehubungan dengan firmanNYA " fa lamma balaga ma'ahussa'ya"
yaitu "maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim" Menurut tafsir Ibnu Katsir anak yang
sudah dewasa yakni anak yang dapat bepergian dan bekerja seperti
apa yang dilakukan ayahnya.5

Ayat 102 " fa lamma balaga mabahussa'ya qola ya bunayya inni ara
fil-manami anni azbahuka fanzur maza taro" artinya " maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!. Ubaid Ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para
Nabi adalah wahyu.6

 Tafsir Jalalain

(Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha


bersama-sama Ibrahim) yaitu telah mencapai usia sehingga dapat
membantunya bekerja; menurut suatu pendapat bahwa umur anak
itu telah mencapai tujuh tahun. Menurut pendapat yang lain bahwa
pada saat itu anak Nabi Ibrahim berusia tiga belas tahun (Ibrahim
berkata, "Hai anakku! Sesungguhnya aku melihat) maksudnya,
telah melihat (dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!) mimpi
para nabi adalah mimpi yang benar, dan semua pekerjaan mereka
berdasarkan perintah dari Allah swt. (maka pikirkanlah apa
pendapatmu!") tentang impianku itu; Nabi Ibrahim bermusyawarah
dengannya supaya ia menurut, mau disembelih, dan taat kepada
perintah-Nya. (Ia menjawab, "Hai bapakku) huruf Ta pada lafal
4
Muhammad Quraish Shihab, "Tafsir Ibnu Katsir" , (Jakarta: Lentera Hati, 2003)hlm.3-4
5
Al Imam Al Jalil Al Hafiz I'mad al-Din Abu Al Fida Isma'il ibn Kasir al-Qurasyi Ad Dimasyqi,
"Tafsir Al-Qur'an Al Azhim Juz 4" , (Semarang: Taha Putra Press).hlm.14
6
Ibid, hlm.15
Abati ini merupakan pergantian dari Ya Idhafah (kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu) untuk melakukannya (Insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar")
menghadapi hal tersebut.7

3. Surat Al-Baqarah ayat 260

‫َو ِإْذ َقاَل ِإْب َٰر ِهۦُم َر ِّب َأِر ِنى َك ْي َف ُتْح ِى ٱْلَم ْو َتٰى ۖ َقاَل َأَو َلْم ُتْؤ ِمنۖ َقاَل َب َلٰى‬
‫َو َٰل ِكن ِّلَي ْط َم ِئَّن َقْلِبىۖ َقاَل َفُخ ْذ َأْر َبَع ًة ِّم َن ٱلَّط ْي ِر َفُصْر ُهَّن ِإَلْي َك ُثَّم ٱْج َع ْل َع َلٰى‬
‫ُك ِّل َج َب ٍل ِّم ْن ُهَّن ُج ْز ًءا ُثَّم ٱْد ُعُهَّن َي ْأِتيَن َك َس ْع ًياۚ َو ٱْع َلْم َأَّن ٱَهَّلل َع ِز يٌز َح ِكيٌم‬
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab:
"Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan
imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung,
lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan
diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 Tafsir Ibnu Katsir

Dalam menghadapi pertanyaan nabi Ibrahim, mereka menyebutkan


banyak alasan, di antaranya: yaitu ketika dia berkata kepada
Namrud: (Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan)
(Surah Al-Baqarah: 258) dia lebih suka naik dari ‘ilmul yaqin
tentang hal itu, menuju ke tingkat ‘ainul yaqin dan melihatnya
dengan pandangan yang langsung. Maka dia berkata: (Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-
orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim
menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku
tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman) Adapun hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari terkait ayat ini, dari Abu
Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Kami lebih
berhak merasa ragu daripada nabi Ibrahim ketika dia berkata: (Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum
yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya,
akan tetapi agar hatiku tetap mantap) yang dimaksud bukanlah
7
Istighfarah, Qori. "Kata Shadr, Qalb, Fuâd, dan Lubb Dalam Al-Quran (Studi Komparatif Tafsir
Jalalain dan Tafsir Al-Misbah)." (2017).hlm.245
keraguan seperti yang dapat dimengerti oleh orang yang tidak
memiliki pengetahuan tanpa adanya perdebatan.
Firman Allah: (lalu cincanglah semuanya) yaitu, potong-potonglah.
Ini yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, ‘Ikrimah, Sa'id bin Jubair,
Abu Malik, Abu Al-Aswad Ad-Da'ili, Wahb bin Munabbih, Al-
Hasan, As-Suddi, dan lainnya.
(Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana)
yaitu Maha Perkasa yang tidak ada sesuatu pun yang dapat
mengalahkannya, dan tidak ada yang mampu menahanNya. Apa
yang Dia kehendaki, terjadi tanpa ada yang dapat mencegahnya,
karena Dia Maha Agung lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu. lagi
Maha Bijaksana dalam firman, tindakan, hukum, dan kuasa-Nya.8

