STASE : KDP
A. 1. Pasien
Nama : Tn. P
Usia : 43 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
A. 2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Usia : 40 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
DS :
DO :
- Tanda-tanda Vital :
- Pasien terlihat terbaring diatas tempat tidur dan lemah, terlihat kesusahan
untuk melakukan pergerakan, semua aktivitasnya dibantu keluarga
LAB :-
THORAX :-
USG :-
B.4. PRNGOBATAN
INJEKSI :
Senin, 10 Juli 2017 : Injeksi Klanekh 1 ampul/12 jam, Injeksi Ranitidin 1 ampul/12
jam
OBAT :
Senin, 10 Juli 2017 : Cipoflaxalin 2x1, Ranitidin 2x1, Na Diclofenal 2x1, Vit B
Compulsif 2x1
C. TINDAKAN
1. Mengobservasi keadaan pasien, TTV, aktivitas dan latihan pasien sebelum dan
selama sakit
3. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai akibat yang diterjadi
jika pasien tidak melakukan pergerakan, edukasi mengenai manfaat mobilisasi.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
D. PEM BAHASAN
WHAT :
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang spesifik dari informasi dan
keadaan pasien. Dari hasil observasi didapatkan hasil : tekanan darah : 130/90 mmHg,
nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, suhu : 36,50C, pasien terlihat terbaring diatas tempat
tidur dan lemah, terlihat kesusahan untuk melakukan pergerakan, semua aktivitasnya
dibantu keluarga.
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
atau promosi kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)
Mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk bergerak
dalam lingkungan sekitarnya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(Activities of Daily Living/ADL ) serta pemenuhan terhadap peran yang diembannya
dengan kemampuan tersebut seseorang dapat melakukan aktifitas fisik yang bersifat
kebutuhan dasar, olah raga serta mampu berpartisipasi dalam kegiatan baik
dilingkungan keluarga, kelompok maupun sosial kemasyarakatan. Tercapainya keadaan
tersebut diperlukan fungsi-fungsi sistem tubuh yang adekuat, sehingga tidak terjadi
keterbatasan baik fisik maupun psikologis (Kozier, 1997 dalam Marlina, 2012).
WHY :
Menurut Kamel, dkk (1990) dalam Marlina (2012) penundaan mobilisasi dini
pasien pasca operasi fraktur meningkatkan terjadinya komplikasi pasca operasi
misalnya pneumonia, dekubitus, delirium, perpanjangan hari rawat. Penelitian juga
menunjukan bahwa semakin cepat ambulasi semakin cepat nyeri berkurang (Smeltzer &
Bare, 2002 dalam Marlina, 2012).
sehingga otak tidak mampu untuk menggerakkan ekstremitas, hilangnya suplai saraf ke
otot akan menyebabkan otot tidak lagi menerima sinyal kontraksi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan ukuran otot yang normal sehingga terjadi atropi. Serat otot akan
dirusak dan digantikan oleh jaringan fibrosa dan jaringan lemak. Jaringan fibrosa yang
menggantikan serat otot selama atrofi akibat denervasi memiliki kecenderungan untuk
terus memendek selama berbulan bulan, yang disebut kontraktur. Atropi otot
menyebabkan penurunan aktivitas pada sendi sehingga sendi akan mengalami
kehilangan cairan sinovial dan menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi dan
kecenderungan otot untuk memendek menyebabkan penurunan rentang gerak pada
sendi. (Bakara dkk, 2015).
WHEN :
Pelaksanaan mobilisasi pada pasien imobilisasi harus secara intens, terarah dan
teratur agar dapat mempengaruhi kemampuan motorik pasien untuk meningkatkan
kemandirian. Setelah latihan ini dilakukan pasien diharapkan dapat melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga pasien pulang tidak lagi ketergantungan pada perawat dan keluarga
ataupun orang lain.
HOW :
1. Pasien dilatih dulu untuk duduk baru berlatih untuk turun dari tempat tidur.
2. Perhatikan waktu pasien turun dari tempat tidur apakah menunjukan gejala-gejala
pusing, sulit bernafas, dan lain-lain. Tidak jarang pasien klien tiba-tiba merasa
lemas sebagai akibat hipotensi ortostatik.
3. Istirahat sebentar, ukur denyut nadi. Bila cepat dan tidak teratur maka harus hati-
hati.
4. Mula-mula pasien di geser ke tepi tempat tidur dan dibantu duduk. Bila pasien
merasa enak, maka perawat menyangganya di bawah bahu serta lutut dan
memutarnya sehingga kedua tungkai dan kakinya berada di samping tempat tidur.
Ketika membantu pasien turun dari tempat tidur perawat harus berda tepat
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Bakara, dkk (2015). Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap Rentang Sendi Pasien
Pasca Stroke. Idea Nursing Journal.
Hernawilly, dkk (2012). Faktor Yang Berkontribusi Pada Pelaksanaan Ambulasi Dini
Pasien Fraktur Ekstremitas Bawah. Jurnal Keperawatan Vol 2
Kozier & Frandsen. G. (2016). Fundamental of nursing concepts, process, andpractice,
10th ed. New Jersey: Pearson Prantice Hall.
Marlina (2011). Pengaruh Latihan Rom Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien
Stroke Iskemik Di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal.
Marlina, (2012). Mobilisasi Pada Pasien Fraktur Melalui Pendekatan Konseptual Model
Dorothea E. Orem. Idea Nursing Journal
Price, dkk (2015). Managing patients following alower limb amputation. JCN