Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 2 TEKNIK SAMPLING

LO 1 DEFINISI DAN TUJUAN TEKNIK SAMPLING

DEFINISI
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Margono (2004: 125) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.

TUJUAN
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-
cara tertentu. Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam
suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai
alasan. Nawawi (Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan
tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data
dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang
tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya
pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal
ini meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian
terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti
akan bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu
semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu
penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis
daripada penelitian populasi.

Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu: memudahkan peneliti,


penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, serta
penelitian lebih efektif.

Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta.
Adapun keuntungan jika penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel
antara lain:
a. Sampel jumlahnya lebih sedikit,
b. Jika populasi terlalu besar, khawatir akan ada yang terlewatkan,
c. Lebih efisien,
d. Penelitian populas bisa bersifat merusak,
e. Penelitian populasi bisa terjadi ketidak akuratan data, dan
f. Lebih memungkinkan.
Sampel yang representatif adalah sampel yang benar-benar dapat mewakili dari
seluruh populasi. Jika populasi bersifat homogen, maka sampel bisa diambil
dari populasi yang mana saja, namun jika populasi bersifat heterogen, maka
sampel harus mewakili dari setiap bagian yang heterogen dari populasi tersebut
sehingga hasil penelitian dari sampel dapat terpenuhi terhadap setiap anggota
populasi.
Menurut Nasution (1987:115) memilih suatu jumlah tertentu untuk diselidiki
dari keseluruhan populasi disebut sampling. Jadi, dapat disimpulkan syarat data
sampel yang baik, yaitu:
a. Obyektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya),
b. Representatif (mewakili keadaan yang sebenarnya),
c. Memiliki variasi yang kecil, dan
d. Tepat Waktu dan Relevan.

Uma Sekaran, 1992, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1,


Jakarta: Salemba Empat

a. populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak


mungkin seluruh elemen diteliti;
b. keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia,
membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari
elemen penelitian;
c. bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa
lebih reliabel daripada terhadap populasi misalnya, karena
elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan
fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi
kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992);
d. demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap
seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya
untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk

Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa
dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara
penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama.

Rachmat Kriyantono, Ph.D Dosen UB Malang, dengan sumber kutipan: Buku


Teknik Praktis Riset Komunikasi Cet 6, 2012, Penerbit Prenada Jakarta
Secara umum, riset dengan cara melakukan teknik sampling banyak dilakukan
karena :
Anggota populasi terlalu besar. Sulit atau bahka tidak mungkin
mengumpulkan seluruh anggota populasi, mengingat terbatasnya
biaya,waktu, dantenaga.
Proses pengumpulaan dat yang lebihmudah ,lebih cepat, dan analisis data
relatif lebih cepat dan telitikarena datanya tidak banyak. Akiatnya kuaitas
datayang dihasilkan melalui sampel sering lebih baik atau cepat
Proses riset lebih cepat dsn hemat waktu keuntungannya dapat memenuhi
kebutuhan akan iformasi yang berkaitan dengan topik risetsecar tepat dan
aktual.
Riset sampling sangat efektif dan efisien dalam kasus-kasuspenujian
standar mutu produk atau meriset kerusakan produk
LO 2 TEKNIK SAMPLING RANDOM

Hasan Mustafa. 2000. Teknik Sampling


Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau
random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau
nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random
sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen
populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap
elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi
sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih
sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang
lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda.
Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk
mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka
seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti
tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka
sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil
jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi
lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti
populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak
mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik
konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia
mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan representatif?.
Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada
informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang
demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka
tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau
nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya
tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol
tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian
besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.

Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama
sampling frame. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar
yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel.
Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian,
tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah
mahasiswa perguruan tinggi A, maka peneliti harus bisa memiliki daftar
semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi A tersebut selengkap
mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang
berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti
mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga
dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah
tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti
harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten,
Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka
atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.

Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang
bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel
Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa
dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak.
Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep acak atau
random itu sendiri.

Area Sampling atau Sampel Wilayah


Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing
manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat
Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area
sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat)
Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?,
Kecamatan?, Desa?)
3. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau
random.
5. Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil
datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
Blogspot: http://charlessigaulian.blogspot.co.id/2013/12/populasi-sampel-dan-
sampling.html
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Proportionate Stratified Random Sampling Margono (2004: 126)


menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi
yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Menurut Sugiyono
(2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen. Dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi
pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30,
STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional
jumlah
sampel.

Disproportionate Stratified Random Sampling


Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan
SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu
diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila
dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP.
Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka
peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti
ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia
menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap
kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka
sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah,
dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan,
maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum
manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum
tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
1. Siapkan sampling frame
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.

Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat
menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud
dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding
dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum
manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer
(II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh
manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100
manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II =
28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah
unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya
saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka
peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk
manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah
(III), tetap 63 orang.

Prof. ROZAINI NASUTION, SKM. TEKNIK SAMPLING. Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)


Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sampel
dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun
secara systematic random sampling. Misalnya kita meneliti keadaan gizi anak
sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Madya Medan ( 4-6 tahun). Karena
kondisi Taman Kanak-kanak di Medan sangat berbeda (heterogen) maka
buatlah kriteria yang tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman
Kanak-kanak ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang).
Misalnya untuk Taman Kanak-Kanak dengan kondisi A ada : 20 buah dari 100
Taman Kanak-Kanak yang ada di Kota Madya Medan, kondisi B = 50 buah C =
30 buah. Jika berdasarkan perhitungan besar sampel, kita ingin mengambil
sebanyak 25 buah (25%), maka ambilah 25% dari masing-masing sub populasi
tersebut di atas.

Cara pengambilan sampel 5 Kelompok A, 12-13 Kelompok B, dan 7 . 8.


Kelompok C adalah secara random karena sub populasi sudah homogen.
Keuntungan : -Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian :
- Daftar populasi setiap strata diperlukan
- Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.
TEKNIK SAMPLING RANDOM STRATA
Digunakan apabila populasinya tidak homogen (heterogen).
Syarat-syaratnya:
1. 1. Harus ada kriteria yang jelas akan dipergunakan sebagai dasar untuk
menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan.
2. 2. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang
dipergunakan untuk menstratifikasi.
3. 3. Harus diketahui dengan tepat jumlah satuan-satuan elementer dari tiap
lapisan (stratum) dalam populasi yang bersangkutan.

CARA MENGAMBIL SAMPEL RANDOM STRATA


Setelah populasi dibagi kedalam strata-strata (subpopulasi), selanjutnya harus
dibuatkan kerangka samplingnya untuk setiap strata.ri
Perandoman dilakukan setelah ukuran sampel dari setiap strtata ditentukan.
Penentuan ukuran sampel untuk strata proporsional dari setiap strata
dilakukan berdasarkan pecahan sampling (sampling fraction) yang digunakan
(pecahan sampling =n/N).
Untuk strata disproporsional, ukuran sampelnya sama untuk setiap strata,
hanya ada pembobotan.
Kumar R, Research Methodology, 1999, Malaysia : Sage Publication

Contoh peneliti ingin meneliti perilaku merokok mahasiswa FK UII. Dari 1000
mahasiswa dibuat strata laki-laki dan perempuan diperoleh strata laki-laki 400
orang dan strata perempuan 600 orang. Bila dibutuhkan 100 sampel, maka
Disproporsional masing-masing strata diambil (100/2) 50 sampel.
Proporsional Proporsi strata laki-laki (400/1000) maka sampel yang
diambil dari strata laki-laki sebanyak 40 sampel , sedang dari strata
perempuan (600/1000) X100=60 sampel.

SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING


Metode sampling ini mengambil sampel secara sistematik dengan interval/jarak
tertentu dari suatu kerangka sampel yang sudah diurutkan. Beberapa peneliti
mengkategorikan metode ini sebagai mixed sampling (Kumar, 1999) karena
pilihan selanjutnya sangat berdasar pada pilihan pertama (mengandung unsur
non probability). Akan tetapi apabila setiap sampel pertama dipilih berdasarkan
acak , prosedur ini dapat dikatakan probability sampling. Metode ini
memerlukan kerangka sampel yang memiliki nomor urut (ordered). Metode ini
lebih mudah dan lebih menghemat biaya dibanding simple random sampling.
Syarat agar baik adalah urutan kerangka sampel harus acak(missal daftar urut
mahasiswa yang disusun berdasarkan ranking ujian masuk,menjadi tidak acak
dan berpotensi menimbulkan bias).
Prosedur Systematic Random Sampling
Contoh peneliti ingin meneliti perilaku hidup bersih sehat (PHBS) di Dusun
Lodadi yang terdiri atas 200 KK. Kerangka sampel 200 KK diberi nomor urut 1
sd 200. Karena jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 50, maka interval yang
diambil adalah (200/50=4). Untuk menentukan nomor pertama adalah secara
acak. Bisa dengan mengacak no 1 sd 4, lalu nomor yang terpilih menjadi sampel
pertama, untuk kemudian setiap interval 4 diambil sampel sehingga 50 sampel
terpilih.

CONSECUTIVE SAMPLING
Merupakan non probability sampling yang paling mendekati probability
sampling. Consecutive sampling menjadi pilihan peneliti yang tidak
mendapatkan kerangka sampel. Caranya adalah dengan mengambil sampel yang
memenuhi kriteria tertentu sampai diperoleh sejumlah sampel. Contoh seorang
peneliti ingin meneliti kasus TB di poli TB RS ABC. Peneliti mengambil setiap
kedatangan pasien TB dengan no urut ganjil (atau urutan dari urut pertama)
sebagai sampel sampai dipenuhi sejumlah sampel. Kedatangan pasien dan
nomor urut ganjil, dianggap mendekati prosedur acak (diacak oleh alam).
LO 3 TEKNIK SAMPLING NON-RANDOM

Prof. ROZAINI NASUTION, SKM. TEKNIK SAMPLING. Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Non Probability Sample (Selected Sample)


Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip
probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan
hanya merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera,
tidak memerlukan ketepatan yanq tingqi, karena hanya sekedar gambaran umu
saja.

dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc. TEKNIK SAMPLING . FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km.
14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id . Elearning
Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)

Secara umum metode sampling dibagi menjadi dua yaitu non probability
sampling dan probability sampling. Kumar(1999) menambahkan mixed
sampling karena mengandung unsur probability dan non probability. Non
probability sampling adalah pegambilan sampel bukan acak, dimungkinkan
untuk mengatasi kesulitan pengambilan sampel secara acak, kerangka sampling
(sampling frame tidak tersedia) dan keterbatasan biaya. Disamping itu
penggunaan non probability sampling didasarkan atas tujuan tertentu (biasanya
pada penelitian kualitatif). Pada non probability sampling terdiri atas
accidental/convenience sampling, quota sampling, judgemental sampling, dan
snowball sampling.
Pengambilan sampel non probability memiliki kekurangan yaitu bias dan tidak
tentu sehingga tidak dapat digunakan untuk analisis inferensi. Pada bahasan kali
ini akan lebih ditekankan pada teknik sampling secara acak (probability
sampling) yaitu simple random sampling, stratified random sampling, cluster
sampling dan systematic random sampling(mixed sampling).

Judgemental sampling didasarkan pada criteria yang sudah ditetapkan oleh


peneliti sebelumnya. Termasuk judgement sampling adalah expert sampling
(penentuan sampel tergantung pada pendapat ahli) dan purposive sampling
(pengambilan sampling berdasarkan maksud tertentu. Contoh pada penelitian
kualitatif , melakukan wawancara mendalam pada ibu yang memiliki balita
BGM dari kalangan sosioekonomi rendah dan tinggi, petugas kesehatan, dsb.

Hasan Mustafa. 2000. Teknik Sampling

Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap
bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota
sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang
paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh
data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu
perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa
memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau
seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai information rich.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang
dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa
kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan,
maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.
(Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40%
. Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis
kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18
orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan
ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara
kebetulan saja.

Snowball Sampling Sampel Bola Salju


Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan
penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak
lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang
kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui
pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari
satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai,
peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai
teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil
diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita
lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay,
atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)
Rachmat Kriyantono, Ph.D Dosen UB Malang, dengan sumber kutipan: Buku
Teknik Praktis Riset Komunikasi Cet 6, 2012, Penerbit Prenada Jakarta

Sampling Kuota (Quota sampling)


Teknik ini hampir sama dengan teknik purposif.
Sampling kuota ini adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu sampai jumlah kuota yang
diinginkan periset.
Perisat menentukan jumlah tertentu untuk setiap strata lalu menentukan
siapa oreng-orang yang memenuhi kriteria sampai jumlah yang
ditentukan terpenuhi.
Misalnya periset tertarik untuk mengetahuia apakah ada perbedaan dalam
menggunakana televisi antara orang-oarang yang memakai pesawat radio
dengan yang tidak mempunyai.periset mempunyau data bahwa
40%populasi mempunyai radio, sedangka 60%tidak. Periset menetukan
sampael brjumlah 100 orang, maka sampel sampel yang di seleksi
adalah40%dari total sampeladalah pemiik radiodan 60% dari total sampel
adalah yang tidak mempunyai radio. Hal ini untuk merefleksi
karakteristik populasi.

Quota Sampling
Merupakan metode penetapan sampel dengan menentukan quota terlebih
dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum kuota masing-masing
kelompok terpenuhi maka peneltian beluam dianggap selesai.
http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06/teknik-pengambilan-sampel-dalam.html
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
AFABETA, cv.

Sampling Jenuh (Sensus)


Pengertian Sampling Jenuh atau Definisi Sampling Jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal
ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil

Sensus
Jika ukuran populasi penelitian kita relatif tidak besar, maka sebaiknya kita
menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data (responden).
Dalam keadaan yang demikian, maka kita melakukan sensus atau disebut juga
total sampling.
Sensus memungkinkan peneliti untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang objek yang ditelitinya.
Jika ukuran populasi relatif besar maka peneliti boleh dan/atau harus
mengambil sampel.
LO 4 JENIS TEKNIK SAMPLING PADA SKENARIO

Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)


Teknik ini adalah memilih siapa saja yang di jumpai untuk di jadikan
sampel.
Teknik ini digunakan, antara lain periset merasa kesulitan untuk menemui
seponden atau kerena topik yang diriset adalah persoalan umum dimana
semua orang mengetahuinya.
Periset ingin mengetahui opini konsumen mengenai pelayanan dari
costumer service suatu perusahaan. Periset bisa saja menemui konsumen
yang kebetulan melakukan tansaksi diperusahaan tersebut. Riset tentang
kredibilitas kandidat presiden , yang memeng peristiwa yang di
asumsikan diketahui oleh orang banyak, periset bisa menanyai orang-
orangyang kebetulan ditemuinya.
Teknik ini sangat diragukan dalam hal prinsip representatif.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.

Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 127) menyatakan
bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.
Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan
mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling.
Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya,
sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.

Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan


kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali
berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena
kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut.
Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling
tidak disengaja atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel
ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian
diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara

Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).


Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu.
Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan
yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.

Convenience Sampling
Sampel convenience adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan
saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden di
jadikan sampel.

dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc. TEKNIK SAMPLING . FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km.
14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id . Elearning
Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)

Convenience sampling didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan


mendapatkannya( sampel terpilih karena ada pada tempat dan waktu yang
tepat). Seperti contoh mengambil sampel pada orang yang dijumpai di
jalan/yang rumahnya paling dekat/terjangkau.

Rachmat Kriyantono, Ph.D Dosen UB Malang, dengan sumber kutipan: Buku


Teknik Praktis Riset Komunikasi Cet 6, 2012, Penerbit Prenada Jakarta

Sampel Berdasarkan Kemudahan (Available Sampling/Convenience


Sampling)
Pemilihan sampe ini berdasarkan kemudahan data yang dimiliki oleh
populasi.
Periset bebas memilih siapa saja anggota populasi yanag mempunyai data
berlimpah dan mudah diperoleh periset.
Misalnya,periset ingi mengetahui opini di kalangan pelajar siaran
sndiwara radio. Periset bisa kekampus-kampus terdekat dengan tempat
tinggalnya, karena disana pasti di temui sampel dengan ciri di kalangan
terpelajar yang menengarkan sandiwararadio.
Tetapi mempunyai tingkat generalisasi yang rendah.
Teknik ini biasanya untuk riset awal atau penjajakan.

Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)


Teknik ini adalah memilih siapa saja yang di jumpai untuk di jadikan
sampel.
Teknik ini digunakan, antara lain periset merasa kesulitan untuk menemui
seponden atau kerena topik yang diriset adalah persoalan umum dimana
semua orang mengetahuinya.
Periset ingin mengetahui opini konsumen mengenai pelayanan dari
costumer service suatu perusahaan. Periset bisa saja menemui konsumen
yang kebetulan melakukan tansaksi diperusahaan tersebut. Riset tentang
kredibilitas kandidat presiden , yang memeng peristiwa yang di
asumsikan diketahui oleh orang banyak, periset bisa menanyai orang-
orangyang kebetulan ditemuinya.
Teknik ini sangat diragukan dalam hal prinsip representatif.

Anda mungkin juga menyukai