 Tafsir Qurais Shihab

Ingatlah pula kisah Ibrâhîm ketika ia berkata, "Ya Tuhanku,


perlihatkanlah kepadaku proses menghidupkan kembali orang yang
telah mati." Lalu Allah mananyakan keimanannya terhadap proses
kebangkitan agar keraguannya hilang dengan mengatakan,
"Apakah kamu tidak percaya?" Ibrâhîm menjawab, "Aku percaya,
tetapi aku minta itu sekadar untuk menambah kemantapan hatiku."
Allah berfirman, "Ambillah empat ekor burung dan dekatkanlah
kepadamu agar kamu kenali betul. Lalu potong- potonglah setelah
disembelih dan letakkan potongan-potongan tersebut di atas
gunung-gunung yang berdampingan. Kemudian panggillah burung-
burung itu, niscaya mereka akan datang menghampirimu dalam
keadaan hidup seperti sediakala. Ketahuilah bahwa Allah
Mahaperkasa atas segala sesuatu, Mahabijaksana dalam segala hal.
Imam Fakhr al-Dîn al-Râzî dan ahli tafsir lainnya menyebutkan
adanya pendapat lain dalam menafsirkan ayat ini. Dikatakan,
Ibrâhîm tidak menyembelih burung-burung tersebut dan tidak
diperintahkan untuk itu. Ia disuruh memeliharanya agar menjadi
jinak. Empat ekor burung tersebut dipisah, di tiap gunung masing-
masing diletakkan satu ekor. Kemudian keempatnya dipanggil dan
datang. Ini adalah gambaran bagaimana Allah menciptakan segala
sesuatu yaitu dengan perintahnya "kun" (jadilah), fa yakûn (maka
sesuatu itu pun terjadi). Sama halnya dengan keempat burung
tersebut, dipanggil lalu datang.9

 Tafsir Jalalain

(Dan) ingatlah (ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku!


Perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang
mati." Firman Allah) kepadanya (Apakah kamu tidak percaya?")
8
Syakir, Syaikh Ahmad. "Tafsir Ibnu Katsir." (2012).hlm.160
9
Rizqi, Ari Kurniawan. Konsep Ketenangan Jiwa Menurut M. Quraish Shihab (Studi Tafsir Al-
Mishbah). Diss. IAIN Ponorogo, 2022.hlm.72
akan kekuasaan-Ku dalam menghidupkan itu? Ditanyakan Ibrahim
padahal Dia mengetahui bahwa Ibrahim mempercayainya, agar
Ibrahim memberikan jawaban terhadap pertanyaan-Nya, hingga
para pendengar pun mengerti akan maksud-Nya. ("Saya percaya",
katanya) (tetapi) saya tanyakan (agar tenang) dan tenteram (hatiku)
disebabkan kesaksian yang digabungkan pada pengambilan dalil
(Firman-Nya, "Ambillah empat ekor burung, lalu jinakkanlah
kepadamu) dengan 'shad' yang baris di bawah dan baris di depan
yang berarti jinakkanlah olehmu, lalu potong-potonglah hingga
daging dan bulunya bercampur baur. (Kemudian letakkanlah di
setiap bukit) yang terletak di negerimu (sebagian darinya, setelah
itu panggillah ia) kepadamu (niscaya mereka akan mendatangimu
dengan cepat) atau segera. (Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Tangguh.") dalam perbuatan-Nya. Maka diambilnya burung merak,
burung elang, gagak dan ayam jantan, masing-masing satu ekor,
lalu ia melakukan apa yang diperintahkan sambil memegang
kepala masing-masing, kemudian dipanggilnya hingga beterbangan
potongan-potongan burung itu menemui kelompoknya hingga
lengkap, lalu menuju kepalanya yang berada di tangannya.10

