Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persepsi


Persepsi menurut Stephen P. Robbins adalah proses dimana individu
mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka. Menurut manahan, persepsi adalah gambaran
seseorang tentang suatu obyek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang
dihadapi. Jadi persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh
individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka
agar memeberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi
seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri,
maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Bagaimana kita menjelaskan bahwa individu dapat melihat hal yang sama.
Namun mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk
membentuk dan terkadang mengubah persepsi.

Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :


1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap,
motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan mempunyai pengaruh yang
kuat pada persepsi mereka.
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan
dipersepsikan secara bersama-sama pula.

2
3

3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang
wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia
berada di mall, namun jika ia berada di pasar, kemungkinannya sangat besar
bahwa para lelaki akan memandangnya.

2.3 Teori Atribusi


Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan
berbeda, bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu
menyatakan bahwa ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba
menentukaan apakah itu disebabkan dari internal atau eksternal.

Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal,
misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh,
jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena
anak itu malas, terlalu banyak main, atau bodoh.

Atribusi eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di
luar diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport
yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan
lingkungannya, orang tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua,
ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.

2.4 Tiga Penentu Teori Atribusi


a) Konsensus
Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau
peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu
perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin
banyak yang melakukannya, makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.
4

b) Konsistensi
Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau
peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang
bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam
situasi yang sama. Kalau ya, konsistensinya tinggi, kalau tidak,
konsistensinya rendah.
c) Distingsi atau kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai
stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang
berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus
yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki
distingsi yang rendah.

2.5 Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum

a) Persepsi Selektif (Selective Perpection)


Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang
liat dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh
karena itu, tidak mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita
lihat, kita dapat mengambil hanya rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif
membuat kita membaca orang lain dengan cepat, tetapi bersiko menggambarkan
gambaran yang tidak akurat. Kita dapat menggambarkan kesimpulan yang tidak
dapat dijamin dari sebuah keadaan yang ambigu.

b) Efek Halo (Halo Effect)


Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang
indivdu berdasarkan karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan
sebuah daftar-daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta
hangat. Subjek diminta untuk mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat
tersebut. Subjek menilai orang itu bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif.
Ketikaa daftar yang sama menggantukan dingin dengan hangat, satu
gambaran yang benar-benar berbeda muncul. Subjek membuat sebuah sifat
5

tunggal yang mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang lain yang
mereka nilai.

c) Efek Kontras (Contrast Effect)

Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan


orang lain yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah
dalam karakteristik yang sama.
d) Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-
kalimat seperti : Pria tidak tertarik dengan perawatan anak, Pekerja yang
lebih tua tidak dapat mempelajari keahlian-keahlian baru, Imigran Asia adalah
pekerja keras dan hati-hati, merupakan contoh dari menilai orang lain secara
stereotip.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah
alam sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip
adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak
mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.

Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :
1.Wawancara Kerja
Riset membuktikan kita dapat membentuk kesan atas orang lain hanya dalam 10
detik, berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa
intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat
diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa mengumpulkan semua
masukan dari banyak elevator independen dapat menjadi lebih prediktif.
Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5
menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh dari awal
wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang
diperoleh sedudahnya.
6

2. Ekspektasi Kinerja
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana
perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi
menjadi realita

3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian
bisa jadi objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif. Tentu
ini adalah peikiran yang keliru.

2.6 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual


Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih
alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian
penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan
kualitas pilihanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang
dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan,
yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan
yang harus dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut.
Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi kondisi yang menyenangkan
bagi orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan
mebgevaluasi informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari
berbagai sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang
relevan bagi keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab
pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan
mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perceptual kita akan
mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan perseptual
sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

2.7 Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi


a) Pengambilan keputusan rasional
7

Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan


memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.

Enam langkah model pengambilan keputusan rasional :


1) Mendefinisikan masalahnya
Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan dihadapi

2) Mengidentifikasikan kriteria keputusan


Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan.
Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa
dari si pembuat keputusan

3) Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya


Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar dalam
mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria

4) Membuat alternatif
Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin bisa
berhasil menyelesaikan masalah

5) Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria


Pembuat keputusan harus menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif dengan
seksama. Kelebihan dan kekurangaan setiap alternatif menjadi jelas ketika
alternafif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh dari
langkah kedua dan ketiga

6) Memperhitungkan keputusan yang optimal


Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria
berbobor dan memilih alternatif dengan skror total tertinggi

b) Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )


Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model yang
disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa
menangkap semua kompleksitasnya.

c) Intuisi ( Intiutive decision making )


8

Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh
pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada
asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak
sama, cepat,dan secara efektif di bebankan berarti melibatkan emosi.

