OLEH
KELOMPOK 5 & 6
2017
1
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Latar Belakang
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perwatan diri menurun. Kurang
perawatan diri tampak dari ketidkampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias
diri secara mandiri, dan toileting (BAB/BAK) secara mandiri.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang
dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas
kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan penentuan terhadap
citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi mendalam terhadap kekuatan dan
kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam pencapaian pemahaman obyektif terhadap
realitas diri dan sekaligus modal dasar pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan
peran diri. Pemahaman yang benar dan realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri merupakan
salah satu kunci peningkatan konsep diri positif sebagai salah satu modal dalam pengelolaan
gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi adanya citra diri negatif seperti rasa tidak mampu,
kekurangan fisik, kekurangan fisiologis, rasa minder dan sebagainya. (Kaplan Sadoch: 1998).
Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk
mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan dan kelemahan diri.
B. Persiapan
1. Topik : Menyebutkan jati diri dan mempraktikkan cara menjaga
kebersihan diri
2. Tujuan Umum : Klien dapat menyebutkan jati diri dihadapan klien lain dan
mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
3. Tujuan Khusus :
a. Klien mampu menyebutkan namanya dihadapan klien lain.
2
b. Klien mampu menyebutkan umurnya dihadapan klien lain.
c. Klien mampu menyebutkan alamat/asalnya dihadapan klien lain.
d. Klien mampu menyebutkan hobi/kesukaannya dihadapan klien
lain.
e. Klien mampu menyebutkan manfaat menjaga kebersihan diri
f. Klien mampu menyebutkan alat kebersihan diri
g. Klien mampu menpraktikan cara menjaga kebersihan diri
4. Landasan Teori :
a. Defenisi
(Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, ( Poter. Perry , 2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
b. Jenis-jenis Perawatan diri
1) Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3
4) Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1) Faktor prediposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2) Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59), Faktor faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
4
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
5
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian,
menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, memprsiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu dimasukannya di mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4) BAB/BAK (Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1) Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi
kotor disertai mulut bau serta penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri
dan merasa hina.
3) Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara
makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.
5. Struktur Anggota Kelompok
6
a. Leader (Pemimpin) : Nur ilmi
1) Mengkoordinir jumlah peserta yang telah ditentukan
2) Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok
3) Memimpin perkenalan, menjelaskan tujuan kegiatan
4) Menjelaskan proses kegiatan
5) Mendemonstrasikan cara memperkenalkan diri pada orang lain.
b. Co. Leader : wardiman
1) Mendemonstrasikan cara menjaga kebersihan diri dan menjelaskan
alat kebersihan diri.
2) menjalankan musik saat memulai kegiatan ice breaking.
c. Fasilitator : yusna kurnia utami mardan, mayasari masri, nurul ifdatul jannah, siti
nur aisyah hamid, sumarni.
1) Mampu memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapat
2) Mampu memotivasi anggota terlibat dalam kegiatan
3) Mampu menjadikan role model
d. Observer : yusril yunus
1) Mengamati jalannya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi.
2) Mencatat serta mengamati respon klien selama TAK berlangsung.
3) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta klien
yang drop out.
6. Persiapan lingkungan
a. Menyiapkan satu ruangan penerangan dan ventilasi cukup
b. Peralatan yang dibutuhkan: speaker, lagu irama remix, buah, alat kebersihan diri.
7. Rencana Kegiatan
a. Waktu : Jumat, 20 Oktober 2017, 09.00
b. Tempat: Klinik Avicena Makassar
c. Klien :
1) Tn. K : Resiko perilaku kekerasan
2) Tn. A : Halusinasi Pendengaran
3) Tn. S : Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
7
4) Tn. E : Halusinasi Pendengaran
5) Tn. A : Halusinasi Pendengaran
6) Tn. H : Halusinasi Pendengaran
Skema Ruang Terapi
S
O
L
K
F F
K K
Meja tempat
F Buah dan alat
kebersihan F
K
F K
K
F
Keterangan :
F : Fasilitator : Klien
K
S : Speaker
8
1) Perkenalan :
Salam teraupetik
2) Menjelaskan tujuan, aturan permainan aktivitas dan peran.
3) Membuat kontrak waktu TAK.
e. Proses Kegiatan
1) Fase Kerja I
a) Nyalakan musik dan mulai praktikkan permainan ice breaking menyebutkan anggota
tubuh.
b) Pada saat musik dihentikan dan leader menunjuk satu organ tubuh dan menanyakan nama
bagian tubuh yang lain, anggota kelompok yang salah menyebutkan nama anggota tubuh
akan ditunjuk ke depan untuk menyebutkan nama, alamat dan hobby. Dimulai dari terapis
sebagai contoh.
c) Tulis nama panggilan pada kertas dan tempelkan pada baju.
d) Ulangi (a) dan (b) sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
e) Beri pujian untuk tiap keberhasilan angghota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
2) Fase Kerja I
a) Evaluasi kegiatan kebersihan diri klien yang dilakukan setiap hari
b) Menjelaskan tentang manfaat kebersihan diri dan menyebutkan serta mempraktikkan cara
menggunakan alat-alat kebersihan diri
c) Klien dianjurkan untuk mengambil buah dan berlomba untuk menghabiskan buah yang
telah diberi nomor urut pada tiap-tiap buah.
d) Anggota kelompok yang terakhir menghabiskan buahnya disuruh maju ke depan untuk
mempraktikkan satu cara menjaga kebersihan diri sesuai dengan nomor yang ada pada
buah yang telah diambil dan alat kebersihan yang ada di meja . Adapun kegiatan menjaga
kebersihan diri yang akan dipraktikkan adalah menjaga kebersihan kulit atau mandi
menggunakan sabun, menjaga kebersihan rambut dengan mengggunakan shampoo,
menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi.
e) Ulangi (a) dan (b) sampai semua kegiatan menjaga kebersihan diri selesai dipraktikkan.
f) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
9
1. Sharing Persepsi
Leader mengeksplorasi perasaan anggota kelompok setelah memperkenalkan diri dan
mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. Contoh : Bagaimana perasaan bapak/ibu
setelah mengikuti kegiatan hari ini ?
Leader memberi umpan balik positif kepada kelompok.
Leader meminta anggota kelompok mencoba mengenalkan diri pada orang lain dan
mengingat-ingat kembali cara menjaga kebersihan diri.
Hasil yang diharapkan :
75% anggota kelompok mampu memperkenalkan diri : salam, nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi. Serta mampu mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
2. Penutup
Observer membaca hasil observasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11