Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk
kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh
kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau
benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh
berbagai jenis sendi. Adanya penghubung tersebut memungkinkan satu pergerakan
antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi
dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di bawahnya disamping fungsi
pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ
yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan
lainnya. Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan,
glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas
memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan
tidak mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat

1
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi dislokasi sendi?
2. Apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi?
3. Apa saja etiologi dislokasi sendi?
4. Bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi?
5. Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
6. Apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi?
8. Bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi?
9. Apa saja komplikasi dari dislokasi sendi?
10. Bagaimana askep dari dislokasi sendi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui definisi dari dislokasi sendi.
2. Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi.
3. Dapat mengetahui apa saja etiologi dislokasi sendi.
4. Dapat mengetahui bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi.
5. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi sendi.
6. Dapat mengetahui bagaimana WOC dislokasi sendi.
7. Dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi.
8. Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi.
9. Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi
10. Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari dislokasi sendi.
11. Dapat mengetahui bagaimana askep dari dislokasi sendi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DISLOKASI SENDI


Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu
Bedah, edisi 3,Halaman 1046).
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB,
edisi 8, vol 3,Halaman 2355).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito,
2000, edisi 6, Halaman 1118).
Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan
deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan
rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson,
2006, edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah
sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi
kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila
dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus
dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,
semakin baik penyembuhannya.

B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI


Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :
1. Dislokasi Congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling
sering terlihat pada pinggul.

3
2. Dislokasi Spontan atau Patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi Traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak
struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa.

Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :

1. Dislokasi Akut: Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi Berulang: Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :


1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
2. Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).

4
3. Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah
bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.

C. ETIOLOGI DISLOKASI SENDI


Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1. Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

5
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4. Patologis
Terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.

D. MANIFESTASI KLINIS DISLOKASI SENDI


1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. Gangguan gerakan
7. Kekakuan
8. Pembengkakan
9. Deformitas pada persendian

E. PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI


Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi.
Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik
karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal
tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma
jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas
sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga
menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat
merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan
tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid
teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan
sebagai dislokasi.

6
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan
suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan
selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga
merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari
posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI


1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna
putih.
2. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara
3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.

G. PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI

MEDIS

1. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)


a. Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

7
1) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 31 kapsul, anak: sehari 31/2 kapsul.
2) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.

2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis
pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
1) Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
2) Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
3) Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.

8
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

NON MEDIS

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi


jika dislokasi berat.
2. RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
3. Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
a. Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya : dua puluh tiga puluh menit
dengan interval kira-kira sepuluh menit.
b. Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama
lima - tujuh menit, dapat diulang dengan tenggang waktu sepuluh menit.
c. Pencelupan atau perendaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin
yang dicampur dengan es. Lamanya sepuluh dua puluh menit.
d. Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane ke bagian tubuh
yang cedera.

4. Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan, latihan pelan-
pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.

9
H. KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI
1. Komplikasi Dini
a. Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
b. Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
c. Fraktur Dislokasi
2. Sindrome kompartemen
3. Komplikasi Lanjut
a. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
b. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
c. Kelemahan otot

I. PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI


1. Cedera Akibat Olahraga
a. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
b. Latihan atau exercise
c. Conditioning
2. Trauma Kecelakaan
a. Kurangi kecepatan
b. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
c. Patuhi peraturan lalu lintas

J. ASKEP DISLOKASI SENDI


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan
data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri.
Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat
kapan nyeri dirasakan menurun.

10
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien
dan menghambat proses penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi.
2) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi.
3) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
4) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi

e. Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan


kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah :
1) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri
pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
2) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
3) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang
sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan
rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
2) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar 3 dimensi.

11
3) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas
ditandai dengan perubahan postur tubuh.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan
berhubungan keperawatan selama umum pasien(tingkat
dengan agen ...x24 jam, diharapkan nyeri dan TTV)
penyebab cedera dengan kriteria hasil : 2. Beri posisi
Fisik(trauma 1. Memperlihatkan nyaman(semi fowler).
kecelakaan dan pengendalian nyeri. 3. Berikan kompres
2. Melaporkan tidak hangat pada lokasi
adanya nyeri dislokasi
3. Tidak menunjukan 4. Ajarkan teknik
adanya nyeri distraksi dan
meningkat.(tidak relaksasi.
ada ekspresi nyeri 5. Beri HE tentang
pada wajah,tidak penyebab nyeri, dan
gelisah atau antisipasi
ketegangan ketidaknyamanan.

12
otot,tidak merintih 6. Kolaborasi dalam
atau menangis.) pemberian analgetik

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Tindakan Keperawatan


Keperawatan Hasil
No.

1. Hambatan mobilitas Setelah diberikan 1) Observasi keadaan


fisik berhubungan asuhan keperawatan umum(tingkat mobilitas
dengan gangguan selama x24 jam, dan kekuatan otot)
muskuloskletal diharapkan klien dapat 2) Ajarkan ROM
melakukan mobilisasi 3) Pengaturan posisi
dengan teratur dengan
kriteria hasil :

13
1. Klien mengatakan 4) Berikan bantuan
dapat melakukan perawatan diri:
pergerakan dengan berpindah
bebas 5) Berikan HE
2. Gerakan pasien tentang latihan fisik
terkoordinir 6) Kolaborasi
3. Pasien dapat dengan ahli fisioterapi
melakukan dalam memberikan
aktivitas secara terapi yang tepat
mandiri

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas.

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji konsep diri
tubuh tindakan selama ....x pasien
berhubungan 24 jam diharapkan 2. Kembangkan
dengan perubahan Pasien bisa mengatasi BHSP dengan
panjang masalah gangguan pasien
ekstremitas citra tubuh 3. Bantu pasien
mengungkapkan
masalahnya
4. Bantu pasien
mengatasi
masalahnya.

14
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Ansietas Kecemasan pasien 1. Kaji tingakat ansietas klien


berhubungan teratasi dengan 2. Bantu pasien mengungkapkan rasa
dengan KH : cemas atau takutnya.
kurangnya - klien tampak 3. Kaji pengetahuan Pasien tentang
pengetahuan rileks prosedur yang akan dijalaninya.
tentang penyakit - klien tidak
tampak bertanya 4. Berikan informasi yang benar tentang
tanya prosedur yang akan dijalani pasien.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah
sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi
kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila
dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus
dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,
semakin baik penyembuhannya.

B. SARAN

15
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan
penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC

Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012.


Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai