Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Feses


Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang
kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan
sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut
dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 200 gram /
hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari 3x / minggu.
2.2 Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan
juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau
khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat
mengurangi bau feses atau tinja.
2.3 Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih
sederhana dan lebih stabil;
Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami
dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang
dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap
kedalam tanah di bawahnya.
Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa yang tengah mengalami
dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat
berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau
anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari tumbuhan
atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang dikandungnya. Pada
kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang relative kaya akan
senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama -
tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah
oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul
selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi
bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari
pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan
hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi
pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan
hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat
predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman (fertilizer).
Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang
telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan
nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli.
Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana
dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah,
kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
2.3 Macam Macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati,
yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen
kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin
dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna
kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna
feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.

Warna Kuning Kecoklatan


Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah
warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu
zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat
besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
Warna Hitam Feses
berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke
feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis
tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es
bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang
terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada
kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal,
khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang
usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah
akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah
termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

Warna Abu-abu / Pucat


Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali
ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang
empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang
empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
2.4 Akibat Buruknya Pembuangan Feses
Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan
buangan tinja :
Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.
Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela
typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab
hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di
Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000
penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia
dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu
liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan
bahan organik).
Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh
materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir
40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu
mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.

Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur
cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing
gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap
berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia.
Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa
mencapai 70 persen dari balita.
Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa
sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium,
sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar
25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae).
Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga
ikan dan hewan lainnya mati.
2.5 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai
bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya.
1. Indikasi Pemeriksaan :
Adanya diare dan konstipasi
Adanya ikterus
Adanya gangguan pencernaan
Adanya lendir dalam tinja
Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Adanya darah dalam tinja

2. Syarat Pengumpulan Feces :


Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher pemeriksaan tinja sewaktu
Pasien konstipasi Saline Cathartic
Kasus Oxyuris Schoth Tape & object glass
Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan
tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur
darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat
merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda (negative), +, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
o Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,
lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi
karena amuba atau bakteri shigella.
o Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel,
amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna
terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari
infeksi parasit tersebut.
o Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 200 gram /
hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari 3x / minggu.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan
juga gas hidrogen sulfida. Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel
darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT.

Tarsito.Hindarko,S. 2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang

Lain. Jakarta.

ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.


www.yandang.blogspot.com.Tanggal Akses 14 Maret 2010

http://yazhid28bashar.blogspot.co.id/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

PENGAMBILAN SAMPEL TINJA UNTUK PEMERIKSAAN FESES RUTIN


Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutine
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : lidi kapas steril
- pot tinja
Cara kerja :
1. Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh
tercemar
urine
2. instruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5
gram )
3. tutup pot dengan rapat
4. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
Pendahuluan
Feces ( tinja) normal terdiri dari sisa- sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam
produk
hasil pencernaan makanan dan kuman- kuman nonpatogen. Orang dewasa normal
mengeluarkan
100 300 gram tinja per hari. Dari jumlah tesebut 60- 70% merupakan air dan sisanya terdiri
dari substansi solid (10-20%) yang terdiri dari makanan yang tidak tercerna (selulosa), sisa
makanan yang tidak terabsorbsi, sel- sel saluran pencernaan (sel epitel) yang rusak, bakteri
dan
unsur- unsur lain (+ 30%). Tinja yang dikeluarkan merupakan hasil pencernaan dari + 10 liter
cairan masuk dalam saluran cerna. Tinja normal menggambarkan bentuk dan ukuran liang
kolon.
Perhatian terhadap pemeriksaan tinja di laboratorium dan klinik pada umumnya masih
kurang.
Berlainan dengan pemeriksaan cairan tubuh lainnya, sampel tinja biasanya tidak
dapat
dikeluarkan pada waktu hendak diperiksa dan penderita biasanya enggan untuk
mengumpulkan
dan mengirimkannya untuk pemeriksaan. Hal yang sama dirasakan pula bila dokter, perawat
atau
pegawai laboratorium lain diminta untuk melakukan pemeriksaan tinja.
Tinja merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system
traktus
gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus
peptikum,
karsinoma dan sindroma malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat dilakukan pada tinja
umumnya meliputi : Tes makroskopi, tes mikroskopi, tes kimia dan tes mikrobiologi

Anda mungkin juga menyukai