Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina. (Diananda, Rama, 2009)
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-
55 tahun, kendati begitu penyakit ini dapat ditemukan pada usia lebih muda
20 29 tahun, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandra Van
Loon di RSHS pada tahun 1996 bahwa wanita penderita kanker serviks yang
dirawat masih berusia muda saat kawin pertama kali antara usia 15 19 tahun
(Hilman, 2009). 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang
melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Ca Cerviks merupakan
pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (Glaxo Smith Kline, 2007).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher
rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya
perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat
terjadi berulang-ulang (Prayetni, 2007).

B. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker
serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
b. papiloma.
c. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
d. karsinoma pada kondilom akuminata.
e. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
f. dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
g. ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
h. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 18
tahun).
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti-berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran
7. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
8. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
9. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara
rutin dan pendidikan yang rendah. (Dr imam Rasjidi, 2010)

C. Stadium Karsinoma Serviks


Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat
kriteria
a. Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat
bukti invasi.
b. Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses
terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
c. Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan
sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat
pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
d. Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
e. Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah) atau area para servikal
pada salah satu sisi atau kedua sisi.
f. Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrate tumor.
g. Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai pada dinding panggul.
h. Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah
meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe
yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan
salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
i. Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
j. Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (
frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal.
k. Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara
histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat -
tempat yang jauh.
l. Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
m. Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh. (Dr Imam Rasjidi, 2010)

D. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan
nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping
tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan
kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko
tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi
tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan
tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan
selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2010)

E. Manifestasi Klinik
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
3. Perdarahan spontan saat defekasi.
4. Perdarahan diantara haid.
5. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
6. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
7. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
8. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
9. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
10. Kelemahan pada ekstremitas bawah
11. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
12. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. (Dr Rama Diananda, 2009)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap
smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher
rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim
yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada
laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker
serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks
dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya.
Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan
bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas
lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-
lesi tersebut.
3. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes
sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya
sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam
asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang
tidak normal.
4. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan
lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan
dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop.
Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak
memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara
teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
5. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan
bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif
palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
6. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks
adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 L/ml, sedangkan kadar
HCG abnormal adalah > 5g/ml. HCG dalam keadaan normal
disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada
usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui
pemeriksaan darah dan urine.
7. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan
darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
G. Penatalaksanaan
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks :
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
1. Manajemen Tumor Insitu
Manajemen yang tepat diperlukan pada karsinoma insitu. Biopsi dengan
kolposkopi oleh onkologis berpengalaman dibutuhkan untuk mengeksklusi
kemungkinan invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan terapi pada pasien
dengan tumor insitu beragam bergantung pada usia, kebutuhan fertilitas,
dan kondisi medis lainnya. Hal penting yang harus diketahui juga adalah
penyebaran penyakitnya harus diidentifikasi dengan baik.
2. Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat ditegakkan setelah
biopsicone dengan batas sel-sel normal, trakelektomi, atau histerektomi.
Bila biopsi conepositif menunjukkan CIN III atau kanker invasif
sebaiknya dilakukan biopsi coneulangan karena kemungkinan stadium
penyakitnya lebih tinggi yaitu IB.
3. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
Pasien-pasien dengan tumor yang tampak harus dilakukan biopsi untuk
konfirmasi diagnosis. Apabila ditemukan gejala-gejala yang berhubungan
dengan metastasis maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan seperti
sistoskopi dan sigmoidoskopi. Pemeriksaan foto toraks dan evaluasi fungsi
ginjal sangat dianjurkan. Stadium awal karsinoma serviks invasif adalah
stadium IB sampai IIA (< 4cm). Stadium ini memiliki prognosis yang baik
apabila diterapi dengan operasi atau radioterapi.
4. Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat,
yaitu :
1) Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
2) Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok
opioid ringan seperti kodein dan tramadol
3) Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok
opioid kuat seperti morfin dan fentanil
5. Operasi
Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa
menggunakan bedah mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk
mengangkat keseluruhan tumor / kanker. Pembedahan mikrografik
dilaksanakan dengan bedah kimia dimana prosedur pembedahannya
mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi lapis.
Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.
a. Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada
serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan
untuk diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
b. Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan
menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-
kanker serviks)
c. Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada
kanker serviks
d. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP) : menggunakan arus
listrik yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan
abnormal kanker serviks
e. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal).
6. Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa berupa
obat yang diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi.
Contoh obat yang diberikan dalam kemoterapi, misalnya sitostatika. Obat
kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung
pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis.
Efek samping dari kemoterapi adalah :
1) Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang
saat beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
2) Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat
anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
3) Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang
diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi
sembelit.
4) Sariawan
5) Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai.
6) Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa
pada jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
7) Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja
sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah,
sehingga jumlah sel darah merah menurun. Penurunan jumlah sel
darah dapat menyebabkan : mudah terkena infeksi, perdarahan,
anemia
8) Kulit menjadi kering dan berubah warna
9) Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
10) Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
7. Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
8. Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel
kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks
serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik.

H. Komplikasi
1. Pendarahan
2. Kematian janin
3. Infertil
4. Obstruksi ureter
5. Hidronefrosis
6. Gagal ginjal
7. Pembentukan fistula
8. Anemia
9. Infeksi sistemik
10. Trombositopenia
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DENGAN GANGGUAN
REPRODUKSI CA SERVIKS
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, perubahan pada pola istirahat dan
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam.
Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi.
2. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
3. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
4. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
5. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
6. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
7. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
8. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
9. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik,
bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida
lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple,
aktivitas seksual dini.
10. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
11. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas,
dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensori/motor ; paradisis saraf.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi
kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi
dan perawatan diri.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi :
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan
kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan
apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan
konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut
realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien
membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas,
dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang
tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak
mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti
perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh,
penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek
kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua
dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang
mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan
penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam
proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin,
untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes
diagnostik dan fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri
dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan
dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila
ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan
baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien
dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau
pemulihan.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi
sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran
berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan
sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh
ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di
atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
3) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK
asenden.
4) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya
kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi,
khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/controldengan
pengaruh minimal.
Intervensi :
1) Memonitor tingkat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan
intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2) Ajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi,
sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai
dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun
respon individual berbeda-beda.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi
kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
untuk tinggi dan bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan
normalisasi
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan
masukan cairan adekuat
6. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan
pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan
masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa
dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang
diperlukan.
Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan
informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan
konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu
daripada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:Rineka Cipta.


Diananda R. 2009. Panduan Lengkap Mengenai Kangker. Yogyakarta : Mirza
Media Pustaka
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Kartikawati, Ei 2013. Awas!!! Bahaya Kanker payudara & kanker Serviks.
Bandung : Buku Baru.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. EGC :
Jakarta
Otto, S.E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia. 2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC
Rasjidi, I. 2009. Epidemiologi Kanker Sekviks. Indonesian Journal of Cancer.
Wijaya, Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Sinar Kejora
: Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
World Health Organization (WHO). 2013. Bulletin of The World Health
Organization 2012; 90: 478-478A.
Wulandari, A.S. 2010. Pengertian Dan Pemahaman Resiko Ca Cervix Pada
Wanita Usia Subur Di Indonesia. Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai