DEFINISI
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Margono (2004: 125) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
TUJUAN
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-
cara tertentu. Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam
suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai
alasan. Nawawi (Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan
tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data
dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang
tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya
pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal
ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian
terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti
akan bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu
semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu
penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis
daripada penelitian populasi.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa
dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara
penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama.
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda.
Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk
mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka
seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti
tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka
sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil
jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi
lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti
populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak
mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik
konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia
mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan representatif?.
Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada
informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang
demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka
tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau
nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya
tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol
tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian
besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama
sampling frame. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar
yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel.
Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian,
tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah
mahasiswa perguruan tinggi A, maka peneliti harus bisa memiliki daftar
semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi A tersebut selengkap
mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang
berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti
mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga
dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah
tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti
harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten,
Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka
atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang
bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel
Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa
dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak.
Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep acak atau
random itu sendiri.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud
dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding
dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum
manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer
(II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh
manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100
manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II =
28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah
unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya
saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka
peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk
manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah
(III), tetap 63 orang.
Contoh peneliti ingin meneliti perilaku merokok mahasiswa FK UII. Dari 1000
mahasiswa dibuat strata laki-laki dan perempuan diperoleh strata laki-laki 400
orang dan strata perempuan 600 orang. Bila dibutuhkan 100 sampel, maka
Disproporsional masing-masing strata diambil (100/2) 50 sampel.
Proporsional Proporsi strata laki-laki (400/1000) maka sampel yang
diambil dari strata laki-laki sebanyak 40 sampel , sedang dari strata
perempuan (600/1000) X100=60 sampel.
CONSECUTIVE SAMPLING
Merupakan non probability sampling yang paling mendekati probability
sampling. Consecutive sampling menjadi pilihan peneliti yang tidak
mendapatkan kerangka sampel. Caranya adalah dengan mengambil sampel yang
memenuhi kriteria tertentu sampai diperoleh sejumlah sampel. Contoh seorang
peneliti ingin meneliti kasus TB di poli TB RS ABC. Peneliti mengambil setiap
kedatangan pasien TB dengan no urut ganjil (atau urutan dari urut pertama)
sebagai sampel sampai dipenuhi sejumlah sampel. Kedatangan pasien dan
nomor urut ganjil, dianggap mendekati prosedur acak (diacak oleh alam).
LO 3 TEKNIK SAMPLING NON-RANDOM
Secara umum metode sampling dibagi menjadi dua yaitu non probability
sampling dan probability sampling. Kumar(1999) menambahkan mixed
sampling karena mengandung unsur probability dan non probability. Non
probability sampling adalah pegambilan sampel bukan acak, dimungkinkan
untuk mengatasi kesulitan pengambilan sampel secara acak, kerangka sampling
(sampling frame tidak tersedia) dan keterbatasan biaya. Disamping itu
penggunaan non probability sampling didasarkan atas tujuan tertentu (biasanya
pada penelitian kualitatif). Pada non probability sampling terdiri atas
accidental/convenience sampling, quota sampling, judgemental sampling, dan
snowball sampling.
Pengambilan sampel non probability memiliki kekurangan yaitu bias dan tidak
tentu sehingga tidak dapat digunakan untuk analisis inferensi. Pada bahasan kali
ini akan lebih ditekankan pada teknik sampling secara acak (probability
sampling) yaitu simple random sampling, stratified random sampling, cluster
sampling dan systematic random sampling(mixed sampling).
Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap
bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota
sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang
paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh
data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu
perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa
memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau
seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai information rich.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang
dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa
kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan,
maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.
(Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%
. Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis
kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18
orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan
ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara
kebetulan saja.
Quota Sampling
Merupakan metode penetapan sampel dengan menentukan quota terlebih
dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum kuota masing-masing
kelompok terpenuhi maka peneltian beluam dianggap selesai.
http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
AFABETA, cv.
Sensus
Jika ukuran populasi penelitian kita relatif tidak besar, maka sebaiknya kita
menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data (responden).
Dalam keadaan yang demikian, maka kita melakukan sensus atau disebut juga
total sampling.
Sensus memungkinkan peneliti untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang objek yang ditelitinya.
Jika ukuran populasi relatif besar maka peneliti boleh dan/atau harus
mengambil sampel.
LO 4 JENIS TEKNIK SAMPLING PADA SKENARIO
Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 127) menyatakan
bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.
Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan
mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling.
Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya,
sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
Convenience Sampling
Sampel convenience adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan
saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden di
jadikan sampel.