2.8 Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi


a) Perbedaan Individu
Kepribadian
Tentu setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari
kepribadian yg memiliki kehati-hatian dan harga diri. Kehati-hatian bisa
mempengaruhi eskalasi komitmen, khususnya aspek kehati-hatian usaha
keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Harga diri juga juga mempengaruhi
pengambilan keputusan pada dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi
sangat termotivasi untuk mempertahankan keputusannya, sehingga mereka
menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya, mereka
menyalakan orang lain atas kegagalannya dan mengambil kredit atas
kesuksesannya.
Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis
kelamin dala pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi
dalam waktu yang lama, dari segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu
memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita
menghabiskan lebih banak waktu dibandingkan pria dalam menganalisis
masa lalu, masa kini, dan masa depan, wanita hampir dua kali lebih banyak
dari pria dalam mengembangkan depresi.
Kemampuan Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi
mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin
mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil
keputusan umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam
menghindari kesalahan logis seperti silogisme salah atau kesalahan
interpretasi data.
9

Perbedaan Budaya
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas,
kepercayaan dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan prefensi
pengambilan keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan
masalah, sedangkan yang lain fokus pada menerima situasi sebagaimana
adanya, Amerika Serikat masuk dalam kategori memecahkan masalah
sedangkan Thailand dan Indonesia termasuk dalam negara yang menerima
situasi sebagaimana adanya.

b) Batasan Organisasi
Evaluasi Kinerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi.
Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di
bawah tanggung jawabnya beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal
negatif, kita akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan
banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai
padanya.
Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengna
menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih
baik. Jika organisasi menghargai pengindraan risiko, manajer lebih mungkin
untuk mengambil keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an General
Motors secara konsisten memberikan promosi dan bonus pada manajer yang
tetap low profile dan menghindari kontroversi. Eksekutif ini menjadi ahli
dalam menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-keputusan
kontroversial pada komite.
Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan
dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam
melakukan hal demikian, mereka membaasi pilihan-pilihan keputusan.
Batasan Waktu Akibat Sistem
Hampir smeua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit.
Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap
10

ditinjau komite eksklusif tanggal pertama bulan tersebut. Kondisi-kondisi


demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk
memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.
Contoh Historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah
konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus
pilihan; yang dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan
membatasi pilihan-pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa
penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah anggaran tahun
lalu. Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari
pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

2.9 Tiga Kriteria Keputusan Etis

a) Kriteria Utilitarianisme
Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil
atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan
kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi
keputusan bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas,
dan laba tinggi. Misalnya, dengan memaksimalkan laba seorang pembisnis dapat
memperlihatkan bahwa dia mendapatkan kebaikan dalam jumlah terbanyak dan
ketika ia mengeluarkan peringatan pencatatan untuk 15 persen karyawannya.

b) Kriteria Etis yang Terfokus Pada Hak


Kriteria etis yang terfokus pada hak adalah membuat keputusan yang konsisten
dengan kemerdekaan dan hak fundamental. Sebuah penekanan pada hak dalam
pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak asasi manusia
seperti hak pribadi, berbicara dengan bebas, dan berhubungan dengan proses.
Penggunaan kriteria ini dapat melindungi pembocor rahasia (whistle-brower)
individu yang melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis atau ilegal dari
pemberi kerja mereka kepada pihak luar ketika mereka mengungkapkan
perbuatan-perbuatan tidak etis oleh organisasi mereka kepada pers atau agensi-
agensi pemerintahan dengan dasar hak untuk berbicara dengan bebas.
11

c) Kriteria Terfokus pada Keadilan


Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan individu untuk menentukan
dan menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan adil sehingga terdapat
distribusi laba dan biaya secara adil. Anggota-anggota serikat kerja biasanya
menyukai pandangan ini , pandangan ini membenarkan pemberian bayaran yang
sama untuk setiap individu atas pekerjaan tertentu, tanpa memerhatikan
perbedaan-perbedaan kinerja,dan penggunaan senioritas sebagai penentu utama
dalam membuat keputusan-keputusan pemberhentian.

Tiap-tiap kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan. Kriteria


utilitarianisme meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi padat
mengakibatkan pengabaian hak-hak beberapa individu, terutama individu-individu
yang memiliki perwakilan minoritas dan organisasi. Penggunaan hak sebagai
kriteria melindungi individu dari luka dan konsisten dengan kebebasan dan
privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan sebuah lingkungan kerja yang terlalu
sesuai dengan hukum yang menghalangi produktivitas dan efisiensi. Kriteria fokus
pada keadilan melindungu kepentingan individu-individu yang tidak mempunyai
perwakilan yang cukup dan tidak begitu kuat, tetapi kriteria ini bisa mendorong
rasa pemberian hak yang mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan
produktivitas. Para pembuat keputusan, terutama organisasi-organisasi pencari
laba, cenderung merasa aman dan nyaman ketika mereka menggunakan
utilitarianisme. Banyak tindakan yang meragukan bisa dibenarkan ketika disusun
dalam kepentingan organisasi dan pemegang saham.

2.10 Kreativitas dan Model tiga tahap dari Kreativitas

a) Pengertian Kreativitas

Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau


proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non
aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,
dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
12

b) Model tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )


Sebab ( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)
Perilaku kreatif, dan
Hasil kreatif ( inovasi)

c) Perilaku Kreatif
Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku
kreatif :
1. Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan
sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum
diketahui.
2. Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi
yang mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3. Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan
solusi solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan
pengetahuan yang relevan.
4. Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik.
d) Penyebab perilaku kreatif
Terbagi menjadi tiga sebab :
1) Potensi Kreatif
2) Lingkungan Kreatif
3) Keluaran dari Kreatif (inovasi)

Anda mungkin juga menyukai