Analisis

1. Surat Al-An'am ayat 76 membahas keyakinan yang Allah tetapkan dalam


hati orang yang Dia kehendaki untuk menerima petunjuk-Nya. Ayat ini
menekankan bahwa keyakinan yang benar adalah pemberian langsung dari
Allah, bukan sesuatu yang bisa dipaksakan atau didapatkan dengan cara-
cara tertentu. Allah memberikan petunjuk kepada mereka yang Dia
kehendaki dan memberi hidayah kepada orang-orang yang kembali
kepada-Nya dengan tulus.

Ayat ini juga menyoroti bahwa keberhasilan dan pengetahuan sejati tidak
tergantung pada faktor-faktor manusiawi semata, tetapi merupakan
pemberian Allah kepada mereka yang Dia tunjuk untuk menerimanya. Ini
menggarisbawahi pentingnya tawakal (berserah diri) kepada Allah dan
mengakui bahwa petunjuk sejati datang dari-Nya.

2. Ayat ini menerangkan ujian yang berat bagi Ibrahim. Allah


memerintahkan kepadanya agar menyembelih anak satu-satunya sebagai
korban di sisi Allah. Ketika itu, Ismail mendekati masa balig atau remaja,
suatu tingkatan umur sewaktu anak dapat membantu pekerjaan orang
tuanya. Menurut al-Farra', usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Ibrahim

10
Zaini, Hery Hebriyansyah, Fatqurhohman Fatqurhohman, and Nurul Imamah Ah. "KONSEP
MATEMATIKA DALAM AL-QUR’AN PADA SURAT AL-BAQARAH." Laplace: Jurnal
Pendidikan Matematika 6.2 (2023): 421-430.
dengan hati yang sedih memberitahukan kepada Ismail tentang perintah
Tuhan yang disampaikan kepadanya melalui mimpi. Dia meminta
pendapat anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan
dengan penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang
besar bagi orang tua dan anak. Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu,
Ismail dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar
melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya. Dia akan taat,
rela, dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala
perintah-Nya dan pasrah kepada-Nya. Ismail yang masih sangat muda itu
mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi
cobaan itu, tidak akan ragu menerima qada dan qadar Tuhan. Dia dengan
tabah dan sabar akan menahan derita penyembelihan itu. Sikap Ismail
sangat dipuji oleh Allah dalam firman-Nya: Dan ceritakanlah
(Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar
seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.

3. Ayat 260 dari Surat Al-Baqarah mengisahkan kisah Nabi Ibrahim


(Abraham) dan bagaimana dia memohon kepada Allah tentang keajaiban
kebangkitan orang mati. Saat Ibrahim meminta bukti tentang bagaimana
Allah menghidupkan yang mati, Allah memberikan perintah kepadanya
untuk mengambil empat burung dan memotongnya menjadi potongan-
potongan, kemudian menaruh potongan-potongan tersebut di atas empat
bukit yang berbeda. Lalu Allah menyuruh Ibrahim untuk memanggil
burung-burung tersebut, yang secara ajaib datang berterbangan mendekati
Ibrahim. Ayat ini mengandung pesan tentang kekuasaan dan keajaiban
Allah dalam menghidupkan kembali yang telah mati. Ini juga merupakan
pelajaran tentang kekuasaan, keajaiban, dan kebesaran Allah yang tidak
terbatas. Allah dapat melakukan segala sesuatu dengan kehendak-Nya,
termasuk menghidupkan kembali yang telah mati.

Secara lebih luas, ayat ini mengandung pelajaran tentang kekuasaan,


kebijaksanaan, dan keajaiban Allah yang melampaui pemahaman manusia.
Ini menunjukkan pentingnya iman yang kokoh kepada Allah,
mempercayai kekuasaan-Nya, serta tawakal (berserah diri) kepada-Nya
dalam segala hal, bahkan saat hal tersebut terlihat mustahil atau di luar
pemahaman manusia. Ayat ini juga menegaskan bahwa dalam keyakinan
kepada Allah, tidak ada yang tidak mungkin, karena Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai