Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NAMA MAHASISWA : RENI DESI SUSANTI

SHIF DINAS : PAGI

STASE : KDP

TEMPAT & RUANG : RS UMUM PANDAN ARANG & R. DAUN SIRIH

TANGGAL & JAM : 10 Juli 2017 & 13.15

A. IDENTITAS DIRI PASIEN

A. 1. Pasien

Nama : Tn. P

Usia : 43 Tahun

Tanggal Pengkajian : 10 Juli 2017

Tanggal Dirawat : 4 Juli 2107

Alamat : Cepogo, Boyolali

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Diagnosa Medis : Of Tibia Dextra dengan Bone Exprosure

A. 2. Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Usia : 40 Tahun

Hubungan Dengan Pasien : Adik

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Cepogo, Boyolali


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

B. DATA FOKUS/DATA SAAT INI

B.1. HASIL WAWANCARA DENGAN PASIEN & KELUARGA

Pasien mengatakan bahwa ia masuk RS karena mengalami kecelakaan pada tanggal


4 Juli 2017, ia tidak mengenakan helm. Setelah terjadi kecelakaan kemudian pasien
mengeluh sakit pada kaki kiri dan terdapat luka terbuka sepanjang 25 cm dengan
kedalaman 15 cm dan hancur. Pasien sudah dirawat selama 6 hari.

Sebelum sakit pasien mengatakan bahwa sehari-hari ia bekerja sebagai buruh


pencari pasir dan batu di sungai. Dulu pasien selalu melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa mendapatkan bantuan dari siapapun. Saat ini pasien megatakan susah dalam
melakukan kegiatan dan aktivitas, ia hanya bisa terbaring di atas tempat tidur
sehingga semua aktivitasnya dibantu.

B.2. PENGKAJIAN FISIK

DS :

- Pasien mengatakan bahwa saat ini seluruh aktivitasnya dibantu keluarganya,

- Pasien mengatakan kesusahan untuk melakukan pergerakan dan berpindah

DO :

- Tanda-tanda Vital :

Tekanan Darah : 130/90 mmHg Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit suhu : 36,50C

- Pasien terlihat terbaring diatas tempat tidur dan lemah, terlihat kesusahan
untuk melakukan pergerakan, semua aktivitasnya dibantu keluarga

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Mobilitas ditempat tidur V


Berpindah V
Keterangan :

0 : mandiri 3 : dibantu orang lain dan alat

1 : alat bantu 4 : tergantung total

2 : dibantu orang lain

B.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LAB :-

THORAX :-

USG :-

B.4. PRNGOBATAN

INJEKSI :

Senin, 10 Juli 2017 : Injeksi Klanekh 1 ampul/12 jam, Injeksi Ranitidin 1 ampul/12
jam

OBAT :

Senin, 10 Juli 2017 : Cipoflaxalin 2x1, Ranitidin 2x1, Na Diclofenal 2x1, Vit B
Compulsif 2x1

C. TINDAKAN

Untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien yang mengalami gangguan


pola aktivitas dan latihan, perawat melakukan tindakan :

1. Mengobservasi keadaan pasien, TTV, aktivitas dan latihan pasien sebelum dan
selama sakit

2. Melakukan tindakan mobilisasi pasien

3. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai akibat yang diterjadi
jika pasien tidak melakukan pergerakan, edukasi mengenai manfaat mobilisasi.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

D. PEM BAHASAN

WHAT :

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang spesifik dari informasi dan
keadaan pasien. Dari hasil observasi didapatkan hasil : tekanan darah : 130/90 mmHg,
nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, suhu : 36,50C, pasien terlihat terbaring diatas tempat
tidur dan lemah, terlihat kesusahan untuk melakukan pergerakan, semua aktivitasnya
dibantu keluarga.

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
atau promosi kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)

Mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk bergerak
dalam lingkungan sekitarnya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(Activities of Daily Living/ADL ) serta pemenuhan terhadap peran yang diembannya
dengan kemampuan tersebut seseorang dapat melakukan aktifitas fisik yang bersifat
kebutuhan dasar, olah raga serta mampu berpartisipasi dalam kegiatan baik
dilingkungan keluarga, kelompok maupun sosial kemasyarakatan. Tercapainya keadaan
tersebut diperlukan fungsi-fungsi sistem tubuh yang adekuat, sehingga tidak terjadi
keterbatasan baik fisik maupun psikologis (Kozier, 1997 dalam Marlina, 2012).

WHY :

Amputasi anggota badan bagian bawah secara substansial mengganggu fungsi


motor dan proprioseptif. Orang dengan amputasi tungkai bawah mengalami gangguan
yang cukup besar dalam kemampuan berjalan, termasuk peningkatan risiko jatuh.
(Price, dkk, 2015).

Ekstremitas dapat mengalami kelemahan atau kelumpuhan dalam derajat yang


berbeda, tergantung pada bagian yang terkena dan seberapa luas sirkulasi serebral yang
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

terganggu. Immobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan


menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein
thrombosis dan kontraktur (Garrison, 2003, dalam Bakara dkk, 2015). Tanpa latihan
yang baik, pasien akan melakukan kompensasi gerakan dengan menggunakan bagian
tubuhnya yang sehat sehingga seumur hidupnya pasien akan menggunakan bagian
tubuh yang sehat dan membiarkan anggota tubuhnya yang sakit.

Mobilisasi penting dilakukan pasien untuk proses penyembuhan pasien. Akan


tetapi lebih banyak pasien yang memilih untuk beriam diri diatas tempat tidur yang
justru akan memperburuk keadaan pasien. Mobilisasi dilakukan untuk mengurangi
timbulnya infeksi serius yang disebabkan oleh suplay pembuluh darah yang tidak
optimal. (Price, dkk, 2015)

Mobilisasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan paska operasi


karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak
melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan. Beberapa masalah
yang sering muncul segera setelah operasi diruang perawatan adalah bengkak, nyeri.
Sehingga sebagian besar pasien selama masa hospitalisasi sering memilih untuk tetap
tinggal ditempat tidur sepanjang hari meskipun kondisi mereka mungkin membolehkan
untuk tidak tinggal ditempat tidur terus. (Kozier, 1987 dalam Marlina, 2012).

Menurut Kamel, dkk (1990) dalam Marlina (2012) penundaan mobilisasi dini
pasien pasca operasi fraktur meningkatkan terjadinya komplikasi pasca operasi
misalnya pneumonia, dekubitus, delirium, perpanjangan hari rawat. Penelitian juga
menunjukan bahwa semakin cepat ambulasi semakin cepat nyeri berkurang (Smeltzer &
Bare, 2002 dalam Marlina, 2012).

Immobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan


komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis
dan kontraktur (Garrison, 2003, dalam Bakara dkk, 2015). Tanpa latihan yang baik,
pasien akan melakukan kompensasi gerakan dengan menggunakan bagian tubuhnya
yang sehat sehingga seumur hidupnya pasien akan menggunakan bagian tubuh yang
sehat dan membiarkan anggota tubuhnya yang sakit.

Immobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat juga dapat


menyebabkan terjadinya paralisis hal ini dikarenakan hilangnya suplai saraf ke otot
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

sehingga otak tidak mampu untuk menggerakkan ekstremitas, hilangnya suplai saraf ke
otot akan menyebabkan otot tidak lagi menerima sinyal kontraksi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan ukuran otot yang normal sehingga terjadi atropi. Serat otot akan
dirusak dan digantikan oleh jaringan fibrosa dan jaringan lemak. Jaringan fibrosa yang
menggantikan serat otot selama atrofi akibat denervasi memiliki kecenderungan untuk
terus memendek selama berbulan bulan, yang disebut kontraktur. Atropi otot
menyebabkan penurunan aktivitas pada sendi sehingga sendi akan mengalami
kehilangan cairan sinovial dan menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi dan
kecenderungan otot untuk memendek menyebabkan penurunan rentang gerak pada
sendi. (Bakara dkk, 2015).

WHEN :

Pelaksanaan mobilisasi pada pasien imobilisasi harus secara intens, terarah dan
teratur agar dapat mempengaruhi kemampuan motorik pasien untuk meningkatkan
kemandirian. Setelah latihan ini dilakukan pasien diharapkan dapat melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga pasien pulang tidak lagi ketergantungan pada perawat dan keluarga
ataupun orang lain.

HOW :

Tindakan mobilisasi dilakukan dengan cara :

1. Pasien dilatih dulu untuk duduk baru berlatih untuk turun dari tempat tidur.

2. Perhatikan waktu pasien turun dari tempat tidur apakah menunjukan gejala-gejala
pusing, sulit bernafas, dan lain-lain. Tidak jarang pasien klien tiba-tiba merasa
lemas sebagai akibat hipotensi ortostatik.

3. Istirahat sebentar, ukur denyut nadi. Bila cepat dan tidak teratur maka harus hati-
hati.

4. Mula-mula pasien di geser ke tepi tempat tidur dan dibantu duduk. Bila pasien
merasa enak, maka perawat menyangganya di bawah bahu serta lutut dan
memutarnya sehingga kedua tungkai dan kakinya berada di samping tempat tidur.
Ketika membantu pasien turun dari tempat tidur perawat harus berda tepat
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

didepannya. Pasien meletakan tangannya di pundak perawat dan perawat


meletakakn di bawah ketiak pasien. Pasien dibiarkan berdiri sebentar untuk
memastikan bahwa ia tidak pusing. Jika pasien klien memerlukan bantuan
sebaiknya perawat berjalan di sampingnya dengan tangan di lengan pasien

5. Selanjutnya menggerakan lengan, dan tangan, menggerakan ujung jari kaki,


mengangkat tumit, menekuk, dan menggeser kaki, miring kanan kiri.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Bakara, dkk (2015). Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap Rentang Sendi Pasien
Pasca Stroke. Idea Nursing Journal.

Hernawilly, dkk (2012). Faktor Yang Berkontribusi Pada Pelaksanaan Ambulasi Dini
Pasien Fraktur Ekstremitas Bawah. Jurnal Keperawatan Vol 2
Kozier & Frandsen. G. (2016). Fundamental of nursing concepts, process, andpractice,
10th ed. New Jersey: Pearson Prantice Hall.

Marlina (2011). Pengaruh Latihan Rom Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien
Stroke Iskemik Di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal.

Marlina, (2012). Mobilisasi Pada Pasien Fraktur Melalui Pendekatan Konseptual Model
Dorothea E. Orem. Idea Nursing Journal
Price, dkk (2015). Managing patients following alower limb amputation. JCN

Anda mungkin juga menyukai